Keesokan paginya, mataku mengerjap saat mendengar percakapan seseorang.
"Yes, I arrived last night, okay I'll call you later...no, I didn't come alone..ha..ha..why don't you believe me..you'll see for yourself..."ternyata kak Darren sedang menelfon.
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Kulihat muka bantalku dicermin, dan seketika ingatan tentang kejadian semalam membuatku menggigit bibir bawahku.
Dasar pria bodoh!! Bagaimana jadinya, bila dengan spontan kakiku menendang kearahnya...
Kutangkup pipiku dengan kedua tanganku, aku harus menghilangkan bayangan semalam, kalau tidak pasti aku terlihat gila dengan senyum-senyum yang tak jelas.
Hhh...lebih baik segera kusiram kepalaku dengan air dingin, agar semua perasaan aneh ini segera hilang.
Saat keluar dari kamar mandi, kulihat kak Darren duduk dikursi yang menghadap ke jendela dan sedang berkutat dengan netbook didepannya.
Mungkin mendengar pergerakan dari langkahku, diapun menoleh...
" Shania ...kemarilah..." telunjuknya digerak-gerakkan agar aku mendekatinya.
Aku hanya bisa menelan ludah, apalagi sekarang? Bila semalam aku hanya berdiam diri karena lelah, aku tak bisa janji untuk yang sekarang, karena aku sedang dalam keadaan segar dan pasti instingku sangat kuat.
Kucoba mendekat dengan pelan dan bersiaga dengan apa yang akan dilakukannya.
Dia kembali tersenyum melihatku mendekat dengan ragu-ragu.
" Sepertinya sekarang kamu jadi lebih takut padaku deh...."
" Sepertinya kamu sekarang memang berubah jadi ... hidung belang deh..." ledekku sambil menipiskan bibirku.
" Ha..ha.. melihatmu yang malu-malu seperti itu, membuatmu semakin menggemaskan..."
" Aku bukan malu-malu!! Udah kubilang aku takut bila berbuat kasar padamu!!"sahutku sewot...
" Kamu benar-benar manis istriku, terimakasih telah mengkhawatirkan ku...ayolah aku tak akan berbuat macam-macam kali ini..."
Setelah yakin dengan ucapannya itu, aku mendekat dan duduk disebelahnya.
" Menurutmu konsep resto mana yang lebih menarik pengunjung, jika untuk membuka resto di kota kita...?" ucapnya saat memperlihatkan tiga gambar ruangan restoran dengan konsep yang berbeda.
Yang pertama ruangan dengan gaya klasik, dengan tirai-tirai tinggi menjulang model kolonial. Yang kedua gaya daerah Jawa, dengan berbagai ornamen batiknya. Yang ketiga, resto Chinese food.
" Entahlah, aku tak begitu tau tentang analisa bisnis kuliner, tapi kalau aku lebih suka makanan barat. Makanan jawa banyak yang bersantan, sedangkan Chinese food menurut ku banyak yang berlendir...."ucapku sambil membayangkan makanan-makanan itu.
Sesaat kemudian aku baru tersadar , dia sedang menatapku yang sedang berceloteh tentang makanan...
" Kenapa ?"tanyaku padanya.
" Jadi itu alasannya, waktu kamu direstoran milik Paman Chen tidak begitu berselera..." ucapnya tersenyum.
" Ya begitulah..."
" Kalau begitu enaknya kita sarapan apa sekarang ?" tanyanya padaku sambil menaikkan alisnya.
" Kita cari street food..."sahutku bersemangat.
" Baiklah, ayo bersiap..."
Aku segera mengikat rambutku seperti biasanya, mengambil tas punggung, kamera, headset , memakai sepatu kets...
" Aku siap...." ucapku saat menghampiri kak Darren yang sedang membereskan netbooknya.
Sejenak dia memperhatikan penampilanku, lalu menarik ujung bibirnya.
" Kamu memang masih pantas seumuran Elhan..." ucapnya sambil terkekeh.
" Kalau begitu, anggap saja aku sebagai adikmu..."sahutku datar.
" Kalau itu sih, jangan berharap banyak, kamu akan tetap menjadi istriku sampai kapanpun...dan melahirkan banyak anak untukku..." ucapnya dengan senyum anehnya seraya membuka pintu kamar untukku.
Bibirku cemberut mendengar kalimat terakhirnya. Semangatku yang sedari tadi membara, kini menciut karena mulai bergidik dengan rencananya itu.
" Hei... jangan pikirkan apapun, ayo jalan..." ucapnya sambil menahan tawa.
