Tunggu nona Shania....ini kacamatamu...!Kau !!!"
Tuan Darren yang mengejarku akhirnya melihat wajahku yang sebenarnya, saat berada didepanku.
Aku menatapnya sambil tersenyum tipis.
" Jadi...." tuan Darren terlihat heran dan memicingkan matanya.
" Maaf tuan , saya harus pergi...." sahutku seperti tanpa dosa, sambil menyeka bibirku yang terasa perih dengan tisu.
" Tunggu sebentar, jadi kamu cewek yang sama kan dengan yang kemarin..."
" Benar..."jawabku datar.
" Kenapa kamu tidak bilang kalau ...ah sudahlah...sekali lagi aku minta maaf atas kejadian tadi..."
" Maaf juga telah menginjak kaki anda tuan Darren..." sahutku kemudian.
" Yeah...dulu kau menendang perutku, tadi kau injak kakiku..." ucapnya seakan mengingatkan akan kekasaran sikapku.
" Itu karena anda tiba-tiba menyentuhku...jadi itu refleks membela diri..."
" Oh...begitu ya, akan kuingat itu...apa kamu mau duduk dan kuambilkan es untuk kompres pipimu agar tak bengkak?"
" Tidak perlu tuan, terimakasih... saya harus pergi sekarang juga..."sahutku berusaha tersenyum padanya.
" oke...baiklah, silahkan...."
" Permisi...." kuanggukkan badanku sejenak, lalu akupun melangkah pergi meninggalkan pria itu.
Dalam hati aku berkata, apakah aku harus memulainya sekarang. Tapi aku sama sekali tak bisa menghindari reaksi tubuhku bila dekat dengannya. Ya...Tuhan , apa yang harus kulakukan...
Sore itu, tuan Elhan tiba-tiba meminta tim twelve untuk melakukan meeting secara virtual.
" Sepertinya bos kita sedang hepi, lihatlah raut wajahnya..." pesan dari Jessica muncul diponselku.
" Ucapkan ulang tahun untuknya..." balasku.
" Oh My God, aku lupa..." ketiknya lagi.
Tuan Elhan membicarakan tentang sistem terbaru yang bisa kami pakai dalam presentasi pada klien.
Ada apa dengannya?
Biasanya bila ada up date sistem, akan digunakan untuk awal tahun depan sebagai salah satu inovasi perusahaan.
Namun sekarang tuan Elhan mengungkapkan bahwa prioritas utamanya tetap pada keluarga kecilnya, tentu akan banyak waktu yang tersita bagi perusahaannya itu, jadi apapun yang bisa dikembangkan sekarang harus segera disampaikan.
" Apakah ada yang ingin kalian sampaikan?" tanya tuan Elhan.
" Tentu ada bos!" seru Jessica.
" Silahkan..."
" Selamat ulang tahun ...."ucap kami bersama-sama.
" Hei ... kalian main keroyok ya! baiklah, kalian boleh makan besar di restoran favorit biar kakakku yang cantik itu yang traktir, tapi maaf aku tak bisa menemani..."sahutnya tersenyum malu.
" Kami paham kok, kalian masih dalam bulan madu..." ucapku kemudian.
" Ya...begitulah, mohon doanya agar Elhan kecil segera hadir..."
Akhirnya meeting virtual itu didominasi oleh obrolan ringan. Kami memang sebagian besar belum menikah dan dari semua karyawan hanya sepuluh persen yang berusia diatas tiga puluh tahun.
Seperti janjiku pada tuan Elhan, pukul enam pagi aku sudah berada diarena olah raga untuk bertemu dan menyerahkan hadiah liontin nona Nindi yang hari ini berulang tahun.
" Selamat pagi kak..."
" Hei...hari sudah berganti bung!!" protesku karena tuan Elhan kembali memanggilku kak.
" Aku serius ingin menjadi adikmu, agar kamu juga mau menjaga keluarga ku..."
" Tentu saja, aku pasti akan mengawasi istrimu itu agar tak ada yang lecet...selama nona Nindi memakai liontin ini, bila kamu sibuk aku masih bisa menjangkau dan tak akan jauh darinya.."
" Hmm... terima kasih kak, tapi aku juga berharap seseorang akan menjaga dan menua bersamamu..." sahut tuan Elhan serius, seraya menerima bungkusan kecil dariku.
" Aku belum memikirkannya..."
" Paling tidak ingatlah bi Emi..."
" Iya...iya...begini saja, kamu carikan seorang pria yang mau menerima keadaanku..." akhirnya aku memberinya tantangan.
Tuan Elhan menoleh dan menatapku penuh selidik.
" Benarkah kau mau?"
