Sephia
Kuta Bali, 2019 di akhir tahun.
Di sebuah pusat perbelanjaan, seorang gadis muda berambut sebahu, dengan bola mata yang sedikit sipit, berkulit putih, dengan bentuk tubuh yang proporsional sedang mengamati beberapa merk sabun dan shampo yang biasa dia gunakan.
Matanya seolah mencari-cari sesuatu, dan akhirnya mendapatkan apa yang ia butuhkan. Lalu kembali melangkahkan kakinya menuju blok dimana terdapat berbagai jenis makanan. Iya, gadis itu senang sekali makan.
Sephia Anjani nama gadis itu. Gadis berusia 23 tahun itu berasal dari Bogor, mengadu nasib ke Bali karena dipindahkan dari perusahaannya bekerja yang berpusat di Jakarta. Dengan segala wejangan kedua orangtuanya maka restu untuk merantau pun ia peroleh.
Perusahaan tempat ia bekerja adalah perusahaan ekspor impor furniture. Salah satu perusahaan terbesar di Indonesia mempunyai anak perusahaan di Bali. Setelah menyelesaikan pendidikannya, gadis itu mendapatkan pekerjaan disana berdasarkan rekomendasi dari kampusnya terdahulu.
Baru tiga bulan dia berada di Bali, gadis yang mempunyai bentuk mata sedikit sipit itu menikmati kehidupannya di sana. Bagaimana tidak, tinggal di Bali sama saja seperti everyday is holiday. Pergi bekerja yang tidak terburu-buru dengan kemacetan, pulang kerja dia pasti menghabiskan waktu sorenya dengan menikmati sunset di tepi pantai.
Setelah merasa cukup dengan apa yang ia butuhkan, ia menuju meja kasir yang sedikit ramai. Berusaha mencari tempat yang agak sedikit sepi, ia mendorong troli belanjanya menuju kasir paling ujung.
Untungnya antri tidak banyak, ia langsung mendorong trolinya masuk ke meja kasir sebelum akhirnya seorang pemuda mendahuluinya.
"Eh," ujarnya sedikit terkejut.
"Sorry, tadi gue antri di belakang ibu ini, tapi gue tinggal buat nyari ini," ujar lelaki berkaca mata hitam dengan tinggi badan sekitar 180cm yang menunjukkan satu kret minuman kaleng di tangannya.
Tak ingin berdebat, akhirnya Sephia mengalah dan mempersilahkan pria itu untuk melakukan transaksi duluan. Sembari menunggu pembayaran pria itu mencuri pandang gadis dengan bentuk hidung yang bangir.
Terkadang tatapan mata mereka saling berbalas. Meskipun kacamata hitam itu cukup menghalangi penglihatan Sephia untuk mengetahui siapa di balik itu. Pria itu melemparkan senyumannya ketika transaksi yang ia lakukan sudah selesai.
Pertemuan macam apa ini pikirnya, melihat senyum nya saja sudah membuat jantung berdebar. Sephia tersenyum tipis saat mengingatnya, menunggu taksi online untuk membawanya kembali ke tempat dia tinggal sekarang.
Taksi online berhenti di sebuah bangunan dengan sekitar sepuluh pintu kamar, Sephia menurunkan barang belanjaannya seraya berterimakasih pada pak sopir. Membuka pagar kost-kost an yang ia tempati. Berjejer beberapa mobil dan motor milik penghuni kost.
Kamar Sephia berada di atas, kost an itu kost campur itu artinya penghuni kost ada yang pria dan ada yang wanita bahkan ada yang sudah berstatus sebagai pasangan suami istri. Di sebelah kanan kamar Sephia adalah seorang DJ suatu club malam dan di sebelah kiri kamar Sephia sepasang suami istri yang berasal dari Bandung bekerja di salah satu perusahaan retail di Bali. Bersyukurnya Sephia, ia dianggap seperti saudara oleh mereka, mungkin karena umurnya terlalu muda dan baru pertama kali keluar melihat dunia, itu istilah mereka.
"Baru pulang, Phi?" ujar Nita yang berasal dari Bandung.
"Iya, Teh ... nih belanja bulanan," jawabnya lalu meraih kunci untuk membuka pintu.
"Aih, baru gajian kayaknya," timpal Rudi suami Nita yang sedang memakai sepatu.
"Iya, A." Sephia tersenyum simpul.
"Ya udah, Phi ... kita tinggal ya, biasa mau jalan-jalan," ujar Nita bergelayut pada lengan suaminya.
Sephia hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya. Kamar itu berukuran lumayan besar, hanya ada springbed berukuran 100x200, sebuah lemari baju, kipas angin, televisi 24' yang tertempel di dinding, dan sebuah nakas di samping tempat tidur. Lalu di dalam kamar juga terdapat dapur kecil, ada sebuah kompor satu tungku untuk Sephia memasak, wastafel, rak piring dan sebuah rak bumbu kecil dan satu buah kulkas mini yang Sephia beli satu bulan yang lalu.
