" Nona Tasya ? "
" Iya benar...ada perlu apa?" sahutnya ketus sambil menatap kami berdua dengan bergantian.
" Saya anak buah tuan Elhan, ingin membicarakan sesuatu dengan anda..."
" Apa!!!" raut wajah terkejut dan panik langsung terpancar diwajahnya.
Saat aku merasa dia akan menutup pintunya, segera kudorong pintu itu agar aku bisa masuk.
Melihat tingkahnya itu, kecurigaan ku semakin besar bahwa dia dalang dibalik penculikan itu.
Saat aku telah berada diruangan besar itu, tiba-tiba keluarlah seorang pria bule dari kamar dengan memakai celana kolor saja....astaga!!!
" Apa maumu?!?" teriak nona Tasya padaku.
" Katakan dimana nona Nindi ?"
" Hei ... ada apa ini?? Honey... are you okey...?"pria bule yang bertelanjang dada itu mendekat ke nona Tasya dan memeluk pinggangnya.
"CK ...pergilah..." guman nona Tasya sambil menghentakkan tangan pria bule yang memeluknya.
" What's wrong?"pria bule itu bingung dengan sekitarnya.
" Saya tidak tau dimana Nindi!! Memangnya saya apanya dia!!!" sahut nona Tasya sambil bersedekap dan menatap saya dengan tajam.
" Saya tau anda mengerti pertanyaan saya tadi!!!"
" Hh...terserah ... sekarang pergi dari tempat ini!!!" bentaknya sambil berusaha mendorongku.
Beruntung refleks tubuhku bisa membuatku menghindar dari tangannya, meski aku harus mundur dan menabrak pria dibelakangku, tuan Darren.
" Ayo kita lapor polisi saja!!" ucap pria yang menahan tubuhku yang mundur tadi.
" Iya benar, toh aku sudah mendapatkan buktinya..."sahutku sambil tersenyum miring.
" Hh...kau pikir aku percaya.." ucap nona Tasya dengan nada mengejek.
" Akan kukirimkan padamu rekaman pembicaraan mu dengan seseorang di lobby apartemen tadi pagi..." ucapku sambil membuka ponsel.
Aku memang mendapatkan rekaman itu dari tim satu yang berhasil meretas semua CCTV yang diperkirakan menjadi area target.
Secepat kilat tangan nona Tasya ingin menyambar ponsel milikku, namun aku berhasil menghindar dan mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai.
Pria bule itupun bergerak hendak membalas ku, beruntung tuan Darren mengatasinya yang berlanjut menjadi baku hantam antara keduanya.
" Kurang ajar..." nona Tasya mengambil hiasan meja yang didekatnya lalu berniat menusukku.
Meski sempat menghindar namun lengan kananku sempat terkena goresan yang cukup panjang hingga terasa perih.
Mengingat keselamatan nona Nindi, segera aku membalas dengan memukul wajahnya lalu kuambil pistol dan kutodongkan ke wajahnya.
" Aku bisa dengan mudah menghilangkan jejak ku meski terjadi pembunuhan ditempat ini!!!" ancamku padanya.
Terlihat wajah pucatnya dan bibirnya bergetar melihat pistol tepat didepan matanya itu.
" Bu..bukan aku yang menyuruh mereka! tadi mereka menelfonku karena bosnya bilang aku bisa melakukan apapun pada Nindi"
" Siapa??" ucapku seraya mendekatkan pistol jenis FN Browning HP ke kepalanya.
Keringat dingin mulai mengalir dipelipisnya.
" Tu..tuan Rey...Han..." ucapnya terbata sambil menutup matanya.
" Dimana mereka membawa nona Nindi?"
Gadis itu terlihat bingung seperti tak bisa menjawab pertanyaan ku.
Kuarahkan tembakan pada vas bunga didekatnya, sebagai tanda bahwa pistol yang kupakai ini asli dan ada peredamnya. Sehingga dia tau tak akan ada yang menolongnya jika tembakan itu mengenai dirinya.
" A..aku tak tau ...tapi katanya mereka ada di rumah lama di perbatasan kota...."
" Hmm...baiklah, akan kulihat kejujuranmu nona...aku juga sudah mempunyai rekaman kalian berdua, jika anda berniat melaporkan saya, dengan senang hati saya akan menyebarkan skandal anda ke publik...." ucapku saat menyimpan kembali senjataku.
Lalu akupun melangkah keluar dari unit apartemen itu dan segera mencari informasi dari tim tentang keadaan terkini setelah semua informasi yang diucapkan nona Tasya tadi langsung terdengar oleh tim twelve.
" Kirimkan lokasinya padaku...!!" ucapku sambil membuka pintu mobil.
