Anjing dan Kucing

"Gak secepat itu ...." Danar meraih lengan gadis itu hingga tubuh mereka berbenturan.

"Aduh," ujar Sephia meringis saat tubuh mereka berbenturan.

"Udah aku bilang ... aku gak suka di bantah," bisik Danar.

"Astaga ... aku gak bantah, aku cuma mau balik ke ruangan aku," ujar Sephia menahan tubuhnya dengan tangan berada di dada Danar.

"Boleh keluar kalo kamu kasih aku nomer ponsel kamu,"

"Penting banget ya," Sephia berusaha melepaskan tangan Danar yang sudah berada di pinggangnya.

"Banget buat aku," ujar Danar tetap mengeraskan rengkuhan di pinggang Sephia.

"Aku kasih tapi kamu lepasin dulu ...." Sephia menoleh ke belakang takut bila pintu terbuka.

"Kasih dulu baru aku lepas," jawab Danar tak mau kalah.

"Astaga ... kamu maksa banget sih."

"Kamu yang gak nurut."

"Kan aku bilang lepas dulu nanti aku kasih."

"Aku gak mau lepas kalo belom kamu kasih."

Bagai anjing dan kucing bila bertemu selalu bertengkar, padahal hanya hal sepele. Celotehan mereka yang tak mau kalah satu sama lain terus berjalan. Hingga pintu terbuka, dengan kepala Made yang sedikit muncul.

"Maaf ...." Made hendak menutup pintu kembali.

"Masuk aja De," ujar Danar santai tetap tangannya berada di pinggang Sephia.

Sementara Sephia masih berusaha keras menjauhkan tangan itu darinya. Merasa tak enak dengan Made, Sephia takut akan terjadi pergunjingan antara dia dan Danar.

"Kenapa De?" tanya Danar dengan mata masih menatap Sephia di sampingnya yang berusaha melepaskan diri.

"Aku bawa ini buat di periksa," ujar Made membawa beberapa berkas yang mungkin harus di tanda tangani oleh Danar.

"Taruh aja di situ."

Made mengangguk, sedikit melirik pada Sephia yang serba salah. Tapi mata Sephia seperti memohon pertolongan. Namun tak mungkin juga Made menolongnya ketika tatapan tajam Danar mengarah padanya.

"Oke ... aku keluar," ujar Made menunjukkan jempolnya ke arah pintu.

"Iya ... jangan ada yang ganggu," pesan Danar.

"Eh ... Pak Made bis-- aw ...." Sephia meringis saat tangan di pinggangnya mengerat.

"Gak ada apa-apa De," Danar mengayunkan tangannya memberi perintah pada Made untuk segera keluar.

Ketika pintu baru saja tertutup, akhirnya Sephia bisa melepaskan diri dari Danar.

"Kamu ...!" kesalnya. "Ngeselin banget tau gak! kalo seluruh kantor tau kelakuan kamu tadi ... ya ampun." Sephia berkali-kali menepuk keningnya.

"Makanya nomernya mana?"

"Penting banget ya," ujar Sephia merogoh ponsel di kantung celananya.

"Penting ... biar aku gak kayak orang bego nungguin kamu di kost pagi tadi, yang ternyata kamu malah udah sampe di kantor." Danar kesal.

"Hah? eh ... siapa juga yang nyuruh kamu nungguin aku ... nih," ujarnya menyodorkan ponsel itu.

"Kan aku udah bilang, aku jemput," ujar Danar lalu meraih ponsel itu dan menyalin nomernya pada ponsel miliknya.

Setelah berhasil menyimpan nomer gadis itu, Danar mengusap layar ponsel Sephia. Terdapat poto pada wallpaper ponsel Sephia, kedua orangtua gadis itu, Sephia dan seorang lelaki yang usianya mungkin di bawah Sephia.

"Keluarga kamu?" tanya Danar menunjukkan poto itu.

"Iya, ibu bapak dan Fadil adik aku ... sini," ujarnya meraih ponsel itu.

"Udah aku misscall jangan lupa di save," ujar Danar.

"Kalo inget," gumam Sephia pergi dari ruangan itu meninggalkan Danar yang tersenyum penuh kemenangan.

...----------------...

Sephia berada di parkiran motor saat jam kantor telah selesai. Beberapa teman sekantornya satu per satu menjalankan motor keluar dari parkiran kantor itu. Ya, Bali adalah salah satu propinsi yang banyak menggunakan alat transportasi motor, angkutan umum pun khusus di daerah pariwisata seperti ini sulit sekali didapati. Jangan berharap ada angkot yang saling pepet untuk mendapatkan penumpang di sini.

Sephia mengarahkan motornya langsung menuju kost. Jarak antara kantor dan kost yang ia tempati hanya setengah jam perjalanan kurang lebih.

Sore itu matahari masih bersinar terang, harusnya jika ia habiskan waktu untuk menikmati sunset di Kuta pasti lebih menyenangkan, tapi tubuhnya terasa sangatlah lelah. Kepalanya ingin sekali ia kucuri air shower kamar mandinya.

