"Ya lakuin aja ... kan aku bilang aku gak pe---" Kata-kata Sephia belum juga selesai dia utarakan ketika bibirnya sudah di bungkam Danar dengan ciuman lembut yang membuat mata Sephia terbelalak karena terkejut.
Tangan Sephia seakan menggapai mencari pegangan. Sumpah demi apapun dia belum siap untuk serangan mendadak ini. Tangan itu akhirnya berlabuh di dada lelaki yang tiba-tiba memberikan ciuman untuknya.
Mendorong tubuh Danar namun Danar tak bergerak dari posisinya. Danar sibuk dengan aktivitasnya. Ia menikmati silaturahmi bibir dadakan itu, bibir gadis itu begitu lembut walaupun tak ada balasan dari Sephia, tapi Danar yakin Sephia juga menikmati sapuan bibirnya dan gigitan kecil yang ia berikan.
"Ehem ...." Suara pelayan pengantar pesanan makanan itu membuyarkan kegiatan keduanya.
"Pesanannya Pak," ujar pelayan itu tak enak hati. "Mungkin ada tambahan?" tanya pelayan itu memastikan.
"Gak ... gak ada," jawab Danar. Sementara Sephia membuang pandangannya keluar jendela.
"Makan, Phi," ujar Danar berusaha tak membuat suasana menjadi canggung.
Sephia hanya diam menikmati hidangan makan siangnya yang sudah di buka dengan pembukaan yang menegangkan. Dan Danar, ia hanya bisa melihat Sephia dengan lirikannya. Pikirannya semakin kacau, tapi jujur ini yang ingin ia pastikan. Bukan hanya sekedar sentuhan yang membuat jantungnya bertalu-talu, tapi juga keintiman sehingga dia merasakan banyaknya kupu-kupu yang menggelitik perutnya sampai dekat ke hati.
"Kita sudah melebihi jam makan siang ... aku gak enak sama anak-anak yang lain," ujar Sephia ketika menyudahi suapannya dan meneguk ice lemon tee.
Danar lalu bangkit tanpa berkata apa-apa, untuk saat ini ada baiknya dia diam. Wajah cantik Sephia sungguh "menyeramkan" senyum pun tak terlintas disana. Berjalan menuruni anak tangga kafe itu, Sephia berjalan dengan sedikit menunduk, ia malu akan kejadian tadi. Dia berjalan mendahului Danar saat Danar melakukan pembayaran.
Masuk ke dalam mobil pun suasana begitu kaku, Sephia hanya diam tanpa sedikitpun berkata-kata, begitupun Danar. Hanya lantunan suara Michele Morrone yang menemani keheningan di dalam sana.
I don't wanna keep you waiting
That's why you blame it on me, oh
You just giving me your secrets
And I wanted to, yeah
'Cause this was on you, baby
And it's only true, yeah
I'm gonna feel it, feel it so strong
This is making me alive
We don't even have to say goodbye
I'm gonna feel it, feel it so strong
This is tryna make me alive
We don't even have to say goodbye
~Michele Morrone : Feel it~
Mobil itu kembali terparkir di basemant kantor, Sephia melepaskan sabuk pengamannya. Saat membuka pintu, buru-buru Danar mencegahnya.
"Phi ...."
"Aku udah telat hampir satu jam, jadi please jangan dibuat terlalu lama lagi," ujar Sephia melepaskan cengkraman tangan Danar di lengannya.
Sephia keluar dari mobil itu, sedikit berlari dan melihat arloji di tangannya. Danar hanya bisa memandang gadis itu dengan tatapan nanar. Penyesalan memang selalu datang terlambat, Danar terlalu ceroboh tapi dia juga tak bisa begitu saja mencegah rasa yang ada di hatinya.
Sephia memasuki ruangan timnya dengan wajah menunduk, langsung menuju kursinya. Untung saja Ibu Ratna sedang tidak berada di tempat. Pandangan mata kedua temannya yang memperhatikannya dari saat dia masuk membuat keduanya penasaran ada apa dengan Sephia dan darimana Sephia.
