"Pagiiii,"
Suara khas seorang wanita, kepala keuangan perusahaan furniture eksport import yang terkenal dengan tubuh tambunnya itu memasuki ruangan yang berisi tiga orang staf didalamnya.
"Pagi Bu Ratna," jawab mereka bersamaan.
"Phia dan Ni Luh nanti ikut saya meeting bulanan ya ... jam 10 kita standby, Ardi setelah makan siang laporan keuangan penjualan sudah harus siap di meja saya," ujarnya memberikan titah.
"Jangan lupa Phia, bukti pembayaran pajak sekalian di bawa beserta laporan buku besar, Ni Luh cek lagi beberapa kwitansi yang kita keluarkan kemarin," titah kembali diberikan.
Sephia masuk ke dalam satu ruangan yang sudah di hadiri beberapa kepala divisi dan juga Danar tentunya. Gadis yang mengenakan kemeja berwarna merah maroon dengan bawahan rok model A Line, dan sepatu heels sekitar 5cm itu berjalan dengan membawa laptop serta berkas yang kemungkinan akan dibutuhkan saat rapat berlangsung.
Mata Danar menatap gadis itu dengan tajam, Danar suka sekali gerakan Sephia jika sedang dalam keadaan serius, entah seperti sudah menjadi kebiasaannya melihat gadis pintar itu. Sephia mengangkat wajahnya lalu netranya pun menuju pada Danar, seutas senyum terukir di wajahnya.
Danar membalas senyum itu, tangan Danar yang memainkan sebuah pena seakan menggambarkan kegembiraan hatinya bisa bertemu lagi dengan Sephia pagi ini. Meski semalam Danar agak terganggu dengan perkataan teman kost Sephia yang pulang dari club dan berbicara seakan mengarah pada dirinya.
Ni Luh memperhatikan dua manusia yang saling beradu pandang itu. Ikut tersenyum atas tingkah lucu atasan dan sahabat yang duduk di sebelahnya. Ni Luh mencubit paha Sephia sehingga membuat Sephia meringis dan menoleh kearah Ni Luh.
"Sakit Mbok," ujar Sephia mengaduh.
"Fokus ... ini meeting," ujar Ni Luh pura-pura marah.
"Oh iya, maaf," Sephia tersenyum.
Meeting yang di pimpin oleh Danar sendiri, berjalan selama hampir dua jam membahas performa perusahaan yang sudah satu bulan dia jalankan. Ada beberapa hal yang di bahas di sana, seperti tingkat penjualan di dalam dan luar negeri serta statistik keuangan yang berjalan di awal tahun ini.
Pada pembahasan keuangan, Sephia diminta untuk menjelaskan bagaimana grafik pada bulan pertama di awal tahun. Sephia benar-benar dapat diandalkan dengan elegan dia menjelaskan bagaimana naik turunnya grafik yang terjadi pada beberapa bulan lalu dan perbedaan dengan bulan di awal tahun ini.
Menjelaskan dengan memutar-mutar pena yang berada di tangannya, membuat pikiran Danar menerawang jauh entah kemana. Yang ada di pikirannya bagaimana caranya membawa gadis itu pergi dari rapat hari ini. Duduk berdua sambil menyesap secangkir kopi di sebuah kafe di sudut kota. Astaga, Danar suka sekali memperhatikan gadis itu berceloteh kesana kemari seperti memikat hatinya untuk lebih jauh mengenal gadis itu.
Parah ini bener-bener parah ... gue udah gak bisa lagi nahan sesuatu yang berbeda dari yang lain pikirnya.
"Jadi kesimpulannya adalah, untuk grafik keuangan kita, saya rasa tidak ada masalah, keuntungan yang kita dapat di awal tahun ini jika dilihat dari laporan penjualan divisi marketing, mudah-mudahan berjalan baik untuk bulan-bulan berikutnya, dan mengenai pajak segala sesuatu projects yang mengenakan pajak akan tetap di pantau sesuai pajak keluaran dan masukan," jelas Sephia.
Sephia mengangkat alisnya ketika dia sudah selesai menjelaskan bagiannya, namun tak ada respon dari Danar yang hanya menatapnya tanpa berkedip.
"Begitu Pak ... Danar," ujarnya lagi dan mengerutkan keningnya.
Danar tersadar dan memutus pandangan mata mereka ketika Made dengan sengaja berdehem dan mengetuk meja agak sedikit keras.
"Oh iya ... oke kalo tidak ada masalah, saya harap apa yang kita harapkan dari meeting bulanan yang kita adakan ini berjalan dengan baik ... kita akhiri, saya ucapkan terimakasih," ujarnya berdiri dan meraih tablet dihadapannya.
Danar berjalan meninggalkan ruangan itu diikuti Made yang berjalan di belakangnya. Semua anggota rapat pun bersiap untuk kembali ke ruangan masing-masing. Baru saja Sephia akan beranjak dari tempat duduknya, Made asisten Danar kembali lagi masuk ke ruangan itu dan melangkah ke arah Sephia.
"Bisa ikut saya, Phia."
"Hah? kenapa Pak?"
Made sedikit berbisik pada Sephia, lalu Sephia meminta izin pada Bu Ratna agar memberikannya waktu sebentar. Dengan anggukan Bu Ratna memberikan izin dengan tatapan aneh pada Made. Ni Luh yang melihat itupun hanya bisa tersenyum penuh arti.
