Pria itu terlihat santai dari biasanya, memakai stelan kaos panjang dan celana jeans membuatnya tampak lebih muda.
" Oh...Tuan Darren...selamat pagi.."sahutku berusaha seramah mungkin. Entah kenapa meski sudah seringkali bertemu, namun rasa was-was selalu muncul membuatku tak nyaman.
" Apa hari ini tidak masuk kantor?"
" Saya sedang tugas diluar.... sepertinya anda juga lebih santai..."
" Iya ... saya akan pergi dengan teman, pemilik gerai ini.."
" Ooh..." ternyata mereka akan pergi bersama.
Semoga liontin dari tuan Elhan selalu dibawa oleh nona Nindi , agar aku bisa tau tentang hubungan mereka.
Setelah itu pria itupun pamit dan masuk kedalam kedalam, terlihat Bu Cicik menyapanya.
Tak lama kemudian, terdengar percakapan nona Nindi itu berarti liontin pemberian tuan Elhan sudah dipakainya.
Selama beberapa bulan aku, Jessica dan Kevin masih bergantian dalam bertugas untuk mendampingi kegiatan nona Nindi secara tersembunyi.
Dan selama itu pula, aku tahu tuan Darren hanya sebatas membantu nona Nindi dalam mengembangkan usahanya.
Sementara itu kabar dari tim satu yang berada di Swiss membuatku lega, kondisi tuan Elhan berangsur pulih meski dia terlihat tak mengenali saat tim mencoba untuk menampakkan diri.
Hingga pada bulan ke sepuluh sejak kecelakaan parah yang menimpanya, akhirnya tuan Elhan kembali ketanah air.
Namun kami agak kesulitan untuk mencoba menemuinya saat dia berada dirumah besar tuan Reyhan.
" Ibu...apa semuanya sudah siap?" ucapku pada ibuku yang sedang menyiapkan sesuatu didapur.
Hari ini aku berencana mendatangi tuan Elhan dirumah besar dengan alasan mengirim makanan kesukaannya dari ibu, salah satu pengasuh yang dulu sangat dekat dengannya.
" Iya sebentar lagi....kamu duduklah dulu!"
Dengan malas aku duduk sambil memperhatikan wanita kesayanganku itu menyiapkan masakan favorit tuan Elhan.
" Sha...apa kamu sedang ada masalah?" tanya ibu seraya menutup rantang stainless yang akan kubawa itu.
" Nggak ada kok Bu, emang kenapa?"
" Padahal ibu berharap kamu sedang ada masalah dengan kekasih mu loh ..."
Aku hanya bisa cemberut saat ibu mulai membicarakan pria.
" Jadi kapan kamu siap untuk berkenalan dengan anaknya teman ibu, hmm?" ucap ibu lagi.
Hhh ... setelah berjuta kali ibu memintaku, rasanya tak tega menolaknya lagi. Tuan Elhan telah kembali, kurasa sekarang aku harus membahagiakan ibuku.
" Ibu atur saja, tapi bulan depan saja ya Bu...soalnya tuan Elhan baru saja kembali, aku harus memastikan dia bisa kembali mengambil alih perusahaan..."
" Eh, benarkah!!! Baiklah, ibu akan menunggu waktumu luang..." wajah ibu berbinar mendengar aku bersedia menerima kencan buta yang direncanakannya.
Dulu aku telah menebus obat dari dokter Reyna, dan itu telah berhasil meredakan ketakutan yang berujung emosi jika harus kontak dengan pria yang menurut asumsiku sendiri akan berbuat jahat padaku.
Setelah masakan siap, aku segera meluncur ke kediaman tuan Reyhan untuk menemui tuan Elhan.
Rumah besar itu dijaga oleh empat orang yang berjaga dipintu utama. Beruntung sebelum ibu tuan Elhan meninggal, aku pernah tinggal disini bersama ibu, jadi aku masih mengenal satpam senior disana.
" Halo pak Abim....masih ingat dengan ku?" kusapa salah satu satpam senior itu.
Sejenak pria paruh baya itu menatapku sambil berfikir.
" Apa benar kamu Shania?"
" Wah ingatan Anda sangat hebat pak...iya saya putrinya Bu Emi.."aku lega pria itu masih mengenaliku.
" Hei ...sudah berapa tahun kamu tak kesini? tapi benar-benar tak ada perubahan, tetap mungil seperti dulu...ha..ha..." pak Abim terkekeh.
