The Rising Of The Lord Hero (1)
...[Latihan Operasi Militer Antar Kecabangan, Kartika Yudha 2023]...
'GREEEEEEEEDD'
Begitulah suara mesin baling-baling pesawat yang terdengar di telingaku. Namaku Sapta Yudha, umurku dua puluh dua tahun.
Aku berasal dari kesatuan Kopassus berpangkat Letnan satu dan juga seorang anggota dari unit penembak runduk (Sniper).
Biar ku jelaskan tentang keadaanku saat ini. Aku kini sedang ikut serta dalam pelatihan gelar operasi militer antar kecabangan Kartika Yudha.
Aku bersama dengan rekan ku grup Alfa empat Kopassus tengah bersiap untuk terjun dari ketinggian lima ribu kaki.
"Ayo bersiap!" Teriak pelatih itu.
"Siaaaap!" Kami jawab serentak.
Secara bergantian kami terjun bebas dari pesawat C130J Super Hercules dengan nomor pesawat A-1360.
Cuaca siang ini terasa terik dan sedikit berawan, membuat kami terjun bebas tanpa ada hambatan yang berarti.
Selang beberapa menit, cuaca seketika berubah ekstrem. Aku dan rekan seregu, mulai panik karena perubahan cuaca ini.
Awan Cumulonimbus beserta hujan, angin, dan petir mulai menerpa kami. Seketika, ada sebuah badai besar muncul bertepatan pada latihan hari ini.
Padahal, ramalan cuaca dari BMKG menyebutkan bahwa cuaca siang ini akan sangat cerah.
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Aku pun menjadi keheranan karena situasi ini. Tampaknya, rekan-rekanku yang lain juga merasakan hal yang sama.
Kami pun mencoba saling berkomunikasi melalui TCAPS yang terpasang di telinga masing-masing.
TCAPS : Semacam alat peredam kebisingan dan sekaligus alat komunikasi yang sering di pakai di kalangan militer.
Sumber : https://*www.npr.org/sections/health-shots/2016/06/03/480173016/armys-smart*
"Kapten, kenapa cuaca berubah seekstrim ini?" Tanya salah seorang rekanku.
"Aku juga bingung kenapa bisa gini. Cepat buat formasi melingkar!" Perintah ku.
""Siap!""
Aku menginstruksikan kepada ketiga rekanku yang lain agar membentuk formasi melingkar selama di udara. Namun, belum sempat berpegangan satu sama lain, angin menghempaskan kami berempat.
Sontak aku dan ketiga rekanku terpencar ke segala penjuru arah, hingga membuat kami terpisah, dan mulai berjauhan satu sama lain. Kurasakan angin menghempaskan ku sangat keras, hingga memisahkan ku dengan para kolega ku.
Aku bergegas untuk mencoba menghubungi mereka melalui TCAPS, namun hasilnya percuma. Aku hanya mendengar suara berderak.
Saat ku mencoba menyetel ulang TCAPS di udara, tiba-tiba petir menyambar ku.
'BLARZZZ'
"Ahhhggg....."
Bunyi sambaran petir itu memekakkan telingaku. Karenanya, aku mengerang kesakitan. Sontak saja, pandanganku menjadi gelap usai tersambar petir. Mataku menjadi terpejam karenanya.
****
"Dimana ini? Apa aku sudah mati?"
Aku kembali tersadar dan mendapati diriku berada di tempat yang gelap dan sunyi. Aku berusaha untuk bangkit dari tempatku terbaring dengan duduk di lantainya.
Aku sadar kalau tempat ini mungkin adalah alam kubur. Di dalam kegelapan ini, aku hanya bisa pasrah menerima nasib ku kedepannya. Aku berfikir jika aku mati ada banyak hal yang aku sesali.
Terutama aku bahkan belum sempat sungkem dengan kedua orang tua ku saat kepergian ku.
"Maaf Ibu, Ayah! Yudha belum bisa kasih yang terbaik buat kalian."
Aku memang sudah bersiap untuk mati apapun kondisiku sebagai seorang Prajurit. Setidaknya, aku ingin mati saat berlaga, bukan mati karena insiden konyol seperti tersambar petir. Apalah dayaku, semua sudah terjadi dan aku tak bisa merubah takdir ku ini.
Dalam kegelapan itu muncul pula bayangan seorang gadis yang aku sukai selama ini. Ia adalah seorang perawat cantik yang pernah merawat ku ketika aku pernah mengalami kecelakaan pada saat latihan tempur dulu.
Dia memiliki kulit putih sehalus sutera, memiliki wajah cantik, imut, dan menggemaskan. Rambut panjangnya di cat dengan warna putih keperakan dengan gaya berponi, sehingga itu menutupi mata kanannya. Namun, hal tersebutlah yang menambah kesan kecantikannya.
Bola matanya terlihat indah dengan warna biru safir, meskipun hanya satu mata yang terlihat. Senyum bibirnya begitu sangat mempesona dan seksi dengan hanya sapuan Lip gloss.
Selain wajah yang cantik, dia juga memiliki tubuh yang ideal bagi wanita. Gadis itu memiliki tinggi badan sekitar 165 sentimeter. Ditambah lagi, dia juga memiliki aset yang bisa dibilang besar.