"Phi, kamu oke?" tanya Ardi, lalu mengedikkan kedua tangannya pada Ni Luh.
"Kamu darimana Phi? untung Bu Ratna sedang keluar jadi gak banyak tanya sama kita." Ni Luh mengamati wajah Sephia. Gadis itu terlihat kacau.
"Phi ...," ujar Ni Luh lagi.
"Eh, iya Mbok ... aku dari makan siang, terus tadi ketemu sama teman dari Bogor ... aku minta maaf telat ya," kata Sephia berbohong.
"Gak papa ... aku kira kamu kenapa, masuk-masuk mukanya gitu," ujar Ni Luh tersenyum.
Sephia membalas dengan senyuman, ia kembali disibukkan dengan pekerjaannya hingga berakhirnya jam kantor pun dia masih sibuk menyelesaikan semuanya.
"Phi, balik yuk," ajak Ni Luh.
"Mbok Luh duluan aja, aku masih ada beberapa yang harus di selesaikan, kan tadi balik makan siang udah telat," ujar Sephia dengan wajah kecewa.
"Phi, duluan ya," kata Ardi meraih tas ranselnya lalu melambaikan tangan pada kedua gadis itu.
"Mau aku temenin gak?" tanya Ni Luh.
"Gak usah Mbok, paling gak sampe satu jam kelar," kata Sephia lagi.
"Oke ... gak papa ya aku tinggal." Ni Luh meyakinkan lalu memakai cardigannya kemudian melambaikan tangan pada Sephia. "Ketemu Senin ya, Phi."
Sephia masih membuka beberapa kertas dan mencocokkan kembali dengan angka-angka yang berada di laptop miliknya. Sebenarnya bisa saja jika Sephia membawa pekerjaannya dan dia kerjakan di kost nya, namun sayangnya besok adalah hari Sabtu, itu berarti berkas yang ia bawa akan berlama-lama di kostnya dan itu jelas tidak diperbolehkan oleh perusahaan.
"Loh Phi ... belum pulang?" tanya Ibu Ratna yang baru datang dari dinas luarnya.
"Sebentar lagi Bu, nanggung kalo gak dikerjain nanti malah jadi pikiran," jawab Sephia.
"Ya udah kalo gitu aku duluan ya Phi, keburu mau hujan kayaknya ... kamu jangan malem-malem loh," pesan Bu Ratna pada Sephia sebelum berlalu.
Setengah jam berlalu, Sephia masih menikmati pekerjaannya dengan ditemani headset yang terpasang di telinganya.
Sementara di parkiran basemant, saat Danar akan masuk ke dalam mobilnya, ia tak sengaja melihat motor Sephia masih berada di sana. Lelaki itu bergegas naik lagi ke lantai tiga menuju ruangan gadis itu.
Seperti perkiraannya, gadis itu masih asyik dengan pekerjaannya, masih asyik dengan headset yang bertengger di telinganya. Danar melangkah mendekat, Sephia jelas tak menyadari.
Lelaki itu menyandarkan bokongnya di meja kerja Sephia, seperti biasa ia menyilangkan kakinya. Sephia mendongak saat tahu ada seseorang di ruangan itu berdiri di dekat meja kerjanya.
Dengan wajah cuek, dia meneruskan pekerjaannya. Tidak sedikitpun ia pedulikan Danar di sana. Namun Danar tetap setia menunggu gadis itu hingga pekerjaannya selesai. Danar melepaskan headset di telinga Sephia, hingga gadis itu menoleh padanya.
"Udah selesai?" tanya Danar lembut.
"Udah," jawab Sephia cuek berdiri dan mulai merapikan berkas-berkas di mejanya.
"Aku antar pulang?"
"Gak usah ... aku bisa pulang sendiri," jawab Sephia berjalan ke lemari berkas lalu menutupnya dan berjalan kembali ke meja kerjanya.
