Pagi menjelang siang, Sephia masih mengenakan daster dengan rambut yang tergulung di pucuk kepalanya. Gadis itu baru saja bangun dari tidurnya satu jam yang lalu. Di luar sana hujan masih mengguyur Bali dari malam tadi. Motor yang dijanjikan akan di antar pun sampai detik ini belum juga tiba.
Rasa gengsi Sephia terlalu tinggi untuk menanyakan bagaimana motornya pada Danar. Sephia baru saja selesai membuat sepiring mie instan dan secangkir kopi dengan ditemani acara gosip di tivi, itu adalah ritual hari libur yang biasa Sephia lakukan.
Pintu kamar itu sedikit terbuka, Sephia menikmati sarapan paginya. Biasanya setelah sarapan dia akan membereskan kamar kostnya hingga bersih tanpa terkecuali. Gadis yang hidup dengan aturan-aturan di kepalanya itu sudah biasa merunut apa saja yang akan dilakukannya dari awal hingga berakhirnya hari.
Suara ketukan di pintu terdengar ketika dia sedang mencuci perkakas yang ia gunakan tadi. Sephia melangkah menuju pintu kamar, pikirnya biasa Nita atau Siska yang datang hanya sekedar untuk meminjam setrika atau mie instan serta telur. Namun sayang perkiraan Sephia meleset, lelaki itu berdiri di depan pintunya dengan pakaian yang sedikit basah karena hujan diluar masih rintik.
"Kamu?"
"Aku mau antar motor kamu," ujar Danar menyerahkan kunci motor pada Sephia. "Gak ada yang bisa antar semalam karena hujan deras."
"Oh ...." Rasa canggung karena kejadian kemarin masih jelas terasa. Mereka sama-sama terpaku berdiri di depan pintu.
"Ya udah kalo gitu, aku permisi," kata Danar menatap Sephia. Dia melihat penampilan Sephia yang apa adanya hari ini. Hanya mengenakan daster berwarna kuning dengan motif bunga-bunga dan rambut yang di cepol memperlihatkan leher jenjang dengan kulit berwarna putih.
"Masih hujan, masuk dulu," ujar Sephia yang jelas tak tega melihat atasannya dengan pakaian setengah basah.
Danar mengukir senyum di wajahnya, masuk ke kamar yang baru saja dirapikan oleh Sephia. Harum kamar yang khas, seperti ingin mengantarkan Danar berbaring di atas tempat tidur berbalut sprei berwarna biru itu.
"Mau minum apa?"
"Gak usah Phi," jawab Danar.
"Aku buatin kopi aja ya?" tanya Sephia namun tak ada jawaban dari lelaki itu.
"Sudah sarapan?" tanya Sephia lagi memutar tubuhnya dan melihat lelaki itu sudah berada di atas tempat tidurnya merebahkan diri dengan mata terpejam.
"Danar ... Danar," ujar Sephia mendekat dan melihat Danar sudah terlelap begitu saja.
"Astaga ... dia pikir dia siapa," Sephia menepuk keningnya.
Belum sampai lima menit dia datang sudah tertidur tanpa dosa. Sephia tak habis pikir dengan kelakuan bos "sinting" nya ini. Sephia membangunkan Danar dengan menggoyangkan tubuh lelaki itu.
"Bangun!" pukulan mendarat di lengan Danar. "Kamu pikir kamar aku ini hotel apa? dateng-dateng main tidur aja," kesal Sephia.
Mata Danar terbuka, mata itu memang terlihat merah dan lelah. Danar tak perduli, dia raih kembali guling yang berada di sisi kanannya.
"Danar!"
"Please, kasih aku waktu setengah jam aja Phi, aku butuh tidur," ujarnya.
"Pulang kalo mau tidur," ujar Sephia.
"Kamu bilang masih hujan tadi makanya gak nyuruh aku pulang kan?" Danar bicara dengan mata terpejam.
"Bangun! aku gak nerima orang yang cuma numpang tidur di kamar aku." Sephia menarik tangan Danar sekuat tenaganya.
Danar akhinya mengalah, duduk di sisi tempat tidur menatap gadis itu dengan tatapan sendu.
"Aku gak tidur karena mikirin kamu," katanya jujur.
"Siapa suruh mikirin aku," ujar Sephia ingin beranjak dari duduknya namun di tahan oleh Danar.
"Aku minta maaf ... yang kemarin," ucap Danar. "Aku nunggu pagi biar bisa ketemu kamu, aku nunggu pintu kamar kamu terbuka untuk tahu kamu udah bangun apa belum."
Sephia mengerutkan keningnya. " Maksudnya dari tadi kamu nungguin di bawah?" tanya Sephia lalu tertawa.
"Kok ketawa? gak kasian liat aku berdiri di bawah pojokan genteng dengan air hujan basahin baju aku?"
"Dih, siapa suruh ... kan bisa chat atau telpon."
"Takut gak di angkat."
"Eh ... bos loh ini yang bilang, takut?" Sephia terkekeh.
"Aku serius, Phi ... aku minta maaf, aku lancang."
Sephia terdiam. "Kamu udah sarapan? kopinya di minum ... kalo udah dingin gak enak." Sephia berdiri lalu menoleh kembali pada Danar. "Udah sarapan? aku ada mie instan, mau?" Danar mengangguk lalu berdiri bersisian dengan Sephia yang mulai memasak mie sementara dia memperhatikan gadis itu sambil menyesap kopi hitam tanpa gula itu.
"Pahit Phi," ujarnya.
"Karena kemarin sudah manis jadi hari ini yang pahit," ujar Sephia tersenyum tipis.
Danar melirik gadis itu, ia tahu yang Sephia maksud. "Jadi ini balas dendam?"
