Seorang pria dengan setelah kemeja slim fit berwarna biru laut dan celana chinos berwarna biru tua berjalan dengan gagah memasuki lobby kantor yang akan ia tempati untuk beberapa tahun ke depan.
Kacamata hitam itu belum juga terlepas dari batang hidungnya. Dengan membawa clutch berwarna hitam di tangannya, pria bertubuh tinggi 180cm itu berjalan tegap menyunggingkan sedikit senyum pada beberapa staf yang tanpa sengaja melintas.
"Mari Pak, ini ruangan Pak Gede," ujar Manager HRD yang memang sudah menyambutnya sedari tadi.
"Pak Gede ... apa kabar?" ujarnya ramah.
"Wah Mas Danar ... semakin tampan saja," puji lelaki yang sudah berumur mungkin sama dengan pemilik perusahaan ini.
"Haha ... Bapak bisa saja," ujar lelaki bernama Danar itu membuka kacamata hitamnya.
"Gimana kabar Pak Hermawan? sudah baikan?" tanyanya pada anak pemilik perusahaan itu.
Danar mendudukkan tubuhnya di sofa, menyilangkan kakinya.
"Papa, sudah membaik ... sudah banyak perubahan juga, sudah bisa jalan kembali," ujar Danar yang menceritakan kesehatan sang ayah yang terkena stroke beberapa bulan lalu.
"Syukurlah ... saya rasa keputusan Bapak Hermawan mengirim Mas Danar kemari itu sudah tepat, belajar dari anak perusahaan kedua tempat kami memulai segalanya," ujar Pak Gede.
"Saya harus banyak belajar dari Bapak, mohon bimbingannya," ujar Danar merendah, mereka pun tertawa.
"Kamu sudah siapkan masing-masing divisi agar ke ruang rapat untuk diperkenalkan pada pemimpin kita yang baru?" ujar Pak Gede pada Manager HRD.
"Sudah Pak, para staf mungkin sudah berkumpul di sana."
"Mari Mas Danar ... kita temui para staf yang sudah banyak berjasa pada perusahaan ini."
Melangkah menuju ruang rapat yang sudah di penuhi oleh beberapa perwakilan divisi. Semua orang terdiam sesaat Danar putra sang pemilik perusahaan masuk ke dalam. Ada beberapa yang berbisik ada beberapa juga yang tersenyum senyum melihat ketampanan lelaki itu.
Pak Gede mengambil alih acara perkenalan itu, seraya menjelaskan untuk keterlibatan ia dengan perusahaan yang tinggal menghitung bulan, dan akan digantikan dengan Danar Hermawan Wicaksana.
"Jadi setelah saya tidak lagi memimpin perusahaan ini maka akan digantikan dengan salah satu anak dari pemimpin perusahaan kita yaitu Bapak Danar Hermawan Wicaksana, waktu dan tempat kami persilahkan Bapak untuk memberikan sepatah kata penyambutan ini," ujar Pak Gede.
Tatapan mata Danar menyapu seisi ruangan saat menyampaikan satu dua patah kata sambutan. Matanya berhenti pada gadis yang berdiri di pojok yang sedang memandang pada dirinya. Hingga saat mata mereka saling mengunci, Danar mencoba menyadarkan kembali dirinya. Gadis itu ....
Sephia yang merasa dirinya beradu pandang dengan calon atasannya, seketika sadar dan menundukkan wajahnya seolah mencari sesuatu.
Perkenalan antara calon pemimpin perusahaan baru dengan para karyawan pun berjalan dengan baik. Satu per satu dari mereka melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, tak terkecuali Sephia.
Ini pertemuan kedua mereka, namun hanya Danar yang tahu sepertinya. Sephia belum menyadari itu. Mata Danar masih mengawasi langkah gadis itu menuju kemana. Sampai terbesit di pikirannya untuk bertanya namun ia urungkan mengingat ini perusahaan dimana ia harus mempertanggungjawabkan tindak tanduknya.
...****************...
Sore menjelang malam, Sephia dan tim nya masih berkutik dengan angka. Maklum saja di akhir tahun, semua perusahaan akan mengalami hal yang sama yaitu Tutup Buku Tahunan.
"Lembur malam ini di sponsori oleh siapa?" ujar Ni Luh yang sudah memegang perutnya.
"Haha ... giliran Sephia nih," sahut Ardi.
"Oke ... oke ... mau apa? delivery order ya," ujar Sephia.
