Sephia membaringkan tubuhnya, dia merasakan begitu kelelahan, psikis maupun fisik. Energinya seharian ini terkuras habis untuk sebuah laporan keuangan. Belum lagi Bos "gila" nya yang selalu mengintimidasi.
Kedekatan fisik yang terjadi tadi antara ia dan Danar membuatnya tersenyum senyum sendiri. Bantal menjadi saksi bisunya menelusupkan wajahnya dalam-dalam. Getaran yang aneh, sungguh aneh ... bagaimana mungkin seorang atasan mengantarkan bawahannya pulang, dengan cara memaksa diiringi kedekatan wajah mereka tadi, bahkan hembusan nafas Danar beraroma mint saja masih Sephia rasakan di sekitarnya.
"Gila ... ini sungguh gila, bagaimana bisa jantung ini selalu berdebar kencang hanya karena tatapan matanya, senyumnya bahkan sentuhan yang tanpa sengaja itu." Sephia menepuk keningnya, lalu kembali membenamkan wajahnya pada bantal.
Kejadian-kejadian seharian ini berputar terus menerus di benaknya, bahkan saat mata itu tertutup pun lelaki itu seperti hilir mudik berlarian di kelopak matanya.
Sephia berkali-kali tersenyum akan hal konyol yang ia bayangkan. Gila! ini sudah gila ....
...----------------...
Pukul delapan pagi, Sephia terburu-buru menuruni anak tangga kost. Iya, Sephia terlambat bangun pagi ini. Ada waktu setengah jam untuk sampai ke kantornya. Menaiki ojek online yang ia pesan, sedikit kesal karena motornya tadi malam ia tinggalkan di kantor.
"Telat Phi," sapa Ardi.
"Iya ... telat segalanya," jawab Sephia kesal menarik kursi meja kerjanya.
"Jam berapa kelar?" tanya Ni Luh lalu memberikan satu bungkus roti pada Sephia, karena dia yakin Sephia pasti juga belum sarapan.
"Jam 9 atau setengah 10 gitu deh," ujarnya lalu membuka laptopnya.
"Tapi dapet akar masalahnya?" tanya Ni Luh lagi.
"Belom ... ini mau aku kerjain lagi, ada sedikit lagi ... mungkin Mbok Luh bisa bantu aku," ujarnya penuh harap.
"Oke ... tapi nanti ya setelah aku selesai in ini," ujarnya menunjuk pada kwitansi pembayaran.
"Mudah-mudahan sebelum sore udah kelar, jadi bisa dilaporkan ke Pak Danar," harap Sephia.
"Terus semalem lembur di ruangan Pak Danar ya, Phia?" tanya Ardi ingin tahu.
"Iya ... sedih aku," ujar Sephia dengan mimik wajah sedih.
"Kok sedih? emang diapain?" tanya Ardi lagi.
"Ish, ya gak di apa-apa in Mas, cuma sedih aja aku sendirian ngerjain ini semua."
"Tapi dapet bonus bisa lama liatin Pak Danar, kan?" goda Ni Luh.
"Gak penting kalo itu Mbok ... besok-besok Mas Ardi aja ya yang laporan ke dia kalo Bu Ratna suruh-suruh."
"Emang diapain sih ... sampe kapok gitu," aku kok curiga," Ardi tersenyum.
"Curiga darimana ... ish, itu Bos paling semena-mena," ucap Sephia kesal.
"Pagi ...," sapa kepala keuangan Ibu Ratna.
"Pagi Bu Ratna ...," jawab mereka bersama.
"Aku kira, aku yang paling telat ... ternyata ada yang lebih telat," bisik Sephia pada Ni Luh.
...----------------...
"Okeh ... selesai." Sephia menghela nafas panjang, akhirnya revisi laporan itu selesai juga ia kerjakan dengan bantuan Ni Luh.
"Makan dulu, Phi," ujar Ardi yang masuk membawa satu kotak pizza besar untuk mereka siang ini.