Meski aku tahu dia hanya menggodaku, namun tetap saja aku merasa canggung saat mendengarnya.
Kami naik taxi dan menuju tempat favorit yang sering dikunjungi para pejalan kaki.
Pagi ini jalanan cukup ramai, apalagi didukung oleh cuaca yang sedikit temaram sehingga matahari pagi dengan ramah menemani para pengunjung.
" Mau coba spring rolls?" tanya kak Darren menunjuk salah satu gerai yang masih sepi.
" Boleh... sepertinya bentuknya tak asing ya..." sahutku antusias saat melihat banner diatasnya.
Spring Rolls di Sydney sendiri sangat mirip Lumpia, di mana daging dan sayuran yang telah dibumbui kemudian dibungkus dengan kulit, lalu digoreng kering. Spring Rolls di sini disajikan bersama salad sayur dan juga saus tomat yang khas. Harga seporsinya mulai $3.90 di mana bergantung daging yang dipilih serta bahan pelengkapnya.
" Selanjutnya itu..." aku menunjuk gerai bergambar hamburger, salah satu makanan favoritku karena aku bisa memakannya sambil menyelesaikan pekerjaan lain.
" Kamu ini benar-benar warga bikini bottom...suka banget sama krabby patty..." kak Darren hanya geleng-geleng kepala saat dia membayar satu porsi Burger hanya untukku.
Sambil duduk dikursi taman aku menikmati burger dengan tenang, sementara kak Darren mencari minuman untuk kami.
"Beneran kamu nggak mau? Ini beda dari yang biasanya Lo kak..!!" ucapku sambil mengunyah, saat dia datang membawa dua cup minuman.
Aku heran kenapa makanan enak begini sampai hati dia menolaknya.
Pria itu duduk dan meletakkan bungkusan diantara kami.
Beberapa saat dia memperhatikan ku makan, lalu ditariknya tanganku yang memegang burger lalu menggigit sebagian makanan itu. Tentu saja tindakannya itu membuatku bingung. Tadi nggak mau beli sendiri, sekarang malah minta...
" Sama saja dengan burger yang lain, nggak ada spesialnya..." komentarnya saat mengunyah.
" Pakai perasaan juga dong , biar tahu..."ucapku sambil menikmati makanan kesukaan ku itu.
Hamburger with Beetroot atau Hamburger dengan Akar Bit. Penambahan akar bit ketika mengolah daging burger membuatnya menjadi lebih juicy sehingga saat dimakan benar-benar meleleh di dalam mulut. Seporsi hamburger istimewa ini dibanderol dengan harga $8.9 saja
" Dasar Spongebob..." ucapnya terkekeh sambil mengusap ujung bibirku dengan tangannya.
Aku meliriknya tajam, namun dia sepertinya tak takut dengan ancamanku itu.
" Aku beli Pai daging...cobalah sedikit?" kak Darren tiba-tiba menyuapiku dengan makanan mirip pastel itu, hingga aku tak sempat menghindar.
Akhirnya satu gigitan besar membuat pipiku mengembung karena Pai daging itu telah masuk ke mulutku.
Aku berusaha mengunyah dengan susah payah, sementara pria di sebelahku terlihat sangat senang meski ulahnya itu membuatku sebal dan memukulnya beberapa kali dengan tangan kiriku.
Dia hanya tergelak dan tak menghindar seakan menikmati hasil dari ulahnya tadi.
Pai daging. Meat Pies sendiri terdiri dari sebuah pai berbentuk kotak dengan isian daging berbumbu yang didominasi rasa manis.Kulit pai yang menjadi pelapis daging memiliki rasa gurih, sehingga pertemuan kedua rasa tersebut sangat pas, membuat kudapan itu tidak terlalu manis ataupun asin. Anda bisa menikmati Meat Pies dengan Mashed Potatoes. Harga menu yang satu ini mulai $6.40, tidak termasuk dengan menu pelengkapnya.
" Bagaimana, lebih enak kan dibanding Burger mu itu..." ucapnya sambil menyantap sisa Pai daging yang disuapkannya padaku tadi.
" Aku kekenyangan!!!" protes ku padanya.
Meski sewot, sebenarnya aku senang dengan kebersamaan kami.
Pagi ini, dia telah berhasil membuatku merasa hidup kembali. Sedikit demi sedikit, aku bisa melupakan tekanan batin yang selama ini mengikuti kemanapun aku melangkah.
Mungkinkah inilah saatnya aku mengatakan sebuah kebenaran padanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments