"Mo balik? udah setengah dua malem," ujar Danar pada Sephia yang sudah menguap berkali-kali.
"Kamu aja duluan, nanti aku nyusul ... gak enak kalo ada yang liat," jawab Sephia.
"Kenapa gak enak? emang kita ngapa-ngapain ...," ujar Danar lalu tertawa.
"Bukan masalah itu ... ish," gerutu Sephia.
"Ayo." Danar meraih tangan gadis itu tanpa permisi, memintanya bangkit dari duduknya.
Mereka berjalan bersisian, sesekali Sephia mengeratkan pelukan tangannya pada sweater abu-abu itu, sesekali juga dia menggosok telapak tangannya agar lebih terasa hangat, udara benar-benar begitu dingin.
Danar meraih satu tangan gadis itu, menggenggamnya lalu membawanya masuk ke dalam kantung hoodie yang ia kenakan. Sementara tangan Sephia yg lain mengeratkan pada tubuhnya. Sephia terkejut saat Danar melakukan hal itu, ia melirik lelaki itu yang masih dengan santai berjalan di sebelahnya.
"Biar gak terlalu dingin ... kami melakukannya saat sedang musim dingin atau salju di sana," ujar Danar seakan tahu arti lirikan Sephia.
"Kami? kamu sama pacar kamu?"
"Kami ... dalam arti masyarakat yang tinggal di negara empat musim," ujarnya menoleh ke arah Sephia.
"Oh ...."
"Kenapa?"
"Gak papa," jawab Sephia menutupi rasa penasarannya.
"Hangatkan?" Sephia mengangguk. "Lebih hangat lagi kalo saling berpelukan," ujar Danar tersenyum tipis.
"Ish ...."
"Loh, bener kan ... berpelukan itu akan membantu kita menghangatkan tubuh, memberi energi positif pada lawan yang kita peluk, memberi ketenangan dan kenyamanan ... mau coba?" ucap Danar berhenti melangkah.
"Apaan sih ... udah ayo, sudah malam semakin dingin." Sephia menarik tangannya yang masih di genggam Danar di dalam hoodie.
Danar tertawa, dia tahu betul Sephia salah tingkah atas perlakuannya tapi Danar suka itu. Melihat gadis itu tersenyum malu-malu saja membuat hatinya terasa hangat.
Mendekati villa, Sephia melepaskan tangannya dari dalam hoodie Danar.
"Kenapa?" tanya Danar berhenti melangkah namun menarik tangan Sephia kembali.
"Sudah mendekati villa, aku gak mau mereka berpikiran macam-macam tentang aku sama kamu, meski kita gak ngapa-ngapain ... kamu juga harus menjaga tindak tanduk kamu sebagai pemimpin mereka," ujar Sephia menatap Danar.
Danar mengerti apa yang di maksud Sephia, dengan berat hati ia melepaskan tangan gadis itu. Gadis yang selama empat jam menemaninya duduk di tepi danau dengan berbagi cerita-cerita konyol yang mengasyikkan.
"Oke ... lo jalan duluan, ketemu besok lagi," ujarnya pada Sephia. "Oh ya ... satu lagi, kalo cuma kita berdua, gue mau kita kayak gini gak ada batasan antara atasan dan bawahan, lo tetep panggil gue Danar ... oke?" Danar meyakinkan Sephia, Sephia menjawab dengan anggukan lalu berjalan mendahului Danar.
"Phia ...," panggilnya, gadis itu menoleh. "Mimpi indah," ucap Danar tersenyum, Sephia hanya mengangguk.
Memasuki kamar itu dengan perlahan, Sephia membersihkan dirinya lalu merebahkan tubuhnya, masuk ke dalam selimut. Menatap langit-langit kamar lalu tersenyum tipis.
"Darimana aja?" Ni Luh mengagetkan Sephia.
"Eh ... keganggu ya?"
"Gak ... aku baru mau tidur," ucap gadis itu. "Tadi aku cariin kamu Phi, tapi gak ketemu ... kamu darimana?"
"Ke tepi danau, terima telpon dari ibu ... biasa lah, sudah jadi kebiasaan ibu setiap malam Minggu pasti telpon aku," ujarnya.
"Oh ... aku kira kamu menghilang kemana," Ni Luh memiringkan tubuhnya ke arah tempat tidur Sephia.
Sejujurnya tadi saat mencari Sephia, Ni Luh sudah menemukan gadis, itu saat akan melangkahkan kakinya Ni Luh tersadar jika Sephia tidak sendiri melainkan duduk bersama atasannya, terlihat begitu akrab dan dekat. Ni Luh mengurungkan niatnya untuk menghampiri.
"Mau kemana aku Mbok, villa di dekat danau seperti ini ntar aku hilang kamu nangis," kekeh Sephia.