Namun sebuah tangan mencegahku, saat aku menoleh tuan Darren terlihat cemas.
" Biar aku saja yang pegang kemudi, tanganmu terluka..." ucapnya sambil menoleh kearah lengan kananku.
Akupun mengikuti arah pandangannya itu, ternyata sweeter kuning yang kupakai terlihat sobek dengan noda merah cukup panjang karena luka sayatan benda tajam yang digunakan nona Tasya untuk menyerangku tadi.
Tuan Darren mengemudi cukup kencang sambil melihat titik lokasi yang tertera pada monitor didepannya.
" Kau benar-benar wanita menakutkan..." ucap tuan Darren datar.
" Begitulah..."sahutku sambil mengeluarkan beberapa barang dan meletakkannya disampingku.
Setelah semua tersedia, langsung kubuka sweeter kuning dan membuat pria pengemudiku sangat terkejut.
" Hei...apa kau tak sadar ada aku!!! " ucapnya sewot.
" Aku tidak telanjang tuan, maaf aku terbiasa melakukan ini ..." sahutku cuek, toh ada tank top putih yang selalu kupakai setelah bra.
Lagian bukankah dia mengalami disfungsi seksual, harusnya tak terpengaruh kan...
Kuambil kapas dan alkohol untuk membersihkan luka sepanjang dua puluh centi dilengan kananku itu.
" Akan kuantar kedokter...nanti infeksi..." ucap pak sopir itu.
" Jangan...ini hanya luka kecil aku bisa mengatasinya.. Nona Nindi lebih penting, apalagi kondisinya sedang hamil muda" sahutku sambil membalut lukaku dengan perban yang selalu kubawa ditasku bersama perlengkapan p3k yang lainnya.
Setelah perban terpasang cukup rapi, kuambil kaos lengan panjang warna grey dan memakainya.
" Siapa kau sebenarnya?"
" Saya anak buah tuan Elhan..."
" CK ..apa semua anak buahnya seperti mu?!?"
Akhirnya dia menanyakan identitas ku.
" Saya salah satu tim keamanan..."
" Huh..tega sekali Elhan meminta cewek menghadapi hal mengerikan begini, kenapa bukan pria-pria kekar yang dipilihnya sih!!"
" Karena pria kekar tak bisa menyembunyikan identitas mereka sebagai tim keamanan.."ucapku asal.
" Dan sekarang aku telah membuka rahasiamu..."
" Tak apa, toh sebentar lagi Anda akan menikah dengan saya!!!" sahutku dengan percaya diri.
" Apa kau bilang!!!!" teriaknya sambil menekan rem karena terkejut.
Kulihat keadaan sekitar dari jendela mobil.
" Tunggulah disini , aku akan berjalan kaki saja dari sini agar mereka tak mencurigaiku..."ucapku sebelum keluar dari mobil.
Kuikat rambutku sekenanya dan kupakai kacamata.
" Sampai..." kutekan earphone ditelingaku saat Jessi menanyakan keberadaanku.
" Nona Nindi sudah dibawa tuan Elhan....Kevin terluka, bawa dia keluar dari sana, bantuan segera datang ..."suara Jessy dengan jelas terdengar olehku.
" Yap..."
Setengah berlari, aku segera menuju tempat yang dimaksud. Suara tembakan masih terdengar membuatku semakin mempercepat langkahku mencari titik tempat Kevin bersembunyi.
Setelah menemukan Kevin dalam kondisi setengah sadar, akupun mendekat dan memberinya semangat. Kevin tertembak di bagian pahanya, wajahnya memar dan seluruh tubuhnya terlihat kotor oleh darah dan debu.
" Ayo kita keluar..." ucapku sambil melingkarkan lengannya dibahuku dengan susah payah, karena tubuhnya yang jauh lebih besar dariku.
" Ugh..aku ...berat..." gumannya sambil menahan sakit.
Ditengah usahaku memapah Kevin, tuan Darren mendekat dengan wajah paniknya.
"Dimana Nindi?"
" Nona Nindi sudah aman...sekarang kita harus segera pergi dari sini..." sahutku dengan nafas tersengal menahan berat tubuh Kevin.
" Sini biar aku saja... kamu awasi keadaan ..." ucap tuan Darren kemudian.
Akupun mengangguk dan melepaskan Kevin padanya lalu segera berada didepan dengan pistol yang siap ditanganku.
Sesaat suasana tampak tegang karena petugas kepolisian mulai berdatangan, sehingga pistol yang kubawa langsung ku sembunyikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
syafridawati
nyicil baca say, salam dari novel lelakimu makasih ya
2021-08-06
3