Baru saja ia akan memasuki pelataran kost itu, Sephia melihat mobil yang setidaknya tidak asing bagi dirinya. Mobil mewah berwarna hitam metalik itu sudah bertengger lebih dulu di depan pagar.

"Astaga ...." Sephia menepuk keningnya.

Lelaki itu bersandar di badan mobil dengan kaki menyilang dan tangan yang terlipat di depan dadanya. Lalu tersenyum pada Sephia, melepaskan kacamata hitam yang biasa dia gunakan.

"Mau apa lagi lelaki ini Tuhan," gumam Sephia membuka helmnya dan memarkirkan motornya di halaman.

"Ngapain?" tanya Sephia dari balik pagar.

"Nungguin dong ... emang ngapain?"

"Nungguin siapa?"

"Kamu ... emang ada lagi selain kamu?"

"Stress," ujarnya berlalu ingin menaiki tangga kost itu.

"Eh ...." Danar meraih tangan Sephia saat melihat gadis itu akan menaiki anak tangga. "Temenin aku," ujarnya.

"Gak ah ... aku capek, aku mau mandi, aku perlu semedi di kamar mandi ngeguyur kepala aku yang tegang seharian ngadepin kamu," ujar Sephia melepaskan tangannya.

"Aku tunggu sampe kamu selesai mandi, gak peduli berapa lama ... tapi setelah itu temenin aku," ujar Danar lagi.

"Kapan sih aku terlepas dari kamu ... astaga, bisa gila aku lama-lama," gerutu Sephia mengacak rambutnya.

"Aku tunggu ya," ujar Danar ikut menaiki anak tangga.

"Kok ikut naik?"

"Kan nungguin," jawabnya tersenyum.

"Tunggu di sana lah, di mobil kamu sana," usir Sephia.

"Gak mau, aku tunggu di kamar kamu."

"Jangan gila!"

"Ya gak gila lah orang cuma nunggu kecuali kalo ngapa-ngapain ... baru gila namanya," ujar Danar santai mengikuti langkah kaki Sephia.

Merogoh kunci di dalam tasnya, sesekali wajah cemberut Sephia menoleh ke arah Danar. Lelaki yang sudah membuatnya kesal itu masih terlihat santai melihat ke kanan dan ke kiri.

"Kost an kamu sepi," ujarnya.

"Masih pada kerja, jadi sepi biasanya malem baru pada pulang." Sephia membuka pintu kamarnya.

"Kamu beneran mau masuk?" tanya Sephia masih berdiri di depan pintu menghalangi Danar yang sudah melongokkan kepalanya masuk ke pintu.

"Iya lah ... masa nunggu di luar, panas."

"Sama aja di dalem juga panas, cuma ada kipas," jawab Sephia.

"Setidaknya ada air es," sahutnya lagi menyingkirkan tubuh Sephia ke kanan agar ia bisa melalui pintu.

Danar masuk tanpa perduli sang pemilik kamar sudah sangat kesal. Dengan santainya dia menghidupkan tivi, kipas angin dan membuka kulkas kecil mencari sesuatu yang bisa dia makan atau dia teguk.

"Biasa ya di rumah orang begini?" tanya Sephia yang masih berdiri di depan pintu sementara lelaki itu sudah merebahkan dirinya di atas tempat tidur dan menyandarkan punggungnya pada dinding.

"Biasa ... kalo udah kenal," jawabnya santai sambil menekan tombol remote mencari acara televisi. "Kalo mau mandi ... mandi aja aku tunggu, buruan ... ntar kemaleman dah gak enak," ujarnya menoleh pada Sephia yang menaruh tasnya di nakas lalu membuka lemari pakaian.

"Mau kemana?"

"Mandi aja dulu."

"Kasih tau kemana dulu," ujar Sephia berdiri di sisi tempat tidur yang hanya dialaskan karpet di bawahnya.

"Kenapa sih hal kayak gini selalu diperdebatkan?"

"Aku gak berdebat ... aku cuma nanya kita mau kemana?" tanya Sephia. "Kamu tuh gak malu apa nyantronin bawahan ... masuk ke kamar karyawan kamu terus nungguin dia mandi terus ngajak jalan, gak malu apa di liat orang."

"Ngapain malu ... kan aku gak ngapa-ngapain, udah buruan mandi," ujarnya menghalau tubuh Sephia yang menghalangi acara yang sedang ia tonton.

kayak anjing sama kucing gerutu Sephia kesal.

Gadis itu akhirnya menjauh dari Danar, masuk ke dalam kamar mandi. Acaranya untuk berlama-lama di kamar mandi pun harus batal gara-gara lelaki yang sudah membuatnya gila beberapa minggu belakangan ini.