"Mas Ardi tumben gak makan siang di bawah," kata Sephia sembari merapikan tumpukan laporan.
"Dimodalin Ni Luh nih ... buat beli ini, eh ... Bu Ratna mana?" tanya Ardi yang saat turun ke bawah tadi, atasannya itu masih berada di sana.
"Meeting," jawab Ni Luh meraih satu potongan pizza.
"Dadakan?" tanyanya diangguki oleh Sephia.
"Makan dulu Phia, dari tadi isi kepala kamu tegang terus," goda Ni Luh.
"Iya Mbok, apalagi nanti saat menyerahkan laporan ini ... aku yakin tegang lagi otak aku," kekeh Sephia.
Pukul tiga sore, Bu Ratna masuk ke ruangan mereka. Dengan wajah sedikit kesal Bu Ratna menghempaskan tubuh tambunnya ke kursi. Pandang ketiga stafnya mengikuti hingga saat Bu Ratna membalas memandang mereka secara bergantian.
"Hhmm ... jadi gini," ujarnya berjeda. "Tadi saat rapat, Pak Danar menanyakan laporan keuangan yang tim kita buat untuk satu tahun ini," kata Bu Ratna, lalu terdiam. "Beliau memeriksa semuanya secara detail ... aku gak nyangka beliau akan memeriksanya serinci itu," jelasnya lagi.
"Tapi laporan kita tidak bermasalah kan Bu?" tanya Sephia.
"Gak ... cuma memang tadi ada sedikit perdebatan antara aku dan dia," ujar Bu Ratna lagi.
belum tau Bu Ratna kalo bos yang kata mereka ganteng itu gak suka di bantah gumam Sephia dalam hati.
"Permasalahan laporan pajak yang tidak di laporkan namun ada uang keluar untuk pembayaran pajak," ujar Bu Ratna.
"Oh ... kalo itu sudah kita temukan kenapa bisa seperti itu, Bu," jawab Sephia.
"Sudah ketemu?" tanya Bu Ratna dan Sephia menjawab mantap dengan anggukan.
"Berarti hasil laporan itu berikan ke Pak Danar sekarang ... jangan sampai dia menunggu lama."
Sephia mengangguk membawa beberapa laporan yang dibutuhkan sebagai penguat laporan dan laptopnya agar ia bisa menjelaskan secara langsung pada atasannya itu.
...----------------...
Sebelum memasuki ruangan itu, Sephia berbincang sebentar dengan Made, assisten pribadi Danar, lelaki yang baru saja menyandang status duda itu semakin hari terlihat semakin tampan.
"Masuk aja, Phia ... beliau di dalam kok," kata Made, lelaki beranak satu itu pun tersenyum.
Sephia merapalkan doa, semoga atasannya yang kadang "gila" itu hari ini bisa berpikir normal layaknya manusia.
"Kok berdoa?" tanya Made terkekeh. "Kayak mau masuk kandang singa aja," ujar Made lagi.
"Ini bukan cuma sekedar kandang singa Pak, tapi monster," ujar Sephia sedikit berbisik dan menekan handle pintu setelah mengetuk dan mendengar jawaban masuk dari dalam.
"Semangat Phia," ujar Made lagi menggelengkan kepalanya, Sephia mengepalkan tangannya dan berkata semangat tanpa suara.
"Sore Pak," sapa Sephia.
"Sore ... duduk," ujar lelaki berkulit putih bermata sedikit sipit itu.
"Saya ... em, saya sudah menyelesaikan laporan keuangan yang ganjil kemarin," ujar Sephia duduk dan membuka laptopnya.
Danar beranjak dari duduknya menghampiri Sephia. Kedekatan itu kembali terjadi lagi, jantung Sephia bertalu-talu semakin kencang. Sedikit membungkukkan tubuhnya dengan satu tangan kanan bertumpu di meja sementara tangan kirinya berada di sandaran kursi yang Sephia duduki.
"Jelasin," ujar Danar menoleh ke arah Sephia.