Sephia mengikuti langkah Made menuju lift, Made menekan tombol basemant lelaki itu menggiring Sephia sampai pada parkiran kantor menuju sedan hitam milik Danar.
"Kesini Pak?" tanyanya pada Made.
"Iya, silahkan masuk Phia, Pak Danar sudah di dalam, aku permisi dulu ... dan jangan pikirkan Bu Ratna itu urusan aku," ujar Made tersenyum.
Sephia berdiri terpaku, dia masih bingung dengan semua ini. Dengan berdiri di sana membuat Danar menunggu hingga akhirnya jendela mobil itu pun terbuka.
"Masih lama gak ngelamunnya?"
"Gimana?" Sephia sedikit menunduk.
"Kalo masih lama ngelamunnya, aku tungguin," ujar Danar menyandarkan kepalanya. "Phia, ayo masuk ... malah diem di situ," ujar Danar kesal.
Sephia membuka pintu mobil itu dan duduk dengan tatapan bingung.
"Kok?"
"Udah gak usah dipikirin, kamu aman ... Made udah urus semuanya." Danar menjalankan mobilnya keluar dari pelataran gedung kantor.
"Danar aku masih di jam kantor loh ini ... kita mau kemana?"
"Sebentar doang, ini udah jam makan siang juga, gak ada salahnya makan siang di luar kan?" Danar menatap lurus ke depan.
"Bisa-bisanya kamu ... aku gak mau ada stigma negatif aja antara aku sama kamu di kantor, tolong pahami itu, tatapan menuntut dari Bu Ratna tadi gak enak banget tau gak!" kesal Sephia melipat tangannya di depan dada.
Danar menepikan mobilnya, dia menoleh kearah Sephia. Lelaki itu melihat wajah marah Sephia, kali ini tidak ada sedikitpun wajah marah yang kadang konyol itu. Sephia benar-benar ingin menjaga image nya dari hal negatif yang melibatkan dirinya dan Danar.
"Oke ... sorry, tapi gak ada salahnya kan kalo aku ngajak kamu untuk makan siang bareng, cuma makan siang Phi ... dan gak ada yang tau kamu keluar sama aku," ujar Danar.
"Ya tapi gak usah nyuruh Made buat jemput aku di ruangan tadi, kan kamu bisa chat aku ... kamu tau gak sih Bu Ratna liat aku gimana, terus Ni Luh senyum kayak ngerti ada apa-apanya sama kita," ujar Sephia membalas tatapan Danar.
"Emang ada apa sama kita?" tanya Danar dengan menaikkan satu alisnya. "Hhmm ada apa sama kita?" tanyanya lagi.
"Ya ... ya gak ada apa-apa juga sih," jawab Sephia serba salah dan membuang pandangannya ke depan.
"Kamu pengen ada apa-apa sama kita?" tanya Danar menyentuh lengan Sephia. "Hei ... aku nanya loh ... jawab dong, kamu pengen ada apa-apa sama kita?" Danar mengukir senyuman.
"Udah buruan kalo mau ngajakin makan," sungut Sephia mengalihkan pembicaraan.
Danar benar-benar gila pikir Sephia.
Danar masih tersenyum saat dia menjalankan lagi mobilnya menuju sebuah cafe di pinggir jalan by pass Ngurah Rai Sanur. Mobil berhenti di sebuah bangunan estetik berlantai dua. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam cafe itu. Danar memilih lantai dua yang terlihat sepi pengunjung. Duduk bersebelahan dengan jendela yang mengarah langsung ke jalan raya.
Setelah memilih beberapa menu untuk mereka makan siang ini. Danar masih memperhatikan wajah Sephia yang masih bertekuk tekuk karena kesal pada dirinya.
"Kamu kalo marah ... serius gak cocok banget," ujar Danar mencoba mencairkan suasana.
"Bodo ...."
"Kalo terus marah, aku bisa ngelakuin hal gila loh," ujar Danar lagi.
"Lakuin aja aku gak peduli," jawab Sephia masih memandang keluar jendela.
Danar berdiri dari kursinya, menghampiri Sephia dan duduk di sebelah gadis itu.
"Mau ngapain?"
"Katanya gak perduli," kekeh Danar.
"Oh iya aku lupa," jawabnya tak acuh.
"Aku serius loh Phi," ujar Danar dengan tubuh yang sudah menghadap pada Sephia.
"Apa?" Sephia menoleh.
"Kalo kamu marah aku bakal ngelakuin hal gila," Danar mengulangi ucapannya.
"Ya lakuin aja ... kan aku bilang aku gak pe---" Kata-kata Sephia belum juga selesai dia utarakan ketika bibirnya sudah di bungkam Danar dengan ciuman lembut yang membuat mata Sephia terbelalak karena terkejut.
***haiiissshhh no comment ✌️😂
enjoy reading 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
veranita1
aih, malah di cut sih adegannya🤣baru juga dinikmatin🤭
2023-11-06
0
Ulil
ASEM melu ngguyu 🙈🙈
2023-06-21
2
EndRu
haah.. langsung nyosor ..
pak bos beneran pemaksa
2023-02-06
1