***anggap Chida lagi baik😂

enjoy reading 😘***

Terpopuler

Comments

veranita1

veranita1

aq juga seneng kok mas klo Shepia kesel² gitu🤭😆

2023-11-06

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

😂😂😂😂😂😂bebas mas...bebasssssss

2023-03-11

1

EndRu

EndRu

kalo aku kah takut.. si bos ikut masuk kamar , nungguin mandi lagi.. aduh aduhh

2023-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pandangan pertama
2 Pertemuan kedua
3 Lembur
4 Kebetulan
5 Chemistry
6 Tepi danau
7 Laporan keuangan
8 Rumit
9 Gue anterin
10 Berapa nomernya?
11 Anjing dan Kucing
12 Bakso
13 Berdebar
14 Gara-gara Meeting
15 Silaturahmi bibir
16 Permintaan maaf
17 Siapa?
18 Pantry
19 Apa arti aku?
20 Sebuah cerita
21 Valentine day 2020
22 Kekasih Gelap
23 Bagaikan dalam mimpi
24 Jangan terlalu jauh
25 Rindu
26 Malam bersama kamu
27 Hari bersamamu
28 Bahagia itu, sama kamu
29 Gosip
30 Siapa dia?
31 Sakit tapi tak berdarah
32 Jangan pernah pergi
33 Babak baru
34 She has gone
35 Mencari
36 Makan malam
37 Fakta
38 Pindah
39 Menghapus jejak
40 Lembaran baru
41 Menjadi Sahabat
42 Sakit
43 Menuntut penjelasan
44 Secercah harapan
45 I still love you
46 Aku kangen kamu
47 Double date (1)
48 Double date (2)
49 Aku cemburu
50 Sebuah rasa
51 Maaf, Aku gak bisa
52 Bapak Asep Sudrajat
53 Meminta izin
54 Keluarga Hermawan Wicaksana
55 She is mine
56 Perbincangan dua wanita
57 Engagement
58 Kalla dan Nami
59 Pamit
60 Sandal jepit cinta
61 Welcome back, Phia
62 Candle light dinner
63 Yes, i do
64 Marah
65 Persalinan Wulan
66 Penentuan hari
67 Kalla Nami Wedding
68 Di pingit
69 Persiapan
70 Pengantin baru
71 Kulo nuwun
72 Bulan madu
73 Enak?
74 Penolakan
75 Tujuan aku, itu kamu
76 Libur
77 Hadiah terindah
78 Cinta itu kamu
79 Merelakan
80 Kita buat lagi
81 Selamat ulang tahun, istri
82 Jaga baik-baik
83 Trauma
84 Ngidam
85 Perlengkapan bayi
86 Launching
87 Hey, anak ganteng
88 Masih lama ya?
89 You're my home
90 I love you to the moon and back
91 Thank you
92 Karya Baru
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Pandangan pertama
2
Pertemuan kedua
3
Lembur
4
Kebetulan
5
Chemistry
6
Tepi danau
7
Laporan keuangan
8
Rumit
9
Gue anterin
10
Berapa nomernya?
11
Anjing dan Kucing
12
Bakso
13
Berdebar
14
Gara-gara Meeting
15
Silaturahmi bibir
16
Permintaan maaf
17
Siapa?
18
Pantry
19
Apa arti aku?
20
Sebuah cerita
21
Valentine day 2020
22
Kekasih Gelap
23
Bagaikan dalam mimpi
24
Jangan terlalu jauh
25
Rindu
26
Malam bersama kamu
27
Hari bersamamu
28
Bahagia itu, sama kamu
29
Gosip
30
Siapa dia?
31
Sakit tapi tak berdarah
32
Jangan pernah pergi
33
Babak baru
34
She has gone
35
Mencari
36
Makan malam
37
Fakta
38
Pindah
39
Menghapus jejak
40
Lembaran baru
41
Menjadi Sahabat
42
Sakit
43
Menuntut penjelasan
44
Secercah harapan
45
I still love you
46
Aku kangen kamu
47
Double date (1)
48
Double date (2)
49
Aku cemburu
50
Sebuah rasa
51
Maaf, Aku gak bisa
52
Bapak Asep Sudrajat
53
Meminta izin
54
Keluarga Hermawan Wicaksana
55
She is mine
56
Perbincangan dua wanita
57
Engagement
58
Kalla dan Nami
59
Pamit
60
Sandal jepit cinta
61
Welcome back, Phia
62
Candle light dinner
63
Yes, i do
64
Marah
65
Persalinan Wulan
66
Penentuan hari
67
Kalla Nami Wedding
68
Di pingit
69
Persiapan
70
Pengantin baru
71
Kulo nuwun
72
Bulan madu
73
Enak?
74
Penolakan
75
Tujuan aku, itu kamu
76
Libur
77
Hadiah terindah
78
Cinta itu kamu
79
Merelakan
80
Kita buat lagi
81
Selamat ulang tahun, istri
82
Jaga baik-baik
83
Trauma
84
Ngidam
85
Perlengkapan bayi
86
Launching
87
Hey, anak ganteng
88
Masih lama ya?
89
You're my home
90
I love you to the moon and back
91
Thank you
92
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!