Seketika pandangan mata mereka beradu, cepat-cepat Sephia mengalihkan perhatiannya pada laptop di depannya.
"Ini Pak, jadi ...." Sephia menjelaskan secara mendetail kesalahan yang terjadi pada laporan keuangan itu.
Sesekali mata mereka saling beradu, Sephia menjelaskan semuanya secara detail. Danar suka melihat gadis ini jika sedang serius bekerja. Danar menundukkan sedikit kepalanya sehingga bersisian dengan wajah Sephia.
"Jadi maksud kamu ini hanya kesalahan posting yang dilakukan oleh staff sebelum kamu?" tanya Danar menoleh pada Sephia sehingga wajah mereka sangat dekat.
"Hah ...." Sephia terkejut, sumpah demi apapun lelaki ini pesonanya luar biasa. Jantung Sephia seakan ingin berlarian keluar dari tempatnya.
"Ini loh ...." Danar menarik lembar kertas. "Ini ... tertulis tanggal 20 September uang keluar untuk membayar pajak senilai 50 juta nah di neraca yang dibuat tertulis bukan uang membayar pajak melainkan uang yang di keluarkan untuk pembayaran alat meubel yang baru di beli saat itu, benar?"
"Iya ... jadi di tanggal yang sama hanya berbeda posting serta keterangan, tapi bukti pembayaran pajak ada di tanggal yang sama ... ini," ujar Sephia menunjukkan bukti pembayaran pajak.
"Semua sudah kamu cek? bener?" tanya Danar dan Sephia mengangguk.
"Hanya kesalahan seperti ini fatalnya kemana-mana," ujar Danar lagi berjalan ke tempat duduknya.
"Iya Pak ... selanjutnya kami akan lebih teliti lagi," ujar Sephia.
"Ya sudah ...." ujarnya meraih ponselnya.
"Kalo begitu saya permisi, Pak," pamit Sephia membereskan pekerjaannya.
"Siapa bilang sudah selesai," kata Danar melirik ke arah gadis itu tajam.
"Maaf?" tanyanya memastikan.
"Aku belum bilang selesai ... jadi kamu belum bisa keluar dari ruangan ini." Danar kembali menatap gadis yang sudah berdiri itu.
Aku kamu? kemana lo gue?pikir Sephia.
"Tapi ... pekerjaan saya sudah selesai Pak," jawab Sephia.
"Aku udah bilang kemarin, kalo berdua gak usah kaku ... biasa aja," ujar Danar beranjak dari kursinya mendekati Sephia.
"I-iya sih ... tapi ini masih jam kantor," ujar Sephia mulai serba salah ketika lelaki itu menyandar di meja dan menyilangkan kakinya tepat di depan Sephia.
"Boleh keluar dari ruangan ini, kalo kamu kasih tau aku ... berapa nomernya?"
"Nomer? nomer apa?"
"Ponsel kamu ...." Pinta Danar dengan tangan menengadah.
"Oh ... i see ... gue lo hilang dan berganti aku kamu ... demi ponsel?" Sephia menaikkan alisnya.
"Iya ... dan itu penting buat aku," jawab Danar menggerakkan jarinya meminta ponsel Sephia. "Berapa nomernya? mana ponsel kamu?"
Sephia tersenyum. "Saya permisi Pak, tim saya menunggu untuk laporan ini," ujar Sephia dan membalikkan tubuhnya.
"Gak secepat itu ...." Danar meraih lengan gadis itu hingga tubuh mereka berbenturan.
***udah panjang belom ini?? 😂
enjoy reading 😘***
Liat senyum Mas Danar aja aku udah meleleh😍
Segini aja cantik padahal bete gara-gara laporan keuangan 😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
veranita1
aku punya visual sendiri di otakku buat masDanarnya, Thor.gpp kan😁😘
2023-11-06
2
Erni Fitriana
suka curahan pikiran halu mu chida....semangatttttttt
2023-03-11
2
EndRu
beneran bos pemaksaan ini namanya ...
2023-02-06
0