"Mana?" tanya Danar.
"Ah iya Pak, sebentar." Sephia memberikan satu berkas laporan keuangan dan pajak, memberikannya pada Danar.
"Kamu ada file nya di laptop?"
"Ada Pak," jawab Sephia.
"Kalau ada kenapa gak kasih saya file yang di laptop, kenapa harus hardcopy ini?"
"Hah?"
"Kan kamu gak usah susah-susah datang kesini, bawa segala tumpukan ini sedangkan kamu punya file nya," ujar Danar membenarkan kacamatanya.
"Astaga ...."
"Kenapa?" Danar mengangkat satu alisnya.
"Saya kira tadi Ibu Ratna memberikan saya perintah untuk bertemu bapak membawakan laporan keuangan dan pajak ini berupa data lengkap," kata Sephia menatap manik mata lelaki itu. "Tahu akan begini, harusnya saya email saja semuanya ke Bapak." Nada bicara Sephia terdengar kesal.
"Saya kirim file nya ke Bapak, Bapak bisa koreksi sendiri kalau begitu ...," ujar Sephia mengotak atik laptop nya dan ....
"Done ... sudah saya kirim ke email Pak Danar," ujar Sephia merapikan berkas laporannya. "Saya permisi, Pak." Beranjak dari tempat duduknya.
"Siapa suruh kamu pergi? bukan berarti dengan kamu mengirimkan file itu terus kamu biarin saya koreksi sendiri kesalahan laporan ini kan?"
iihh pengen aku gigit rasanya laki-laki ini gerutu Sephia dalam hati.
Sephia kembali duduk, menatap laptopnya menahan rasa kesal di dadanya. Berusaha seprofesional mungkin menghadapi atasannya yang semena-mena ini.
"Kamu lihat laporan keuangan bulan September, di situ ada barang yang dikeluarkan dengan menggunakan pajak, itu berarti kita pakai pajak keluar, betul?"
"Iya Pak," jawab Sephia memperhatikan laptop di depannya.
"Kamu liat ini," ujar Danar menunjukkan laporan pajak keluar dan masuk. "Laporan pajak kita sekian nominalnya, harusnya seperti yang kamu beritahukan kepada saya beberapa minggu lalu bahwa ...," Danar menunjukkan jari telunjuknya yang mengingatkan Sephia akan genggaman jemarinya di kantung hoodie, malam di villa waktu itu.
"Kamu dengar saya kan?"
"Iya Pak, dengar ...." Sephia terkejut membuyarkan lamunannya.
"Sekalipun antara laporan pajak masuk dan keluar tidak balance, pajak tersebut tetap harus kita bayar, benar?"
"Benar," jawab Sephia cepat.
"Balik lagi ke laporan keuangan, kamu lihat ... pajak masuk dan keluar tidak balance ya kan, tapi kenapa di sini tidak tertulis nominal pajak yang harus kita bayar ... sedangkan ini," Danar memberikan fakta baru berupa transaksi uang masuk dan keluar. "Sedangkan di sini, tertulis uang keluar sejumlah 50 juta untuk pembayaran pajak." Alis Danar kembali terangkat.
"Saya gak mau tahu, dimana terselip laporan uang 50 juta untuk pembayaran pajak itu, kamu cari ... dirunut kembali dari bulan sebelum dan sesudahnya."
Rasanya Sephia ingin menangis saat itu juga, benar ini adalah bagian divisinya, tepat pula pajak adalah jobdesk gadis itu. Dengan merunut itu berarti Sephia harus mencari sedikitnya tiga bulan sebelum laporan itu di buat. Dan akan membutuhkan waktu yang lama itu sudah pasti bukan satu atau dua hari, tapi dia membutuhkan timnya untuk menganalisis ini semua.
"Saya kerjakan di ruangan saya saja Pak," ujar Sephia dengan tertunduk.
"Di sini saja," ujar Danar datar lagi-lagi membenarkan kacamatanya.
"Saya bisa pindah ke sofa Pak?"
"Silahkan," Danar memperhatikan Sephia membereskan barang-barang yang ia bawa. Ada senyum tipis yang terukir di wajah Danar. Akhirnya misi nya untuk kembali bersama di satu momen dengan gadis itu terkabulkan.
...----------------...