"Mau hujan di luar, kalo naik motor kamu bisa kehujanan nanti," kata Danar lagi.
"Aku bisa tunggu sampai hujan reda atau bila perlu aku bisa pakai jas hujan, jadi santai aja," jawab Sephia sekenanya lalu mengancingkan tas laptopnya.
"Kamu masih marah?" tanya Danar menahan tangan Sephia saat Sephia akan meninggalkan mejanya.
"Perlu di jawab?" Mata Sephia memandang tajam lelaki itu.
"Maaf aku lancang." Jelas saja lancang, silahturahmi bibir itu membuat Sephia terperanjat seketika siang tadi.
Sephia melepaskan tangan Danar yang menahan tangannya. Sephia meninggalkan lelaki itu dengan tubuh yang terpaku atas sikap gadis itu.
Cepat Danar mengejar Sephia sebelum lift tertutup. "Aku antar," ujar Danar menahan lift agar tidak tertutup.
"Gak usah, aku bisa pulang sendiri," Sephia menjawab dengan nada yang datar.
"Please jangan bantah, Phi."
"Aku gak bantah, aku biasa pulang sendiri, dari dulu juga begitu."
"Di luar sudah gelap, sebentar lagi hujan besar," kata Danar mendekatkan tubuhnya pada Sephia. "Aku antar ... ya."
Sephia menghela nafasnya, lelaki ini jelas-jelas tidak menerima penolakan. Tapi bila tak ia tolak maka kejadian seperti tadi pasti akan terulang lagi.
Bunyi lift terbuka, benar kata Danar di luar bukan lagi gelap tetapi sudah hujan deras. Pikiran Sephia jika dia menunggu hujan reda ,akan menunggu berapa lama dia di sana.
"Ayo ...." Danar menggenggam tangan gadis itu menuntunnya masuk ke dalam mobil.
"Motor aku?"
"Nanti aku suruh orang antar ke kost kamu, taruh kuncinya di dashboard," ujar Danar.
Keluar dari basemant gedung itu, hujan benar-benar sangatlah deras, belum lagi angin seperti badai menghalangi pandangan mata untuk melihat jauh ke depan. Iya, Bali dengan cuaca ekstrimnya memang kadang menyeramkan.
"Makasih," ujar Sephia saat mobil Danar berhenti di pekarangan kostnya.
"Phia ... aku---"
"Lupain aja," jawab Sephia cepat.
Danar mengangguk angguk. "Besok aku jemput?"
"Hah?"
"Kan aku udah janji mau bawa kamu ke pantai, selain Kuta," katanya lagi.
"Maaf aku gak bisa, lain kali aja," tolak Sephia. "Makasih udah nganterin pulang," ujar Sephia tersenyum lalu turun dari mobil itu sedikit berlari menaiki tangga menghindari hujan.
Danar tercekat, hukum sebab akibat itu memang selalu ada. Dan dia pantas mendapatkan itu atas kelancangannya. Memutar kembali mobilnya melaju menembus hujan deras sore menjelang malam dengan perasaan yang kacau.
***jadi inget jargon di LangitJingga dan Kiss Me, ada sebutan khusus kalo mau kissing 😀
kalo kata Langit "tabrakan bibir"
kalo kata Arkana "sini, cium dulu"
kalo kata Danar "silahturahmi bibir" dan kali ini terinspirasi dari Bebby Qnoy yang sudah memberikan hak patennya buat Sephia 😀 makasih Bebby 😘😘😘
jangan lupa jempolnya diarahkan pada tempatnya 😂
enjoy reading 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nacita
knp hrus d tmpt umum sih 🫠
2024-02-10
0
veranita1
hadewh, harusnya tmbah hangat dong ya.kok tmbh dingin. apa karna emang lg hujan deras?makanya agak dingin😁
2023-11-06
0
EndRu
habis silaturahmi kok malah cuek cuekan..
silaturahmi nya bikin kaget sih
2023-02-06
1