Sephia keluar dari kamar mandi dengan setelan jeans dan kaos berwarna hitam. Rambutnya masih berbalut handuk, Sephia mendapati lelaki itu sudah memeluk gulingnya. Iya, Danar tertidur ketika menunggu Sephia membersihkan diri tadi. Padahal tak lebih dari 20 menit ia berada di kamar mandi.
Sephia menggerakkan tubuh lelaki itu perlahan. "Danar ... bangun," ujarnya, namun belum ada pergerakan dari tubuh lelaki itu.
Danar terlihat begitu nyenyak, beberapa kali Sephia mencoba membangunkan lelaki itu hingga akhirnya Sephia membiarkan Danar tidur diatas tempat tidurnya. Sementara dia duduk di atas karpet dengan menikmati segelas susu dingin dan cemilan.
Sambil menikmati novel yang ia baca, sesekali Sephia menoleh ke belakangnya. Barangkali saja Bos "gila" nya itu terbangun dari tidurnya, namun itu hanya harapannya saja karena hingga waktu menunjukkan pukul tujuh malam lelaki itu tidak juga bergerak dari tidurnya.
Pintu kamar memang tidak di tutup rapat oleh Sephia sehingga saat pasangan suami istri yang merupakan tetangga kamarnya pulang dari bekerja dapat Sephia ketahui.
"Phia ...." Ketukan di pintu membuat Sephia bangkit dari duduknya.
"Iya Teh," ujarnya membuka sedikit lebar pintu kamarnya.
"Ada tamu?" tanya Nita.
"Ho-oh, temen Phia ... kenapa Teh?"
"Teteh bawain ini buat kamu, kemarin dapet kiriman dari Ambu ... kamu pasti suka, di makan ya," ujar Nita dengan kaki yang sedikit menjinjit ingin tahu siapa yang berada di kamar Sephia.
"Saha eta?" tanya Nita curiga. Karena baru kali ini dia melihat Sephia membawa tamu dan masuk ke dalam kamarnya.
"Temen Teh ... temen kantor teu aya sasaha," jawab Sephia meyakinkan.
"Ya sudah kalo gitu ... teteh masuk ya, di makan jangan lupa," pesan Nita pada Sephia agar memakan empal gepuk daging sapi yang dikirim ibunya dari Bandung.
Sephia menutup sedikit pintu kamarnya, lalu menaruh makanan itu di meja dapur. Kembali menoleh pada Danar yang masih tertidur, entah sampai kapan lelaki itu akan berada di dalam kamar ini.
Kembali Sephia membangunkan Danar, kali ini dia duduk di lantai dan menggoyang goyangkan tubuh lelaki itu. Usahanya kali ini membuahkan hasil, Danar mulai bergerak merenggangkan otot tubuhnya. Mengangkat tangannya ke atas dan bergerak ke samping ke arah Sephia yang duduk di lantai. Tangan Danar yang masih terangkat pun tak sengaja mengenai kepala Sephia, membuat gadis itu mengaduh dan memaksa Danar membuka matanya.
"Aduh," ujar Sephia memegang kepalanya.
"Eh." Danar berjingkat bangun dari tidurnya, lalu duduk di sisi tempat tidur. "Sakit, ya?" tanyanya mengusak kepala Sephia.
"Ish," Sephia menepis tangan lelaki itu. "Udah kenyang tidurnya?"
Danar melirik arloji di tangannya, sudah pukul setengah delapan malam.
"Kok aku gak dibangunin?" tanyanya pada Sephia.
"Bukan gak dibangunin, tapi gak bangun-bangun."
"Masa sih?"
"Tau deh."
"Aku pinjem kamar mandinya ya." Lelaki itu melangkah menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Tak butuh waktu lama, Danar keluar dengan wajah yang sudah segar.
"Ayo," ujarnya.
"Jadi?"
"Iya lah ... salah kamu gak bangunin aku, jadi kemaleman kan."
"Aku bangunin ya ... kamu yang kayak kebo," ujar Sephia beranjak dari duduknya.
"Bawa jaket," kata Danar lagi.
"Kok jaket?"
"Kita naek motor aja," ucap Danar meraih helm di atas lemari, helm yang ia beli saat itu.
"Tapi ... itu mob--," ucap Sephia terbata-bata.
"Mobil aku biar di sini dulu."
"Tapi aku gak mau ya kalo kamu suruh-suruh antar pulang," tegas Sephia, lalu mengunci pintu kamarnya.
Sedikit berlari mengejar Danar, lalu tiba-tiba berhenti saat Danar juga berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya.
"Gak usah antar pulang, nanti aku yang antar kamu ... bila perlu aku tidur di sini," ujar Danar santai dan melangkah lagi.
"Sembarangan," hardik Sephia memukul punggung lelaki itu. Danar hanya tersenyum dia suka sekali membuat Sephia marah.
...----------------...
"Ini mau kemana sih?" tanya Sephia untuk kesekian kalinya.
"Pake helmnya ... gak usah bawel, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu, yang pasti kita bakal ngerasain kenikmatan," ujar Danar tersenyum nakal.
"Orang gila," sungut Sephia.
"Tapi ganteng," balas Danar.
"Dih ...." Sephia memakai helmnya dan naik ke atas motor.
"Pegangan ntar jatuh," ujar Danar menoleh ke belakang.
"Udah jalan aja, gak usah berisik."
Baru saja satu tarikan pertama Danar sudah membuat Sephia kaget.
"Aku bilang pegangan ... nanti jatuh."
"Ish, udah nih," jawab Sephia yang berpegangan pada ujung kemeja Danar.
