Gue anterin

Sephia membereskan semua berkas-berkas yang berserakan di atas meja. Sementara dia melihat Danar masih asyik dengan ponselnya. Beberapa kali Sephia harus menutup mulutnya saat menguap, sungguh ini melelahkan.

Jam sembilan malam sudah, Sephia harus cepat, dia tak ingin terlalu malam sampai di kost nya. Perjalanan membutuhkan waktu setengah jam dari kantor ke kost nya.

"Udah selesai?" tanya Danar saat ia melihat Sephia sudah meraih tasnya.

"Sudah ... aku boleh pulang kan?" tanya Sephia.

"Boleh ... silahkan," ujar Danar, lalu dia memperhatikan Sephia mengangkati tumpukan laporan keuangan yang di periksa tadi.

Sedikit kerepotan karena harus membawa laptop sekalian laporan keuangan yang ia bawa dari ruangannya. Maka Sephia memutuskan untuk kembali lagi setelah ia menyusun berkas-berkas itu di tempatnya.

"Kalo kesusahan, bilang ... minta tolong, susah amat bilang gitu aja." Danar berjalan ke arah Sephia, meraih tumpukan berkas laporan keuangan itu.

Jarak mereka begitu dekat, sentuhan tangan itu kembali terasa. Keduanya saling mengunci netra masing-masing. Sephia selalu mengalihkan duluan pandangan matanya.

"Sini gue bantuin," ujar Danar.

"Gak usah .... aku bisa dua kali bolak balik, gak harus ngerepotin kamu." Dan Sephia sebenernya masih kesal pada Danar.

"Dua kali bolak-balik niat banget mau ketemu gue?"

"Ish."

"Udah sini gue bantu, gengsi amat minta bantuan doang."

Mau tidak mau suka tidak suka, akhirnya Sephia mengalah, berjalan di belakang Danar. Begitupun saat berada di lift, mereka seperti orang asing yang tak saling kenal.

Sephia membuka ruangan divisinya, keadaan sudah gelap hanya temaram lampu dari gedung sebelah yang menyinari mereka di dalam sana. Meraba-raba tembok mencoba mencari saklar lampu berada.

Setelah lampu menyala, Sephia berjalan ke arah lemari dokumen diikuti oleh Danar, membuka lemari itu memasukkan satu per satu secara urut berkas laporan itu. Saat berbalik ke belakang dengan maksud meminta sisa berkas laporan pada Danar namun yang ada hanya tubuh mereka yang saling berdekatan.

Jarak yang hanya sekitar 5 cm itu pun terkikis begitu dekat, nafas Danar begitu terasa pada wajah Sephia. Mereka saling bertatapan, kedekatan itu begitu intim. Sephia yang memiliki tinggi badan yang mungkin hanya berselisih 15 sampai 20 centimeter itu tak perlu terlalu mendongakkan kepalanya terlalu dalam untuk melihat tatapan lelaki itu.

"Ini ...," ujar Danar memberikan tumpukan terakhir.

"Makasih," jawab Sephia yang kembali memutar tubuhnya dengan perasaan yang tak tentu.

"Udah selesai?" tanya Danar dari balik tubuh Sephia.

Sephia menegang, suara itu, nafasnya yang tepat berada di balik telinganya membuat Sephia merinding. Sephia berusaha mengatur detak jantungnya yang seakan ingin meloncat keluar.

"Sudah," Sephia sedikit menoleh, alih-alih takut mengenai wajah lelaki itu.

"Gue anter pulang," ujar Danar menjauh dari balik tubuh Sephia. Ia bersandar di dinding dekat pintu masuk, melipat tangannya di depan dada. Memperhatikan Sephia memasukkan laptop pada tas nya lalu memeriksa satu per satu laci serta lemari di ruangan itu.

"Aku bisa pulang sendiri ... aku bawa motor," ujar Sephia berjalan mendekati Danar

"Motornya di tinggal di kantor aja, gue anterin," ujar Danar keluar mendahului Sephia.

"Tapi ... motor aku ...."

"Lo cuma bilang iya, gak usah banyak alasan karena gue gak suka," Danar tetap berjalan menuju lift.

eh ... gak suka? maksudnya apa? ada manusia kayak gini gerutu gadis itu tetapi tetap mengikuti langkah Danar.

...----------------...

"Ayo," ujar Danar saat membuka pintu mobilnya. Sedan mewah berwarna hitam itu tinggal sendiri menunggu majikannya datang.

"Tapi ... ah, kayaknya aku naik motor aja deh ya, besok kerja juga perlu motor," ujar Sephia masih berdiri di depan mobil itu.

"Besok gampang ... gue jemput lagi," jawab Danar santai. "Ayo, semakin lama semakin malam ... cepet!" titahnya.

"Hah? jemput lagi? gak usah ... beneran aku balik aja naik motor ya," Sephia berbalik.

Tangan gadis itu Danar tahan, sehingga Sephia tersentak dan memutar tubuhnya dengan cepat. Benturan tubuh mereka tak dapat lagi terelakkan.