"Eh, kesannya jahat banget aku," kekeh Sephia.
"Kenyataannya begitu," ujar Danar pura-pura kesal.
"Permintaan maaf kamu aku terima ... tapi, dengan syarat."
"Apa?"
"Kopi pahitnya di habisin," ujar Sephia menyerahkan mie goreng yang sudah selesai dia buat. "Gak pake telur, telur tadi tinggal satu udah abis sama aku, nih makan ... jangan lupa kopinya harus habis."
Sephia berlalu mengambil handuk dan beberapa helai baju untuk dia bawa ke kamar mandi. Sementara Danar sudah seperti anak PAUD yang sedang menikmati makanan dan minumannya duduk di karpet sambil menonton film kartun.
...----------------...
Sephia keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap dan wajah yang lebih segar. Tak di dapatinya Danar di sana, entah kemana laki-laki itu. Namun sayup terdengar suara di luar sana, lelaki itu sedang menerima telpon dari seseorang.
"Iya kalo ada waktu, pulang aja dulu ... nanti kita bicarakan," ujar Danar menjawab suara di seberang sana.
Sephia berdiri di samping pintu dengan rambut yang tergulung oleh handuk, memperhatikan raut wajah lelaki itu.
"Aku gak bisa ... kan aku bilang aku gak bisa ... ya terserah kamu," lagi-lagi Danar menjawab dengan nada sedikit marah, tak sengaja pandangan mata Danar mendapati Sephia sedang memperhatikannya.
"Aku tutup dulu, lagi ada urusan ... aku gak janji, liat nanti." Danar mengakhiri hubungan telepon itu, berjalan menuju Sephia.
Hujan kembali deras siang itu, baju Danar bahkan belum kering. Danar tersenyum melihat penampilan Sephia yang hanya mengenakan kaos dan celana 7/8, gadis itu masih tetap terlihat cantik tanpa polesan dan baju kerja yang biasa dia lihat.
"Baju kamu masih basah, mau ganti?" tanya Sephia menuju lemarinya mencari kaos dengan ukuran yang lebih besar.
"Ada?" tanya Danar dari balik tubuh Sephia.
Jangan tanya wajah Sephia seperti apa saat ia mendengar suara itu tepat di belakang telinganya.
"Sebentar, waktu itu aku beli buat Fadil tapi belum sempat aku kirim ke dia, kamu pake aja ... ah ini dia," ujar Sephia menetralkan detak jantungnya.
"Ini." Sephia memutar tubuhnya.
Lelaki itu begitu dekat dengannya, tatapan mata mereka saling mengunci. Sephia sedikit menjauh, dia tidak ingin salah mengartikan semua ini. Setelah ciuman dadakan kemarin, pikiran Sephia pergi entah kemana-mana.
Sephia marah saat itu, tapi dia juga tidak bisa berbohong jika perlakuan itu membuat dia sedikit melambung.
"Phia ...." Danar menahan tangan Sephia untuk diam di posisinya.
"Pake bajunya, nanti kamu masuk angin," ujar Sephia mulai salah tingkah.
Danar meraih kaos itu, dalam hitungan detik, dada polosnya sudah terbuka dihadapan Sephia. Sephia menunduk, Danar terkekeh.
"Belum pernah liat ya?" tanyanya setelah memakai kaos itu.
"Ish ...." Sephia mendorong tubuh Danar agar menjauh darinya "minggir."
"Sebentar," ujar Danar meraih tangan Sephia.
"Apa?"
"Aku boleh ...?"
"Apa?"
"Peluk kamu ... sebentar aja, boleh?"
"Kamu kenapa?" Sephia kembali melihat wajah Danar seperti menumpuk masalah.
Danar merengkuh Sephia ke dalam pelukannya, tangan Sephia masih kaku di kanan dan kiri tubuhnya.
"Kamu ada masalah?" tanya Sephia penasaran.
"Gak ... gak ada, aku cuma nyaman aja deket sama kamu," ujar Danar masih dengan memeluk Sephia.
Tubuh mereka yang tiba-tiba tak berjarak ini yang selalu membuat Sephia takut menyalah artikan semuanya.
"Phia ...." Danar melepaskan pelukannya.
"Iya?" Netra mata mereka saling mengunci.
"Aku minta maaf ... untuk kemarin ... dan juga ini." Danar perlahan menautkan bibirnya, memberikan ciuman yang lebih lembut lagi dari kemarin.
Sephia terpaku, dia benar-benar diam namun matanya terpejam meresapi ciuman lembut dari Danar.
"Phia," Danar menarik dirinya, menatap sayu mata Sephia yang kembali terbuka. "Buka dan balas," ujarnya memulai lagi sentuhan itu.
Danar kembali menyesap dan menggigit kecil-kecil bibir Sephia, kali ini pelan Sephia mengikuti alur yang Danar minta lalu membalasnya. Lelaki itu melepaskan sebentar hanya untuk memberikan kesempatan pada Sephia untuk sedikit menghirup udara lalu memulainya kembali.
Tangan gadis itu yang tadinya berada di sisi kanan dan kiri tubuhnya itu sekarang sudah berada di pinggang Danar memilin ujung kaos yang Danar kenakan.
***banyak yang bilang perselingkuhan itu terjadi karena mendapatkan kenyamanan dari sebuah hubungan tanpa status.
enjoy reading 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nacita
ngeri ya klo ngmongin perselingkuhan 😁
2024-02-10
0
veranita1
aku kok ngerasa kasihan ya klo lihat danar lg bnyak pikiran😞pdhl kn gk bisa dilihat kan ya😩
2023-11-06
0
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣ini MAh lebih dari anak PAUD
2023-03-11
1