Bis itu akhirnya berhenti di sebuah villa yang menghadap sebuah danau, udaranya begitu sejuk. Bangunan villa itu begitu estetik, perusahaan sendiri menyewa tiga villa sekaligus.
Masing-masing villa terdapat enam kamar dengan tiga tempat tidur di dalam satu kamarnya. Dan Sephia bersama dengan Ibu Ratna dan Ni Luh pastinya.
Acara demi acara pun berjalan, acara gathering seperti ini memang sangat melelahkan, namun dari semua karyawan sebuah perusahaan acara seperti ini adalah hal yang di tunggu-tunggu. Selain me-refresh dan memberi semangat para pejuang nafkah ini, acara ini juga sebagai bentuk perhatian dari perusahaan atas kerja keras mereka selama bekerja.
...----------------...
Malam itu, semua berkumpul untuk mendengarkan kata-kata perpisahan dari Bapak Gede. Seorang pemimpin yang loyal itulah sebutan mereka untuk Bapak Gede, perusahaan berada pada kemajuan pesat selama puluhan tahun di pimpin olehnya.
Selain sahabat dari Hermawan Wicaksana, Bapak Gede juga salah satu pendiri perusahaan tersebut. Mereka membangunnya dari Nol. Memutuskan untuk berhenti di umur yang semakin senja adalah yang terbaik. Selain memberikan kesempatan kepada yang muda-muda untuk belajar, ia pun ingin menikmati masa tua nya dengan hal-hal positif.
Salah seorang anak dari Pak Gede pun bekerja di perusahaan itu, Made namanya. Made yang akan menjadi asisten Danar selama Danar memegang tampuk pimpinan cabang di Bali.
Gadis itu mengenakan kaos berwarna putih, di balut dengan sweater rajut abu-abu dipadu padankan dengan jeans 7/8. Dia menggunakan kaos kaki dengan sandal jepit sebagai pelengkap. Penampilannya tak luput dari perhatian Danar yang melihatnya tak jauh dari tempat ia berdiri dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.
Danar tersenyum melihat penampilan gadis itu, terkekeh dalam diam saat melihat kaos kaki dan sandal jepit yang menghiasi kaki Sephia. Lucu ... itu yang terlintas di pikiran Danar. Sembari meneguk minuman soda untuk menghangatkan tubuhnya malam itu.
Udara yang begitu dingin menusuk tulang belulang, namun acara tak mungkin pula ia tinggalkan. Matanya mencari-cari dimana Sephia yang tadi berdiri tak jauh dari tempatnya. Gadis itu menghilang, sejauh mata memandang Danar tak menemukannya.
Berjalan mengitari halaman luas villa itu, Danar masih mencari-cari. Hingga dia temukan seorang gadis yang menatap danau duduk di pinggiran jembatan kecil di bibir danau dengan kaki bersila dan ponsel yang berada di telinganya.
"Iya ... Ibu juga sehat-sehat ya, salam buat bapak bilang sama bapak jangan kangen sama Phia," ujarnya terkekeh saat berbicara dengan lawan bicaranya di seberang sana.
"Iya ... Phia pasti jaga diri," ujarnya lagi mengakhiri perbincangan.
Malam itu danau yang berada di hadapan mereka memantulkan sinar bulan. Cahaya malam dan satu lampu berwarna kuning tepat berada di sisi jembatan menambah keindahan malam itu.
"Boleh gue gabung?" Sephia mendongak ke atas, menyadari atasannya berada tepat di sebelahnya, ia pun beranjak. "Udah duduk aja, gue cuma mau ini ... kalo lo gak keberatan," ujarnya menunjuk sebatang rokok yang diapit di dua jarinya.
"Oh ... silahkan Pak."
"Kalo diluar jam kantor ... santai aja gak usah resmi panggil Bapak, gue orangnya asik aja kok." Danar duduk di samping Sephia.
"Hah?"
"Iya, lo bisa panggil gw Danar aja ... gak usah bapak, berasa tua banget gue di panggil bapak."
"Belom tua?" tanya Sephia lugu dengan alis yang mengkerut.
"Belom lah ... masih 28 taun, emang muka gue tua?"
"Gak juga ...." Sephia terkekeh.
"Gue gak papa kan ngerokok? lo gak terganggu?"
"Gak Pak eh ...."
"Panggil Danar ... khusus buat lo gue kasih pengecualian."
"Bisa gitu ya," ujar Sephia memandang lurus ke depan lalu tersenyum.
"Bisa ... orang-orang terpilih yang bisa manggil gue dengan nama aja," ujar Danar juga ikut memandang jauh ke depan.
Lama mereka terdiam dengan lamunan masing-masing, ingin memulai berbicara pun bingung dengan apa yang akan mereka bahas. Entah lah, setelah perbincangan hangat mereka di dalam bus siang tadi, pertemuan kali ini malah membuat mereka merasa canggung kembali.
Tepat jam 12 malam, kilauan kembang api menghiasi langit malam. Keduanya menikmati itu, memandang ke atas dengan senyum yang mengembang. Mengagumi keindahan malam pergantian tahun.
"Make a wish?" tanya Danar.
