Danar baru saja tiba di lobby kantornya ketika melihat Sephia membayar pesanan makanan yang dibawa oleh ojek online. Ia berjalan di belakang gadis itu, lalu tiba-tiba gadis itu berhenti di depan lift lalu berbalik badan untuk mengangkat ponselnya.
Danar sekilas mendengarkan pembicaraan Sephia dengan seseorang yang dipanggilnya dengan sebutan Ibu. Pembicaraan seputar motor yang di jual dan akan membeli motor di Bali dengan alasan uang untuk membayar ojek bisa digunakan untuk yg lain.
Sebegitu rumitkah kehidupan bawahannya ini? Berinisiatif menekan tombol membuka dan menunggu gadis itu selesai berbicara. Danar pun dengan santainya bersandar di dinding lift.
Ketika gadis itu tersadar bahwa yang ia tunggu bukan hanya lift tetapi seorang pria yang menunggu dia di dalam sana. Pria yang siang tadi resmi sudah menjadi pimpinan perusahaan tempat ia bekerja.
" Ayo ... masuk, malah bengong ... pegel saya nungguin kamu dari tadi," ujar Danar masih menekan tombol open.
"Eh ... oh ... iya, maaf Pak ... saya kira---," ujar Sephia bingung harus berkata apa.
"Buruan ...."
Sephia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dengan membawa beberapa kantung nasi Padang yang tadi ia pesan.
Memperhatikan apa yang gadis itu bawa dan bertanya untuk apa, Danar memutuskan untuk ikut masuk keruangan Sephia dimana tim sedang menghabiskan waktu lemburnya malam ini.
"Nah ... dateng juga itu nasi Padang aku, lama banget Phi?" tanya Ardi yang langsung menyambar plastik berisi makanan itu tanpa melihat siapa di belakang Sephia berdiri.
"Mas ... sstt," Sephia memberikan kode pada Ardi.
"Jadi ... malam ini lembur akhir tahun kalian?" tanya Danar berjalan mendahului Sephia yang membagikan makanan sesuai pesanan.
"Pak Danar ...." Ketiga dari mereka tersentak kaget ketika mengetahui bahwa atasannya ikut masuk ke dalam ruangan itu.
"Eh ... em ... iya Pak," jawab Ibu Ratna. "Memang setiap akhir bulan dan akhir tahun akan seperti ini."
"Silahkan kalo mau diterusin, santai aja ... anggap saya gak ada," ujar Danar namun sorot matanya jatuh pada Sephia.
"Kita makan di pantry aja Luh," ajak Ardi. "Udah laper aku," bisiknya pada Ni Luh, lalu mereka beranjak berpamitan untuk menikmati makanan itu di pantry, disusul Ibu Ratna yang sudah pasti kelaparan karena sudah lebih dari jam makan malamnya.
"Kalau semua ke pantry jadi siapa yang menemani saya di sini," ujar Danar ketika melihat Sephia juga ingin beranjak dari tempat duduknya.
"Eh ...."
"Kamu makan aja di sini kalo mau makan, gak akan saya minta," ujarnya santai.
"Tapi yang lain ke pantry Pak," kata Sephia. Lagian ini orang ngapain juga ikutan kesini sih gumamnya.
"Udah tinggal di makan apa perlu saya yang suapin?"
"Eh ... gak usah Pak," jawab Sephia lalu membuka bungkusan nasi Padang.
Harum yang menguar saat bungkus nasi itu terbuka memang luar biasa mengundang selera, Danar yang memang belum menyentuh nasi sedari siang berkali-kali menelan ludahnya menahan keinginan untuk ikut menikmatinya.
Pandangan matanya yang tak lepas dari Sephia, membuat gadis itu merasa kikuk. Untuk menyendokkan satu suap ke mulutnya pun rasanya susah. Padahal cacing-cacing di perutnya sudah bergejolak menunggu asupan nutrisi yang datang.
"Bapak mau? ini bisa saya bagi dua kalo Bapak mau," tawar Sephia karena ia merasa terintimidasi oleh tatapan Danar.
"Gak ... gak, kamu makan aja dengan tenang," jawabnya datar.
Hello, gimana mau tenang kalo makan di liatin gini ... kayak kucing maling ikan batin gadis itu.
Suapan demi suapan akhirnya lolos dengan sempurna masuk ke dalam mulut Sephia melewati kerongkongan, terdengar sorak sorai cacing di dalam sana menerima santapannya.
"Biasanya kalian lembur sampai jam berapa?" tanya Danar.