"Lo susah kalo di bilangin ... iya? besok gue jemput kalo lo susah buat ke kantor, oke." Bisik Danar dengan tangan yang masih menggenggam tangan Sephia.

"Apa?" suara Sephia terdengar lirih. Sumpah demi apapun gadis itu tak bisa menampik pesona lelaki itu.

"Buruan naik ... apa kita mau menghabiskan malam di sini?" Danar menuntun Sephia naik ke mobilnya.

Memasangkan sabuk pengaman pada gadis yang masih diam membisu. Masih terpaku akan kejadian yang begitu cepat tadi. Bahkan harum mint dari mulut lelaki itu pun masih terasa di indera penciumannya.

"Ke arah mana?"

"Apa?"

"Kost."

"Oh ... arah Pemogan," jawabnya cepat.

"Lain kali jangan bantah kalo gue bilang sesuatu dan lo harus nurut." Danar menghidupkan mesin mobilnya, keluar dari basemant kantor itu.

"Maksudnya?"

"Jangan bantah ... jangan banyak alasan," tegas lelaki itu lagi.

"Eh ... siapa kamu ngelarang aku," jawab Sephia menatap tajam lelaki yang fokus dengan jalan raya di depannya.

"Atasan lah ... Bos ... jadi gak ada yang bisa ngebantah, marah apalagi gak nurut."

"Nyebelin!"

"Mau lo bilang gue nyebelin, ngeselin itu gak mengubah apapun, tetap lo harus nurut ... di kantor atau di luar kantor," ujar Danar menoleh pada Sephia yang sudah memasang wajah cemberutnya.

Hati Danar bersorak gembira, dia suka sekali menjahili gadis itu. Membuatnya gemas ingin berlama-lama bermain dengan Sephia, seperti hari ini. Bisa saja dia mempunyai alasan seharian dengan gadis itu saat menemukan kesalahan dalam laporan keuangan, walaupun dia tahu Sephia tidak sepenuhnya bertanggung jawab dengan laporan tersebut.

"Denger gak?" tanya Danar menarik ujung rambut Sephia.

"Ish ... iya denger, gak boleh bantah, harus nurut, gak boleh marah dan kamu selalu benar karena kamu atasan aku," jawabnya.

"Gadis pinter." Danar menepuk kepala Sephia beberapa kali.

"Ih ...."

"Apa?"

"Sejak kapan berani sentuh-sentuh aku?"

"Hah?"

"Jangan lagi sentuh-sentuh aku," ujar Sephia masih dengan mode marah.

"Di danau ... lo diem aja gue pegang tangan lo, barusan di parkiran lo nurut aja gue tuntun, terus sekarang baru lo mau larang gue buat sentuh-sentuh." Danar menoleh lalu menepikan mobilnya.

"Kenapa berenti?"

"Lo pikir kenapa berenti."

"Danar ...." Mata Sephia melotot tajam saat Danar membuka sabuk pengamannya lalu mendekatkan wajahnya pada gadis itu.

"Kamu mau ngapain?" tanya Sephia menjauhkan wajahnya.

"Emang kalo kayak begini, biasanya ngapain?"

"Danar ...." Kali ini gadis itu menahan tubuh Danar yang semakin mendekat.

"Gue suka lo panggil nama gue," ujar Danar menyematkan rambut Sephia ke balik telinga.

"Danar ... please."

"Please apa?"

"Jangan kayak gini," lirih Sephia.

"Tapi gue suka," netra Danar menyusuri wajah Sephia. "Gue suka lama-lama deket sama lo, Phia," bisik Danar.

Tangan Sephia masih menahan tubuh Danar untuk mendekat, berkali-kali gadis itu menelan salivanya kasar.

"Kita pulang sekarang, sudah setengah sebelas," ujar Danar menjauhkan dirinya dari Sephia melirik jam tangannya.

Mobil melaju kembali tak butuh waktu lama, mobil itu berhenti di sebuah bangunan berlantai dua.

"Makasih," ujar Sephia melepaskan sabuk pengamannya.

"Phia," ujar Danar menahan Sephia untuk turun.

"Apa?"

"Sorry yang tadi ... tapi gue pengen lo nurut kalo gue bilangin, biar kita gak debat terus," ujarnya menyunggingkan senyum.

"Hhmm," jawab Sephia lalu membuka pintu mobil.

"Phia ...."

"Apa lagi sih," ujar Sephia kesal.

"Ponsel ...."

"Kenapa?"

"Mana? gue butuh nomer lo."

"Gak usah ... gak penting," ujar Sephia.

"Baru gue bilang tolong nurut sama gue, gue gak suka di bantah."

"Aku juga gak suka kamu ngomong lo gue lo gue ... gak enak dengernya." Sephia menutup pintu mobil lalu membuka pintu pagar.