"Gak pernah ...."
"Kenapa?"
"Karena gak ada yang di minta," jawab Sephia.
"Pacar? karir?"
Sephia tersenyum. Pacar baginya adalah pemborosan waktu, pernah dulu dia berpacaran semasa kuliah dengan seorang ketua senat yang di gilai banyak gadis di kampusnya, dan berakhir dengan mengenaskan. Tiga tahun berpacaran ternyata Sephia hanya menjaga jodoh orang lain. Tikungan di sepertiga malam itu benar adanya, dan Sephia mengalaminya.
"Kok senyum?"
"Ingat masa lalu," ujarnya.
"Kenapa?"
"Karena selama tiga tahun, saya cuma jagain jodoh orang," kekeh Sephia.
Danar pun tertawa. "Mengenaskan."
"Banget," ujar Sephia.
"Sekarang?" tanya Danar, mengisap batang rokok ketiganya.
Sephia menggeleng. "Bukan hal yang penting bagi saya."
"Karir?"
"Iya ... lebih menikmati, karena hasilnya di depan mata setiap akhir bulan." Sephia terkekeh.
"Hhmm ... bisa traktir gue akhir bulan nanti berarti ya?" Danar menoleh ke arah gadis itu yang sengaja kebetulan juga menoleh padanya.
"Bos yang traktir anak buahnya, sejak kapan itu malah terbalik." Sephia tertawa.
"Sejak gue kenal lo ...." Danar menatap netra Sephia.
ya ampun, matanya bagus ... kenapa keseluruhan dari gadis ini ngebuat gue lupa akan semuanya guman Danar dalam hati saat matanya saling mengunci.
"Bakso ... deal, akhir bulan gue tunggu sampe gak di tepati gue cari sampe dapet."
"Dih, maksa ...," Sephia kembali tertawa.
Danar memberanikan diri menarik ujung rambut gadis itu. "Gue tunggu, kalo gak awas aja."
"Aw ... sakit Pak," ringis Sephia.
"Danar ... bukan Pak," ulang Danar untuk kesekian kalinya.
"Hhmm ... Danar."
"Biasa in ... kalo lagi berdua," ujarnya tersenyum nakal.
"Eh ...."
"Gak usah mikir yang iya-iya," Danar mengusak rambut gadis itu.
"Eh ...." Sephia terkejut dengan perlakuan Danar yang mengusak rambutnya.
"Ah eh ah eh ...."
Mereka pun tertawa, obrolan di dalam bis, perbincangan di tepi danau di malam pergantian tahun, dengan orang yang baru beberapa hari dikenal. Perasaan canggung itu mulai terkikis saat berdua, entah bila nanti bertemu di kantor atau berada di antara staf kantor yang lain apakah akan kembali seperti orang yang baru saja bertemu layaknya keprofesionalan lebih diutamakan.
"Kita pernah bertemu sebelumnya, kalo Lo masih inget," ujar Danar kali ini menghisap batang rokok kelimanya.
"Kamu sudah menghabiskan lima batang rokok," ujar Sephia.
"Lo ngitungin?" Danar terkekeh kali ini rokok itu di buang jauh-jauh.
"Haha ... eh iya tadi bilang kita pernah ketemu sebelumnya?"
"Inget waktu di swalayan ... gue di depan antrian lo tiba-tiba masuk gitu aja."
Sephia mengingat, "ah ... iya, pantes ...."
"Kenapa?"
"Pas liat kamu di kantor hari pertama, kayak pernah liat."
"Oh ya," ujar Danar, Sephia mengangguk. "Berarti bener kita jodoh," ujar Danar lagi melirik gadis itu.
"Maunya ...." Sephia terkekeh.
"Mau banget."
Sephia serba salah, "apaan coba."
"Kamu tau gak?"
"Apa?"
"Sebenernya waktu antri di kasir itu ...," Danar melirik gadis itu lagi.
"Apa?"
"Gue bohong ... gue gak ngantri di belakang ibu itu, tapi karena gue ada perlu dan buru-buru jadi ... maap lo jadi korban," ujarnya mengelak pukulan di lengannya.
"Ih ... jahat banget sih," ujar Sephia memberikan pukulan bertubi-tubi di lengan Danar dan Danar tertawa sekaligus mengaduh, "untung aku baik," ujar Sephia dengan wajah cemberut.
"Iya ... lo baik banget, sampe gak bisa bedain orang jujur apa gak," ucap Danar menahan tangan Sephia yang akhirnya berhenti memberikan pukulan dengan mata yang sama-sama memandang lalu sama-sama pula membuang pandangan mereka kembali ke danau, pandangan mata yang entah apa itu membuat keduanya terdiam dengan sudut bibir yang mengembang penuh arti.
***pelan-pelan ikuti alurnya ya... kisah ini agak slow motion sampe dapet feel-nya
enjoy reading 😘
tinggalin jejak yaaaah***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nacita
aku memang menikmati cerita ini 😁
2024-02-09
0
veranita1
awalnya emang harus pelan², Thor.biar sama² enak☺☺
2023-11-06
0
emaknya Bel
pandangan matamu menarik hati aseeeek
2023-10-27
0