Ya...memang sih pertumbuhan tubuhku sudah segini aja, karena memang kedua orang tuaku juga tak terlalu tinggi.
" Oh iya pak, saya membawakan makanan kesukaan tuan Elhan dari ibu, apa benar tuan Elhan mengalami amnesia?"
" Sepertinya begitu, entahlah... namun tuan Reyhan sangat membatasi interaksi tuan Elhan dengan dunia luar kecuali yang berhubungan dengan perusahaan...."
" Tapi kata ibu, aku harus menyerahkan ini langsung pada tuan Elhan...apa boleh saya menemuinya sebentar..."kutunjukkan rantang kecil kehadapan pak Abim.
" Emm...janji ya hanya sebentar dan jangan membuat keributan, hari ini tuan Elhan sendirian dirumah jadi aku bisa mengijinkanmu..."
" Siap Ndan, saya janji tidak akan berbuat onar..." kutunjukkan senyuman polosku pada satpam senior itu.
Lalu akupun membawa mobil miniku masuk ke halaman rumah besar itu.
Kutelusuri ruangan yang luas namun hanya ada pelayan yang berkeliaran disana. Mereka menunjukkan ruangan kerja tempat tuan Elhan berada.
"Permisi tuan Elhan..." sapaku saat masuk ruangan itu.
Didalam ruang kerja yang besar itu, duduklah sosok tuan Elhan dengan pandangan berbeda saat melihatku.
" Kamu siapa ?" tanya pria itu sambil mengerutkan dahinya.
" Saya Shania... salah satu karyawan anda, bukan diperusahaan tuan Reyhan namun sebuah perusahaan IT yang anda bangun sendiri...." ucapku tegas.
Tuan Elhan terlihat menyandarkan kepalanya sambil menutup mata, mungkin berusaha mengingat semua yang telah kukatakan tadi.
" Maaf tuan, waktu saya sangat singkat untuk menemui anda, masakan dari Bu Emi ini hanyalah alasan agar saya bisa bertemu dengan anda....." kuletakkan rantang itu didepannya berdampingan dengan laptop yang tadi menjadi fokusnya.
" Bu Emi?"
" Iya , Bu Emi adalah salah satu pengasuh anda waktu kecil, dan saya adalah putrinya....ini nomor yang dapat anda hubungi bila ingin mengetahui lebih banyak tentang perusahaan, karena akses kami terbatas untuk bertemu dengan anda, yang jelas kami sangat membutuhkan kehadiran anda kembali..." ucapku lagi seraya meletakkan kartu nama perusahaan dihadapannya.
Kulihat dia mengambil kartu nama yang kuserahkan tadi. Pada kartu itu tertera barcode yang berisi nomor telefon tim twelve, setelah barcode dibuka, maka sistem akan mengubah akses sehingga tak bisa dibuka untuk kedua kalinya untuk menghindari penggunaan dari orang yang tak bertanggungjawab.
" Sekarang saya harus pergi, sebelum security melempar saya keluar...permisi tuan" aku tersenyum pada pria dengan ekspresi aneh didepanku itu.
Geli juga melihatnya seperti orang linglung, padahal sebelumnya tuan Elhan begitu jenius.
Akupun keluar dari ruangan kerja itu dan menutup pintunya.
Tak lama kemudian aku sudah berada dijalanan dan melaporkan pada tim twelve bahwa tuan Elhan telah menerima kartu dariku, sehingga kami harus siap kapanpun akan dihubungi.
Saat melewati sebuah toko, mataku menangkap dua orang yang kukenal. Nona Nindi dan tuan Darren.
Mereka terlihat belanja barang disebuah toko alat elektronik. Aku menghela nafas, benarkah mereka tak ada hubungan khusus?
Mengapa harus nona Nindi yang telah memiliki suami?
Namun bila tuan Darren dekat dengan wanita lain, apa aku punya kesempatan untuk mendekatinya ?
Bagaimana bila tiba-tiba tuan Darren menikah dengan wanita lain ?
Lalu bagaimana aku harus menghadapi suamiku kelak, sementara bayang-bayang masa lalu masih saja menghantuiku.
Apa aku harus bergantung pada obat yang diberikan oleh dokter Reyna?
Baiklah, aku akan berusaha untuk segera bertindak. Selama ini, aku hanya mengulur waktu karena selalu merasa belum siap menghadapinya. Dan hal itu membuat kesempatan ku semakin menipis saja...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Mutiara Wati
nindy yg sebabkan kecelakaan ni
2021-08-03
3