" Tentu, asal bukan dari anak buahmu saja..."
" Ha..ha...benar juga, semua anak buahku memang aneh..."
" Aku tersinggung!!" ucapku sewot.
" Eh...tentu saja kecuali kamu...baiklah aku harus pergi, sekali lagi terimakasih kak....soal pria itu tunggu kabar dari ku!" ucapnya lalu pergi dari hadapanku.
Aku menatapnya sampai hilang dibalik pintu, sepertinya aku harus bersiap menerima kehadiran pria di hidupku.
Tapi sebelumnya aku harus mendapatkan status sebagai janda.
Meski semua orang takut mendapatkan status itu, namun aku menginginkannya untuk menghapus rasa bersalahku pada suamiku yang akan bersedia menua bersamaku.
Jadi langkah pertama aku harus bisa dekat dengan Darren Alvaro. Sekarang aku harus menemui dokter Reyna untuk menyembuhkan rasa trauma yang kualami.
Siang itu aku sudah membuat janji dengan psikiater itu dirumahnya agar lebih santai. Beruntung dokter Reyna bisa meluangkan waktunya untukku.
" Silahkan duduk nona Shania... ceritakan apa yang anda alami akhir-akhir ini..."
" Saya merasa selalu merasa terancam dok, merasa was-was berlebihan sehingga reflek yang saya lakukan akan menyakiti fisik orang lain..."
" Ada kejadian khusus yang anda ingat..."
" Iya dok, kejadian lima tahun yang lalu selalu berputar diotak seakan baru kemarin kualami. saya ingin melupakan semuanya dok, agar bisa hidup normal..."
" Baiklah...saya akan tunggu sampai anda siap menceritakan kejadian itu...."
Aku memejamkan mata dan seketika bayangan lima tahun silam hadir didepanku. Setelah memaksakan diri, akhirnya aku berhasil menceritakan semuanya pada dokter spesialis kejiwaan itu.
" Terimakasih anda telah mempercayai saya, sementara ini ada resep yang bisa ditebus, saya harap akan meringankan rasa takut itu..."
Aku tersenyum pada dokter paruh baya itu saat menerima lembaran resep untukku.
"Jangan memaksakan diri untuk segera melupakan sesuatu, biarkan berjalan seiring waktu.... hubungi saya kapanpun anda membutuhkan saya..."
" Terimakasih dok......."aku lega seakan ada orang yang memahami ku.
Setelah pulang dari rumah dokter Reyna, aku bermaksud menebus resep ke apotek.
" Bip...bip..."
" Halo Will..?"
" Gawat ...bos Elhan kecelakaan, lukanya sangat parah..."suara William membuat kakiku menginjak rem dengan mendadak.
" Apa!!!"
" Sekarang masih di ICU, sebenarnya kita bisa bertindak agar bos Elhan bisa mendapatkan pertolongan secepatnya...namun tuan Reyhan telah mengambil alih semuanya..."
Otakku mulai berpikir cepat, apa yang harus dilakukan saat ini.
Tak lama kemudian sambungan telefon berubah menjadi VC dari semua tim twelve.
" Hhmm ... baiklah, ini saatnya menjalankan rencana insidental.." ucap Willy sebagai ketua tim tiga.
"Aku dan tim akan tetap konsentrasi pada nona Nindi..." sahutku karena bagaimanapun aku telah berjanji pada tuan Elhan untuk menjaga istrinya itu.
"Baik, Untuk tim dua ikuti dan jaga Tuan Elhan dimanapun, dan sisanya ambil alih urusan pekerjaan.." ucap tuan Bram, ketua tim satu sekaligus penasehat yang sangat kami segani karena usianya paling senior diantara kami.
Akhirnya kami tim twelve yang terbagi menjadi empat segera melaksanakan masing-masing bagian sesuai dengan kesepakatan.
Tim empat yang terdiri dari aku, Jessica dan Kevin bergantian menjaga dan mencukupi semua kebutuhan nona Nindi secara tersembunyi sambil menyelesaikan beberapa proyek kecil dikota ini.
Seperti pagi ini, aku sengaja menjadi pengunjung digerai kue basah milik nona Nindi. Seporsi makanan kecil dan kopi latte sudah tersedia di meja. Sambil mencatat beberapa hal yang harus kuselesaikan, sesekali aku menyesap kopi latte.
" Nona Shania..." sapa pria pemilik gerai disebelah itu, membuatku mendongak.
Sudah beberapa kali dia selalu mampir dan menyapa nona Nindi. Apa tuan Darren menaruh hati pada nona Nindi? Apalagi menurut informasi yang kuperoleh, tuan Darren memang belum tau bahwa nona Nindi sudah menikah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments