"Bayar malam ini juga, temenin aku selama dua jam," ujar Danar menyalakan mesin motor dan entah akan membawa Sephia kemana.
"Besok masih kerja Danar, aku gak mau kesiangan lagi," ujar Sephia dengan suara yang sedikit keras.
"Kalo kesiangan besok ijin aja," kata Danar menoleh sedikit ke belakang.
"Emang perusahaan kamu apa!" sungut Sephia.
"Kan emang perusahaan aku," Danar terkekeh.
"Oh iya aku lupa ... pulang aja yuk, please aku ngantuk," bohong Sephia.
"Gak baik abis makan langsung tidur." Danar mengarahkan laju motor ke arah pantai Kuta.
Bali tidak pernah tidur, selalu ramai padahal saat ini waktu sudah pukul sembilan malam lebih sedikit.
"Temenin aku di sini, dua jam doang gak lama-lama," ujar Danar berjalan bersisian.
Mereka memasuki kawasan pantai Kuta malam ini. Baru kali ini Sephia pergi ke pantai malam hari dengan seorang pria. Dan pria itu notabene nya adalah atasan dia di kantor. Berkali-kali Sephia menggelengkan kepalanya.
G**ak masuk akal ... ini konyol gumamnya dalam hati.
"Kenapa geleng-geleng," ujar Danar menarik tangan Sephia agar berjalan lebih dekat dengannya.
Mata Sephia tak sengaja melihat jari jemari kaki Danar.
"Kamu pake sandal jepit aku?" tanya Sephia dengan mata terbelalak.
"Loh ... kamu baru liat?" Danar balik bertanya.
"Gimana bisa sandal jepit aku kamu pake?"
"Masa aku mau pake sepatu cuma makan bakso dan ke pantai doang." Danar menghentikan langkahnya. "Please deh jangan gara-gara sandal jepit kamu kita berdebat di sini."
"Kok bisa?" lirih Sephia masih mencari jawaban perkara sandal jepit itu.
Semilir angin pantai dan celoteh beberapa orang di belakang mereka menggunakan bahasa asing, menemani lamunan mereka sendiri-sendiri. Danar melepaskan sandal jepit itu, menjadikannya alas untuk duduk di atas pasir.
"Duduk Phi," ujarnya menarik tangan gadis itu.
Sephia melakukan hal yang sama menjadikan flatshoes nya sebagai alas untuk duduk.
"Kenapa kesini?" tanya Sephia menekuk kedua lututnya.
"Gak papa ... pengen aja,"
Sephia mengerucutkan bibirnya, "aku minta ponsel aku dong," ujar Sephia menyandarkan kepalanya di lutut dan menoleh pada Danar.
"Gak boleh ... kalo lagi sama aku gak boleh pegang-pegang ponsel," ujar Danar membalas tatapan mata Sephia.
"Ck," Sephia berdecak memainkan tangannya pada pasir, membentuk lingkaran-lingkaran yang tak beraturan.
"Rasa ini salah, tapi gue suka ... dia selalu membuat jantung ini berdebar-debar ... damn! kenapa datang di waktu yang salah sih."
Pandangan Danar tak lepas dari menatap gadis itu. Gadis yang membuatnya selalu terkesima jika sedang menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan, gadis yang membuatnya ingin sekali setiap saat menjahilinya, gadis yang selalu dia suka jika sedang marah dan mengomel, gadis yang jika di pegang tangannya akan menoleh tapi juga tak menolak.
Danar suka gadis ini, suka dengan kelakuannya, suka dengan tatapannya, suka dengan mulut cerewetnya, suka dengan senyumnya, suka dengan lirikan mata sipitnya jika sedang marah.
Iya, jantung Danar berdebar, jantung Danar bertalu-talu jika melihatnya. Danar tak bisa memungkiri perasaannya, namun salah ... iya, karena datang di waktu yang salah.