"Ya sudah tidur ... besok pagi-pagi kita masih ada acara, sesuai jadwal panitia kita balik dari sini setelah makan siang," jelas Ni Luh lagi.
"Aku tidur ya ... bangunin besok pagi," pesan Sephia menarik selimutnya ke batas leher.
Hari itu setelah acara pagi dan sesudah makan siang, rombongan itu akhirnya melanjutkan perjalanan mereka kembali lagi ke kota. Kali ini Sephia duduk bersama Ni Luh, Sephia sengaja meminta Ardi untuk mencari tempat duduk di lain tempat.
Saat Danar menaiki bis itu, matanya mencari-cari dimana gadis yang semalam menghabiskan waktu dengannya. Saat ia mendapati keberadaan gadis itu, senyumnya memudar ketika melihat Sephia duduk bersama temannya.
Sephia memasang headsetnya, saat melihat Danar masuk ke dalam bis. Mata mereka saling menatap, sayangnya Sephia buru-buru membuang pandangannya keluar jendela. Sephia takut dengan kecurigaan Ni Luh yang ikut memandang dua manusia itu. Dengan berat hati akhirnya Danar kembali duduk di kursi bagian depan dengan salah satu manager marketing perusahaannya.
...----------------...
Tiga hari setelah kepulangan mereka dari acara gathering kantor, Sephia berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu atau berpapasan di manapun Danar atau Sephia berada. Seringkali Danar melintas melewati ruangan Sephia dan tim nya, sayangnya lelaki itu kadang tak mendapati Sephia berada di sana.
Hingga akhirnya hari ini ia memutuskan untuk menghubungi kepala keuangan, Ibu Ratna. Untuk datang ke ruangannya dengan membawa beberapa berkas yang menjadi alasannya agar Sephia yang menjelaskan tentang laporan itu.
"Phia," panggil Ibu Ratna yang baru saja mengakhiri panggilan telepon di ruangannya.
"Iya Bu," jawab Sephia cepat.
"Tolong bawa laporan keuangan bulan September tahun lalu ke ruangan Pak Danar, sekalian berkas pajak yang kamu kerjakan di bulan yang sama, Pak Danar bilang dia menemukan beberapa pajak yang tidak di laporkan oleh perusahaan," jelas ibu Ratna.
"September? itu berarti laporan pajak bukan saya yang bikin Bu," jawab Sephia. "Karena bulan Oktober saya baru berada di kantor ini," Sephia bingung namun tetap saja dia beranjak ke lemari berkas yang berada di depan mejanya.
"Iya, saya tahu ... tapi setidaknya laporan yang kamu buat di tiga bulan terakhir saat kamu mulai berada di sini runut dengan bulan-bulan sebelumnya," ujar Ibu Ratna.
"Iya ... saya mengerti, tapi seingat saya gak ada masalah," Sephia masih mengerutkan dahinya.
Ni Luh yang mendengarkan percakapan dua orang di dalam ruangan itu hanya bisa tersenyum tipis. Ni Luh sudah menganalisis semuanya seperti yang biasa ia lakukan bukan hanya dengan angka tetapi juga dengan tatapan mata antara Sephia dan Danar saat itu di dalam bis.
"Udah bawa aja ke ruangan Pak Danar," ujar Ni Luh, "Eh, Phia ... laptopnya di bawa biar sekalian di revisi di sana kalo ada yang salah," Ni Luh tersenyum penuh arti.
"Aih, ribet amat sih ini udah jam empat Mbok, alamat lembur ...." Sephia cemberut.
"Jalanilah takdirmu wahai anakku," Ardi tertawa.
Suara ketukan pintu itu pun terdengar, sudut bibir Danar pun terbentuk. Gadis yang dia tunggu akhirnya datang juga.
"Masuk," ujarnya santai seolah asyik dengan laptop yang berada di hadapannya. "Kamu bawa apa yang saya minta sama Ibu Ratna?" ujarnya lagi menurunkan sedikit kacamatanya.
"Iya Pak, sesuai yang Bapak minta," jawab Sephia berjalan ke arah meja kerjanya.
"Duduk ... tunjukan sama saya laporan bulan September dan buka laptop kamu."
Astaga ... bagaimana bisa jantung ini berdebar kencang hanya karena sebuah laporan keuangan batin Sephia yang berusaha menutupi wajah dari balik laptopnya.
gimana-gimana udah berasa belom senyum-senyum sendiri 😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
veranita1
udah dari tadi senyum² sendiri, Thor. mo ngajakin othornya senyum, tp jauh😘
2023-11-06
0
emaknya Bel
ada aja akalnya bang Danar cari mbk phia
2023-10-27
0
Athalia_02
kerasaa bangeeeeeet feel nya... bisa gitu ikutan melting dan senyum-senyum sendiri thor... 🥰🥰
2023-04-18
2