"Paling cepat jam sembilan sudah selesai Pak, tapi akan diteruskan besoknya."
"Paling cepat? paling lama?" tanya laki-laki itu lagi.
"Jam 10," Sephia menjawab dengan memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.
"Jam 10 malam, lalu diteruskan lagi besoknya?"
Sephia mengangguk, membungkus kembali kertas makanan yang ia makan, lalu meneguk air mineral hingga tandas. Danar memperhatikan semua gerak gerik gadis itu.
"Ngapain lembur kalo masih diterusin besoknya?"
Bisa gak sih ini orang gak di sini, ganggu konsentrasi aja.
"Kan di cicil Pak, disamakan setiap laporan yang masuk ke divisi ini, belum lagi kroscek angka-angka jangan sampai ada kesalahan, karena untuk posisi keuangan sendiri jika salah satu digit saja itu bisa berefek ke segalanya." Jelas gadis itu yang mulai kesal.
Ketiga teman yang sudah menghabiskan waktu di pantry yang pasti dengan senda gurau obrolan saat makan, datang tanpa dosa dan duduk di tempat masing-masing mulai melakukan kembali pekerjaan mereka.
"Coba tunjukin ke saya, satu laporan yang kamu kerjakan," ujarnya pada Sephia lalu melangkah mendekat pada gadis itu.
Ya Tuhan, bisa gak sih ini orang di kirim ke planet Uranus aja biar agak jauhan dikit.
Entah apa yang salah, debaran itu begitu kencang. Harum maskulin lelaki itu tercium lolos begitu kuat masuk ke dalam penciuman Sephia. Jaraknya yang begitu dekat, dengan posisi membungkuk melihat ke arah laptop yang berada di depan mereka.
Danar menarik satu kursi untuk duduk di dekat Sephia. Tangan Sephia dengan lihainya memainkan mouse membuka satu file yang harus dia contohkan pada Danar.
"Seperti ini ... ini neraca keuangan kita dari awal tahun, di sini ada aktiva lancar dan tetap ... total dari kedua aktiva ini harus balance dengan utang lancar dan modal selama satu tahun .... Nah jika kita dapati ketidaksamaan antara keduanya itu otomatis kita harus merunut lagi pada buku besar selama satu tahun. Buku besar itu sendiri berisi tentang aktivitas penjualan, pembelian, pemasukan, hutang piutang dan lain-lain." Jelas Sephia lalu membenarkan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya.
Danar bukan tidak tahu apa yang dijelaskan oleh Sephia. Tidak mungkin lelaki kelulusan University of Birmingham Inggris itu tidak mengerti dalam hal ini.
Dia hanya ingin lebih dekat saja dengan gadis itu, memperhatikannya berceloteh menjelaskan sesuatu menurut Danar itu terlihat keren. Sosok wanita smart dan mandiri, bukan sosok wanita yang bisanya hanya bermanja-manja dan menghabiskan kekayaan orang tua mereka.
Sephia terus saja menjelaskan pada Danar apa yang ia tahu, sesekali pandangan mereka bertemu. Jika hal itu terjadi maka Sephia lah yang mengalah melempar pandangan ke tempat lain atau berusaha sebisa mungkin mengatur detak jantungnya yang bertalu-talu.
Danar sadar itu, senyum tipis kadang mengembang di sudut bibirnya. Penjelasan demi penjelasan tentang keuangan perusahaannya membuatnya mengerti tentang seluk beluk keuangan perusahaan selama ini.
"Sebaiknya kalian selesaikan pekerjaan kalian, sekarang sudah pukul delapan malam, saya tidak ingin keluarga kalian menunggu kalian terlalu lama." Danar melirik jam di tangannya lalu beranjak dari tempat duduknya di samping Sephia, melangkah keluar ruangan itu diiringi nafas lega dari keempat orang yang sedari tadi menegang akan kehadiran lelaki itu.
***pada ngerti gak neraca keuangan? sama aku aja sampe sekarang paling males kalo di suruh buat apalagi kalo gak balance... njelimeeeettt bebs 😂
lanjuuut yaaaak... tapi sore
enjoy reading 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Kelabu Biru
dulu sekolah ini pelajaran yg paling puyeng duit berjuta juta ntah duit siapa, tp gua ngitungnya sampe kepala mau meledak.
2024-11-06
0
ani purwanti
akuntansi bikin pusing n nyerah di semester pertama klas 10 pindah TKJ 😆
2024-03-04
0
Nacita
aku yg jurusan akuntan aja menyerah 🤣
2024-02-09
0