Danar masih memperhatikan gadis itu membentuk lingkaran di pasir dengan jari pipihnya. Wajah yang tertutup rambut itu tertiup angin lalu tertutup lagi. Pikiran Danar berkelana dengan banyak kata andai ... andai ... dan andai. Suka tapi berat, berat tapi suka bagaimana mengutarakan perasaan ini di dalam situasi seperti sekarang.
Sephia menolehkan wajahnya pada Danar. "Kamu kenapa? kayak banyak pikiran," tanya Sephia.
"Keliatan ya?" Danar balik bertanya.
"Satu lagi nih ... selain pemaksa dan suka semena-mena ternyata kamu juga suka bertanya balik," ujar Sephia.
"Kumpulin aja dulu semuanya ntar kalo udah banyak aku kasih kamu bonus 1 kali gaji," ujar Danar tersenyum.
"Kumpulin apa?"
"Sifat jelek aku," Danar terkekeh.
"Kan bener ... gak normal," ujar Sephia asal.
"Di bilang ati-ati kalo ngomong, ntar ...." Belum selesai Danar berkata Sephia sudah memotong kata-katanya.
"Ntar jatuh cinta ... bahaya, gitu kan maksudnya ... nih aku kasih tau ya, kalo aku jatuh cinta juga gak bakal sama kamu walaupun aku suka," kata Sephia.
"Suka tapi gak jatuh cinta ... bohong banget," ujar Danar menarik ujung rambut Sephia.
"Bener ... gak bakal aku jatuh cinta," tantangnya.
"Ati-ati di denger malaikat di catet terus jadi kebalikannya," Danar terkekeh.
"Serah deh ... balik yuk udah setengah sebelas ini, besok aku pasti kesiangan lagi," pinta Sephia.
"Sebentar lagi," jawab Danar yang tiba-tiba meraih ponsel karena bergetar.
Sephia membuang pandangannya saat Danar melihat nama di layar ponselnya. Sadar akan mengganggu, Sephia berniat beranjak dari tempat duduknya, tetapi di cegah oleh Danar.
"Eh," Sephia mengernyitkan dahinya.
"Di sini aja, mau kemana?"
"Angkat aja kalo penting, aku kesana dulu," jawab Sephia menunjuk bibir pantai.
"Gak penting ... bukan hal yang penting," ujar Danar. "Di sini aja ... sebentar lagi kita pulang."
Sephia menoleh sebentar untuk melihat wajah itu, entah kenapa tiba-tiba berbeda dari sebelumnya. Tapi karena merasa itu bukan urusannya, Sephia berusaha biasa saja.
"Selain ke Kuta, kamu pernah ke pantai mana aja?" tanya Danar memecah keheningan.
"Belum ada ... taunya cuma Kuta."
"Hari Sabtu kita jalan ... mau? aku ajak kamu ke pantai selain Kuta."
"Sabtu?"
"Gak bisa? ada janji? sama siapa?" Danar membrondong pertanyaan.
"Gak sih ... tapi itu jadwal aku bangun siang." Sephia terkekeh menutup bibirnya.
"Astaga ... anak gadis bangun siang, ibu aku bilang kalo ada anak gadis bangun siang jodohnya jauh," kata Danar.
"Ya kalo jauh tinggal di deketin, jangan susah jaman udah berkembang Pak Danar," ujar Sephia berdiri. "Ayo pulang, aku gak mau tidur di sini," gerutunya.
"Hmm, gitu ya ... kalo jauh ya di deketin ... boleh juga ide nya," Danar terkekeh berjalan menyusul Sephia yang sudah berjalan lebih dulu.
...----------------...
Tepat pukul setengah dua belas malam, Danar mengantarkan Sephia sampai ke depan pintu kamarnya. Kost an itu selalu terlihat sepi, lampunya pun temaram berwarna kuning. Pemandangan lantai dua yang mengarah ke jalan itu tertutup dengan krei (tirai bambu) di depan kamar masing-masing ada yang tetep tergulung ada yang terurai seperti di depan kamar Sephia.
"Makasih ya, udah nemenin aku seharian ini, dari di kantor sampe sekarang," ujar Danar bersandar di dinding dekat pintu, memperhatikan Sephia membuka kunci kamarnya.
"Sama-sama, makasih traktiran bakso nya ... lain kali aku yang bayar," ujar Sephia menekan handle pintu agar terbuka.
"Phia," ujar Danar meraih lengan Sephia, Sephia menoleh.
"Iya ...."
Netra mereka saling mengunci, setiap saling bertatapan Sephia selalu menelan salivanya kasar. Mata yang beradu itu membuatnya selalu tak bisa mengontrol detak jantung yang seakan ingin berlari dari tempatnya.
"Apa?" Sephia kembali bersuara.
Danar mendekatkan wajahnya, dekat sangat dekat. Tangan yang tadi berada di lengan Sephia kini berpindah di pinggang gadis itu. Sephia tak mampu menolak, pandangan mereka sama-sama jatuh pada bibir yang berhadapan itu. Danar mungkin lancang, tapi dia juga tidak bisa menolak perasaannya, perasaan yang sudah hadir saat mereka pertama kali bertemu.
Sephia memejamkan matanya, hembusan nafas Danar yang membuatnya merasa hangat. Sephia tak bisa menyalahkan dirinya, semua mengalir begitu saja, setiap sentuhan tanpa sengaja yang lelaki itu lakukan padanya bisa mengikis pertahanan hatinya.
"Gue bilang juga apa ... cowok itu gak ada yang setia, bilangnya cinta gak tau nya di belakang malah selingkuh ... kan kampr*et itu namanya," ujar suara seorang wanita yang cukup keras.
Danar terkejut begitu pun Sephia menjauhkan tubuh mereka, saat melihat seorang wanita berpakaian minim berjalan sempoyongan di papah oleh seorang wanita lagi dengan gaya pakaian yang sama.
"Kenapa?" tanya Danar pada Sephia.
"Oh ... Kak Siska, biasa lah."
"Mabuk?" tanya Danar dan Sephia mengangguk.
"Phiaaa ... tumben malem-malem masih di luar, adikkuuu ... eh ini siapa? kok ganteng? pacar Phia? ati-ati Phia ... cowok gak bisa ada yang di percaya, mulut nya hari ini bilang A besok bilang B, kamu jangan percaya pokoknya ... ya Phia," kata-kata yang terlontar tanpa kendali dan sadar diri itu seenaknya keluar begitu saja.
"Maaf ya ...," ujar seorang teman Siska yang sudah berhasil membuka pintu kamar Siska. "Baru putus sama pacarnya ... pacarnya selingkuh," ujar wanita itu lagi.
Sephia hanya mengangguk angguk, dan sedikit membantu untuk membawa Siska masuk ke dalam kamarnya. Tak lama berselang, Sephia sudah keluar lagi dari kamar itu.
"Aku balik ya," ujar Danar lalu memberikan ponsel Sephia kembali.
"Iya .. hati-hati."
"Jangan sampe kesiangan," ujar Danar membelai rambut gadis itu.
Sephia hanya tersenyum. "Danar ... sepatu kamu," ujar Sephia mengingatkan.
"Oh iya, tapi sandal jepitnya aku bawa ya ... udah keenakan di pake nya." Danar meraih sepatunya lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan menuruni anak tangga hingga menghilang di balik pagar.
•
•
•
"Selamat tidur, Phi ... mimpi indah." Isi sebuah pesan saat Sephia akan merebahkan dirinya. Senyum simpul terukir di wajah gadis itu.
***jangan lupa untuk sekedar like teman-teman 😂
enjoy reading 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
veranita1
kenapa mimpi indah?mimpi bagus dong😘
2023-11-06
0
Rahma Dani
ukuran kaki sephia sama kaki danar sama ya 😆😆🤗
2023-03-18
2
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣cerdas banget balikin banyolan nyahhhhh
2023-03-11
0