Lembur bagi mereka adalah hal biasa, setiap akhir bulan pasti seperti ini dan ini akhir tahun maka akan memakan waktu panjang hingga awal tahun nanti.
"Sebentar Bli, saya turun sekarang," ujar Sephia saat menjawab panggilan telepon dari pengantar makanan.
"Sudah datang ya? asiiiik makan besar kita," sambut Ardi kegirangan saat tahu nasi Padang yang ia pesan sudah tiba.
"Aku ke bawah dulu ya," ujar Sephia meraih dompet di atas meja kerja lalu berjalan keluar ruangan.
Setelah mendapatkan pesanannya, Sephia kembali menuju lantai tiga menggunakan lift. Selagi menunggu, ponselnya pun berbunyi tertera nama sang ibu.
"Sephia ... apa kabar Nak?" tanya suara di seberang sana.
"Ya Bu ... baik, ibu apa kabar?" Sephia bertanya balik.
"Ibu baik ... Phi, ibu kirim uang hasil penjualan motor kamu di sini," ujar Ibu.
"Kok di jual? nanti bapak naik apa? terus Fadil kuliah gimana?"
"Gak usah pikirin bapak dan adikmu, bapak kerja bisa diantar oleh Fadil atau sebaliknya, kan motor bapak masih ada," ujar sang ibu.
"Tapi itu motor bapak tahun berapa Bu ... astaga kasian bapak, harusnya gak usah Ibu jual nanti Phia bisa beli di sini dengan mencicil," kata Sephia.
"Mencicil akan menimbun hutang Nak, maka pengeluaran kamu akan bertambah banyak," kata Ibu.
Iya, Sephia berasal dari keluarga sederhana ... bapaknya hanya seorang guru PNS, sedangkan ibu hanya seorang ibu rumah tangga yang bertugas membimbing anak-anaknya dan membuat keluarga kecil mereka hidup bahagia meski sederhana. Sedangkan Fadil sang adik seorang mahasiswa semester tiga di suatu perguruan tinggi negeri.
"Ya sudah kalo begitu, besok Phia cari motor second biar langsung tunai bayarnya sesuai yang penjualan motor Phia."
"Sebaiknya begitu daripada kamu setiap hari naek ojek online kan lumayan uangnya bisa buat tambahan kamu di sana ... Phia, hati-hati di sana ya Nak, jaga diri," pesan sang ibu sebelum mengakhiri hubungan telepon.
Sedari tadi menunggu lift entah kenapa rasanya lama sekali padahal gedung ini hanya lima lantai bukan lima puluh lantai.
Sephia membalikkan tubuhnya, betapa terkejutnya dia saat mengetahui jika lift yang ia tunggu tadi malahan menunggunya. Dan mendapati seorang pria dengan yang ia ketahui adalah atasannya yang baru saja memimpin perusahaan ini siang tadi.
" Ayo ... masuk, malah bengong ... pegel saya nungguin kamu dari tadi," ujar Danar masih menekan tombol open.
"Eh ... oh ... iya, maaf Pak ... saya kira---," ujar Sephia bingung harus berkata apa.
"Buruan ...."
Sephia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dengan membawa beberapa kantung nasi Padang yang tadi ia pesan.
"Lembur?" tanya Danar.
"I-iya Pak ... lembur akhir tahun," ujarnya masih menunduk.
"Itu apa?"
"Makan malam tim Pak ...."
"Divisi apa kamu?"
"Ah ... saya keuangan Pak," ujar Sephia masih dengan rasa canggung. "Maaf Pak ...." Sephia menjulurkan tangannya menekan tombol tiga.
"Lantai tiga?"
"Iya Pak."
"Ya sudah kalo gitu saya mau lihat sekalian tim kamu kalo lagi lembur gimana," ujar Danar santai.
"Kok lembur gimana Pak ... lembur ya kerja Pak, gak gimana-gimana," kata-kata itu terlontar tak terkendali.
"Ya saya tahu lembur itu kerja ... masa yang lain," Danar menjawab santai.
***monmaaap yang lain yang gimana ya Pak Danar??? serius nanya akuuuh 😂
enjoy reading 😘
jangan lupa like, komen dan sebar bunga buat Danar dan Sephia 😘😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Vivo Smart
dasar otor piktor 😆😆
2024-06-28
0
veranita1
cinta pada pandangan pertama kek nya
2023-10-28
3
efy
halah, alasan bang Danar ini mah yak wkwkwk
2023-10-27
0