Terdapat juga kamar mandi berukuran 1,5m x 2m. Rata-rata sebuah kamar kost di Bali memang seperti ini. Jadi bisa dikatakan seperti apartemen tipe studio tapi berbeda ukuran saja lebih kecil.
Sephia menyusun barang belanjaannya, setelahnya dia membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya yang lelah karena satu harian bekerja lalu singgah untuk berbelanja bulanan.
...****************...
Jumat pagi, Sephia sudah bersiap dengan mengenakan kemeja baby pink dipadukan dengan celana pensil berwarna hitam, high heels berwarna nude hampir sama dengan warna kakinya yang putih. Meraih totebag kulit di atas tempat tidurnya, Sephia keluar dari kamarnya lalu menguncinya.
"Duh Phi, pagi-pagi liat kamu seger banget," ujar Siska seorang DJ club malam yang duduk di depan pintu menghabiskan sebatang rokoknya masih dengan menggunakan tanktop dan celana pendek.
"Kak Sis, jalan dulu ya," Sephia melambaikan tangan padanya.
"Eh, Phi ... besok liburkan? ikut aku nanti malem yuk ke club, sekali-kali lah."
"Liat ntar aja Kak, ntar aku kabari ... udah telat nih," ujar Sephia menolak secara halus, menuruni anak tangga lalu berlari kecil menuju ojek online yang menunggunya sedari tadi.
Bangunan lima lantai yang sudah akrab dengan Sephia tiga bulan terakhir ini pun berdiri sangat kokoh. Senyum Sephia mengembang setiap bertemu dengan beberapa staf yang melintas, menggunakan lift menuju lantai tiga dimana tempat ia menghabiskan setengah hari hidupnya berkutik dengan angka.
"Pagi Sephia," sapa Ardi partner kerjanya. "Manggil nama kamu, aku berasa langsung pengen nyanyi lagunya band lawas itu," goda Ardi.
Sephia hanya tersenyum menanggapinya, menarik kursi kerjanya, meletakkan tas lalu bersiap berkutik kembali dengan angka-angka.
"Yang jadi pertanyaan aku nih, apa mungkin saat kamu lahir lagu itu udah ada ya, Phi? terus orang tua kamu terinspirasi?" Ni Luh berusaha menganalisa seperti halnya ia menganalisis angka-angka setiap hari.
"Bisa jadi, Mbok Luh ... aku juga gak kepikiran buat nanya ke ibu sama bapak," Sephia melemparkan kembali senyum pada dua orang rekan kerjanya.
"Pagiii ...." Seorang wanita bertubuh tambun, dengan kacamata dan olesan lipstik tebal masuk ke ruangan itu.
"Pagi," sahut ketiga dari mereka secara bersamaan.
"Aku dapat kabar setelah makan siang, sekitar jam dua kita ke ruang meeting ya, jadi per bagian divisi diharapkan hadir," ujar Ibu Ratna selaku manager keuangan di divisi Sephia berada.
"Ada acara?" tanya Ardi pada atasannya.
"Sejauh ini yang aku dengar sih, katanya perkenalan anaknya Pak Hermawan yang baru pulang dari Inggris itu ... gosipnya bakal gantiin Pak Gede, kan Pak Gede awal tahun udah pensiun," ujar Ibu Ratna lalu menghenyakkan tubuhnya yang tambun itu pada kursi kekuasaannya.
"Padahal Pak Gede itu baik banget ya, ramah lagi ...," ujar Ni Luh.
"Kan udah harus pensiun Luh, masa udah mau pensiun masih bercokol di sini ... ngapain." sergah Ardi.
"Iya juga ya ... semoga penggantinya walaupun anak yang punya perusahaan gak arogan dan sombong kayak anak-anak pengusaha pada umumnya deh," doa Ni Luh penuh harap.
"Mudah-mudahan ya ... sekarang aku minta laporan keuangan kalian Ni Luh sama Ardi, lalu Sephia kepengurusan pajak sudah kamu bereskan kemarin?" tanya Ibu Ratna memulai pergerakan hari mereka dengan bekerja.
Sephia menjawab dengan anggukan dan melangkah membawa berkas kepada Ibu Ratna.
Mbak \= Mbok dalam bahasa Bali.
Kakak \= Mas \= Bli dalam bahas Bali.
***Haiii... ketemu lagi dengan Chida,
aku berharap alur ceritanya bisa kalian ikuti dan nikmati yaaaah... sebagaimana yang dulu-dulu aku hanya penulis pemula yang selalu ingin belajar dan belajar.
enjoy reading 😘
Chida ❤️***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Dewa Rana
baca ulang Thor
2024-12-20
0
Ira Suryadi
Baca Ulang lgi ya ke-4x nya,,,
2024-07-21
0
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
DANAR SEPHIA😁😁😁
2023-12-29
1