Sephia masih mengutak-atik laporan keuangan yang ada di hadapannya, beberapa kertas berserakan di meja itu. Rambut yang tadinya terurai begitu saja kini sudah berubah menjadi cepolan yang sembarang berada di pucuk kepala gadis itu.
Sudah lebih dari dua jam dia berada di ruangan Danar, targetnya satu jam lagi sudah harus selesai. Sephia termasuk cepat dalam menyelesaikan masalah keuangan di dalam divisinya. Oleh sebab itu selalu Sephia yang diandalkan oleh Ibu Ratna jika ada meeting perusahaan cabang dan pusat setiap bulannya.
Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam, sedangkan perut Sephia mulai bergemuruh, meneguk segelas air putih pun belum dia rasakan sejak masuk ke ruangan itu. Sedangkan Danar dari tadi hanya keluar masuk ruangan setelah pekerjaannya sendiri selesai.
"Makan dulu," kata Danar memberikan satu plastik berisi styrofoam dan satu cup berisi jus.
"Makasih Pak," jawab Sephia meraih plastik itu.
"Udah bukan jam kantor dari dua jam lalu ... lo udah bisa biasa aja," Danar duduk di sebelah Sephia.
"Tapi ini masih di kantor," jawabnya menatap kembali ke laptop.
"Makan dulu ... gue gak mau ntar di kira nyiksa karyawan." Danar membukakan styrofoam itu lalu menyerahkan pada Sephia.
"Saya bisa sendiri Pak."
"Udah bukan jam kantor gue bilang ... jadi lo santai aja," Danar menyandarkan kepalanya di sofa.
"Makan?" tanya Sephia mengangkat sendoknya.
Dengan cepat Danar bangun dari sandarannya dan menangkap tangan gadis itu untuk menyendokkan ke mulut Danar.
"Ya ampun ... aku mau nawarin bukan mau suapin kamu," ujar Sephia terbelalak saat sendoknya masuk ke dalam mulut Danar.
"Ya mana gue tau, kan tangan lo ke arah gue."
Serius laki-laki itu terlihat santai, berbalut kemeja berwarna hitam dan celana berwarna mustard semakin membuatnya terlihat tampan.
Dengan santainya Sephia menyendokkan makanan ke mulutnya, sedangkan sendok itu sudah terpakai oleh Danar. Satu suap dua suap hingga suapan terakhir. Danar menelan ludahnya menahan keinginannya untuk ikut menikmati nasi goreng seafood yang ia pesan untuk gadis itu.
"Habis?" tanya Danar.
"Eh ... kamu masih mau?"
"Laper banget ya ... sampe segitunya, gak ngeliat ke kanan kiri lagi sampe lupa kalo ada atasannya di sini."
"Yah, kamu gak bilang ... tau gitu kan-- eh, ini masih ada dua suap, mau?"
"Suap!"
"Dih ...."
"Gak boleh bantah perintah atasan."
"Udah bukan jam kantor, jadi udah boleh," jawab Sephia menang.
"Gue mau nya di suap," ujar Danar lagi.
"Kamu nyebelin ya," ucap Sephia kesal.
"Setidaknya gak serumit laporan keuangan yang lo buat," ujarnya mengarahkan tangan Sephia ke mulutnya.
"Laporan itu sebelum aku masuk loh ... yang ngerjain aku rasa sudah pasti bukan aku, kenapa jadi tanggung jawab aku." Sephia akhirnya meluapkan emosi yang sedari siang tertahan.
"Masih tanggungjawab lo karena itu divisi lo, jadi gak ada alasan lo gak bisa selidiki dan merevisi laporan itu."
"Nih ...." Sephia menyerahkan tempat makan yang tertinggal satu suapan lagi.
"Eh ... itu sekali lagi, selesain dulu," ujar Danar membuka mulutnya.
"Ogah ... makan sendiri, aku mau kerja," sungut gadis itu lalu menyeruput sisa jus di atas meja.
Danar dengan cueknya menyelesaikan suapan terakhirnya. Memperhatikan Sephia yang serius menekuni kembali satu per satu laporan yang ada di depannya, sementara itu waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Danar kembali mengembangkan senyumnya.
modus Mas-nya curiga aku 😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nacita
bisa pas gitu ya 🫣
2024-02-09
0
veranita1
Seneng bener sih readers klo dimodusin🤭
2023-11-06
0
desi
halusss caranya ya, bos Danar? 🤣🤣
2023-06-28
2