Danar tersenyum ... gadis itu memang beda pikirnya. Kembali menghidupkan mesin mobilnya meninggalkan gadis yang seharian ini memenuhi otaknya.

boleh di arahkan jempol nya bebs ke tanda like 😂biar damai kehidupan di muka bumi ini 😘

Terpopuler

Comments

veranita1

veranita1

semoga kehidupan dimuka bumi ini selalu damai ya, Thor.gak ada negara² api yg menyerang

2023-11-06

0

sherly

sherly

awet banget bau mulutnya.. perasaaan dah makan nasi goreng deh tadi .. hahahah

2023-08-30

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

baca untuk yg ke-3 kalinya...nagihin ini ceritaaa....love pulll buat chida😘😘😘

2023-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 Pandangan pertama
2 Pertemuan kedua
3 Lembur
4 Kebetulan
5 Chemistry
6 Tepi danau
7 Laporan keuangan
8 Rumit
9 Gue anterin
10 Berapa nomernya?
11 Anjing dan Kucing
12 Bakso
13 Berdebar
14 Gara-gara Meeting
15 Silaturahmi bibir
16 Permintaan maaf
17 Siapa?
18 Pantry
19 Apa arti aku?
20 Sebuah cerita
21 Valentine day 2020
22 Kekasih Gelap
23 Bagaikan dalam mimpi
24 Jangan terlalu jauh
25 Rindu
26 Malam bersama kamu
27 Hari bersamamu
28 Bahagia itu, sama kamu
29 Gosip
30 Siapa dia?
31 Sakit tapi tak berdarah
32 Jangan pernah pergi
33 Babak baru
34 She has gone
35 Mencari
36 Makan malam
37 Fakta
38 Pindah
39 Menghapus jejak
40 Lembaran baru
41 Menjadi Sahabat
42 Sakit
43 Menuntut penjelasan
44 Secercah harapan
45 I still love you
46 Aku kangen kamu
47 Double date (1)
48 Double date (2)
49 Aku cemburu
50 Sebuah rasa
51 Maaf, Aku gak bisa
52 Bapak Asep Sudrajat
53 Meminta izin
54 Keluarga Hermawan Wicaksana
55 She is mine
56 Perbincangan dua wanita
57 Engagement
58 Kalla dan Nami
59 Pamit
60 Sandal jepit cinta
61 Welcome back, Phia
62 Candle light dinner
63 Yes, i do
64 Marah
65 Persalinan Wulan
66 Penentuan hari
67 Kalla Nami Wedding
68 Di pingit
69 Persiapan
70 Pengantin baru
71 Kulo nuwun
72 Bulan madu
73 Enak?
74 Penolakan
75 Tujuan aku, itu kamu
76 Libur
77 Hadiah terindah
78 Cinta itu kamu
79 Merelakan
80 Kita buat lagi
81 Selamat ulang tahun, istri
82 Jaga baik-baik
83 Trauma
84 Ngidam
85 Perlengkapan bayi
86 Launching
87 Hey, anak ganteng
88 Masih lama ya?
89 You're my home
90 I love you to the moon and back
91 Thank you
92 Karya Baru
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Pandangan pertama
2
Pertemuan kedua
3
Lembur
4
Kebetulan
5
Chemistry
6
Tepi danau
7
Laporan keuangan
8
Rumit
9
Gue anterin
10
Berapa nomernya?
11
Anjing dan Kucing
12
Bakso
13
Berdebar
14
Gara-gara Meeting
15
Silaturahmi bibir
16
Permintaan maaf
17
Siapa?
18
Pantry
19
Apa arti aku?
20
Sebuah cerita
21
Valentine day 2020
22
Kekasih Gelap
23
Bagaikan dalam mimpi
24
Jangan terlalu jauh
25
Rindu
26
Malam bersama kamu
27
Hari bersamamu
28
Bahagia itu, sama kamu
29
Gosip
30
Siapa dia?
31
Sakit tapi tak berdarah
32
Jangan pernah pergi
33
Babak baru
34
She has gone
35
Mencari
36
Makan malam
37
Fakta
38
Pindah
39
Menghapus jejak
40
Lembaran baru
41
Menjadi Sahabat
42
Sakit
43
Menuntut penjelasan
44
Secercah harapan
45
I still love you
46
Aku kangen kamu
47
Double date (1)
48
Double date (2)
49
Aku cemburu
50
Sebuah rasa
51
Maaf, Aku gak bisa
52
Bapak Asep Sudrajat
53
Meminta izin
54
Keluarga Hermawan Wicaksana
55
She is mine
56
Perbincangan dua wanita
57
Engagement
58
Kalla dan Nami
59
Pamit
60
Sandal jepit cinta
61
Welcome back, Phia
62
Candle light dinner
63
Yes, i do
64
Marah
65
Persalinan Wulan
66
Penentuan hari
67
Kalla Nami Wedding
68
Di pingit
69
Persiapan
70
Pengantin baru
71
Kulo nuwun
72
Bulan madu
73
Enak?
74
Penolakan
75
Tujuan aku, itu kamu
76
Libur
77
Hadiah terindah
78
Cinta itu kamu
79
Merelakan
80
Kita buat lagi
81
Selamat ulang tahun, istri
82
Jaga baik-baik
83
Trauma
84
Ngidam
85
Perlengkapan bayi
86
Launching
87
Hey, anak ganteng
88
Masih lama ya?
89
You're my home
90
I love you to the moon and back
91
Thank you
92
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!