Ingin rasanya Danar tertawa melihat kelakuan gadis itu yang terlalu berpegang teguh dengan kegengsiannya.
Lima belas menit perjalanan akhirnya mereka tiba di warung bakso yang cukup terkenal di kota itu. Warung itu sudah mulai terlihat sepi, namun setahu Danar warung bakso Pak Gatot buka sampai jam setengah sebelas malam.
"Turun," ujarnya, "aku mau nagih janji ... kemarin kan kita udah deal kamu traktir aku bakso."
"Ya ampun, kan aku bilang kalo gajian ... ini akhir bulan juga belom," kata Sephia tetapi tetap turun dari motor.
"Ya gak mau tau, yang penting kemarin kamu udah janji." Danar berjalan memasuki warung itu. "Bakso dua Pak, komplit ya," ujarnya pada tukang bakso.
"Nyebelin banget," gumam Sephia.
"Minum apa?"
"Gak usah."
"Ntar keselek pentol bakso bahaya loh," Danar terkekeh. " Gak usah marah-marah, kamu tuh gak cocok kalo marah." Danar memperhatikan gadis yang sudah cemberut itu, lalu memesan dua es teh manis untuk mereka.
"Ini bakso enak dan terkenal di Bali, kamu harus coba," ujar Danar duduk di sebelah Sephia.
"Tau darimana di sini baksonya enak?" tanya Sephia mengusap layar ponselnya.
"Tau dari Made ... siang tadi aku baru tanya."
"Ish ... kirain udah pernah coba."
"Makanya ini di coba, kalo beneran enak kan bisa di coba terus, itu namanya kenikmatan." Danar melirik Sephia yang asyik membalas beberapa chat.
"Kalo lagi ada orang ngajakin ngobrol jangan asik sama kesibukan sendiri, gak sopan." Danar meraih ponsel yang ada di tangan Sephia.
Sephia menoleh dan kaget ketika ponsel itu Danar masukkan ke dalam saku celananya.
"Aku pengen kenalan deh sama ibu kamu," sungut Sephia.
"Ciee, baru juga kenal udah minta dikenalin sama calon mertua," goda Danar.
"Sembarangan ... aku cuma mau tanya sama ibu kamu dulu waktu hamil kamu ngidam apa, jadi orang kok suka maksa dan suka seenaknya sendiri," ujar Sephia kesal.
Danar tertawa kali ini Danar benar-benar tertawa.
"Kan ... tambah curiga aku sama kamu, beneran gak normal," ujar Sephia menyeruput es teh yang baru saja datang.
"Aduh ... sakit Danar!" Sephia mengaduh saat tangan Danar mencubit pinggangnya.
"Jangan sembarangan kalo bilang gak normal, bahaya tau."
"Bahaya?"
"Iya, bahaya kalo jatuh cinta sama orang yang gak normal bisa ngelakuin apa aja kalo udah cinta sama orang."
Sephia menatap tajam lelaki itu, ia masih mencerna kata-kata yang Danar lontarkan.
"Aku berharap gak jatuh cinta sama orang yang gak normal," ujar Sephia santai namun ia tahu pandangan mata Danar mengarah tajam padanya.
"Baksonya Mas," ujar pengantar bakso menengahi perbincangan mereka yang terhenti tadi.
Sephia terbatuk saat ia menyendokkan kuah bakso ke mulutnya. Cepat-cepat Danar memberikannya air dan mengelus punggung gadis itu.
"Pelan-pelan, Phi," ujar Danar masih membelai punggung gadis itu tanpa sadar.
"Panas terus pedes," ujar Sephia meraih tisue di depannya.
Danar tersenyum. "Di Bali ini masyarakatnya percaya akan karma loh."
"Maksud kamu aku kena karma?" Danar mengangguk.
"Kok bisa?"
"Tadi kamu bilang gak bakal jatuh cinta sama orang yang gak normal sih." Danar menyunggingkan senyumnya.
"Ish, jangan ngadi-ngadi kamu," jawab Sephia.
"Ih, gak percaya ... waktu kamu ngomong kayak gitu ada malaikat yang lewat terus malaikat gak seneng, liat aja yang barusan terjadi."
"Tau ah ...," Sephia kembali menikmati bakso dihadapannya.
"Makanya kalo ngomong ati-ati, suka berbalik ke diri kita," Danar masih menggoda Sephia
"Makan Danar ... jangan berisik ntar keselek," ujar Sephia tak menghiraukan ucapan Danar.
"Pulang?" tanya Danar saat mereka sudah berada di parkiran motor.
"Iya lah pulang, kan aku udah tepatin janji aku."
"Janji yang mana?"
"Makan bakso ... kan udah," ujar Sephia tersenyum.
"Makan bakso iya tapi aku yang bayar kan sama aja bohong," Danar mendengus kesal lalu naik ke atas motor Scoopy itu.
"Kan aku udah bilang makan baksonya nanti kalo udah gajian gak sekarang, tau sendiri anak kost kalo tengah bulan tuh ngirit," ujar Sephia panjang lebar dari balik punggung Danar.
"Bayar malam ini juga, temenin aku selama dua jam," ujar Danar menyalakan mesin motor dan entah akan membawa Sephia kemana.
***jangan lupa ingat karma
enjoy reading 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
veranita1
udaaah bawa aja ketemu calon mertua😁
2023-11-06
0
sherly
suka tp msh gengsi ya Danar jatuhnya jd bos pemaksa...hahhahah modus banget lu danar
2023-08-30
1
Erni Fitriana
sukaaaa tik tok nya danar-sephia
2023-03-11
0