Aset yang menambah nilai plusnya menjadi lebih sempurna. Kebanyakan Pria yang melihatnya akan menyebutnya cantik.
Selain kecantikannya, dia juga punya pesona tersendiri dengan aura kedewasaan yang membuatnya terasa lebih anggun.
Pada waktu itu, dia merawat ku dengan sepenuh hati dan selalu tersenyum manis dihadapan ku. Senyuman itulah yang telah membius ku dan membuat ku tergila-gila padanya.
"Ah, andai aku menanyai namanya waktu itu. Payah sekali aku!"
Dalam kesunyian dan kegelapan, munculah sebuah pintu cahaya dari kejauhan. Perhatianku pun teralihkan karena pintu tersebut. Sontak saja, hal itu membuat ku berdiri dari tempat ku terduduk.
"Pintu apa itu? Apa itu pintu menuju akhirat?"
Tanpa pikir panjang, aku berjalan menuju pintu cahaya itu dan berhasil mencapainya. Ketika ku melangkah lebih jauh, kesadaran ku mulai memudar.
****
"Arghh... Kepalaku sakit sekali! Heh apa sakit? Loh kenapa ada angin sekencang ini?"
Aku menjadi kebingungan merasakan angin yang menerpa tubuhku. Aku pun berusaha untuk kembali sadar dengan membuka mata.
Pada saat ku membuka mata, alangkah terkejutnya aku. Pandanganku justru kembali terang. Aku kembali ke keadaan semula saat terjun bebas di udara.
"Apa!? Aku masih hidup? Tunggu ini beneran kan?"
Aku memperhatikan kondisi cuaca di sekelilingku kembali menjadi kondusif. Bahkan, tidak ada awan hitam yang menyelimutinya.
"Kejadian yang aneh?" Pikirku.
Aku lalu memeriksa sekujur tubuhku, padahal seharusnya aku terluka pasca tersambar petir. Akan tetapi, aku justru tidak menerima luka sedikitpun.
"Apa tadi cuma mimpi ya? Hem, masa sih?"
Kucoba untuk kembali menghubungi rekan-rekanku, tapi hasilnya tetap nihil. Setelah ketinggian kurasa cukup, aku kibaskan parasut untuk turun dari ketinggian.
Setelah parasut terbuka, aku mencoba mengamati daratan sekitar untuk mencari tempat landing ideal yang pas. Akan tetapi aku sadar, bahwa tempat ini adalah sebuah hutan belantara yang rimbun akan pepohonan.
"Lah, lokasi inikan bukan wilayah latihan biasanya. Lah kok, aku malah landing ke hutan belantara sih? Waduh, bisa nyangkut ini!" Gumamku kebingungan.
Yap! Seperti yang sudah kuduga, aku pun mengalami landing yang tidak sempurna. Parasut ku tersangkut di antara dahan pepohonan.
Untungnya tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah, sehingga aku bisa merapikan dan melipat kembali parasut ini kedalam tas.
Oleh karena agak sedikit tersangkut dan tali parasut yang saling melilit, aku harus ekstra hati-hati agar talinya tidak terputus.
Setelah selesai mengemasi parasut, aku kembali mencoba menghubungi rekan-rekan komando dengan mengirimkan sinyal SOS.
SOS : Semacam sinyal darurat yang dipancarkan melalui radio atau radar di kala terjadi kecelakaan/tersesat.
Jujur saja, di latihan kali ini, aku ditugaskan untuk membawa sebagian peralatan dan persediaan yang cukup banyak. Sehingga hal ini cukup merepotkan ku.
Dalam latihan kali ini aku dibekali dengan Senapan serbu SS2 varian V5 - A1 dengan Scope empat kali pembesaran dan menggunakan Suppressor,
Senapan Sniper jenis SPR 3 dengan Scope dua belas kali pembesaran juga memakai Suppressor,
Kacamata Thermal,
Teropong,
Pistol G2 Premium buatan lokal ber suppressor,
3 buah bom asap,
2 buah flashbang,
4 bom C4,
1 Flare gun dengan 3 butir peluru, dan
3 bom granat.
Aku juga membawa persediaan di dalam tas. Terdapat juga bahan logistik amunisi yang terdiri dari
300 butir peluru,
1 Medkit/P3k,
6 minuman kaleng energi,
1 liter botol air,
3 makanan cepat saji,
5 makanan ringan, dan
beberapa alat untuk bertahan hidup yang tidak mungkin aku sebutkan semuanya.
Aku mulai memeriksa peralatan ku untuk memastikan semua aman dan tidak ada yang hilang. Syukurlah, semua barang perbekalan ku masih lengkap.
Selain beberapa senjata api, aku juga membawa senjata tajam seperti kujang, kunai, dan pisau belati.
Aku juga membawa lima mini drone robot penyadap berukuran seperti ngengat kecil dengan monitor kontrol UAV.
UAV : Semacam alat pengendali drone atau alat pemanggil rudal drone untuk melakukan serangan dari udara.
Untuk melengkapi kebutuhan seorang Sniper, aku juga membawa pakaian Ghillie yang akan ku gunakan saat berkamuflase di medan laga.
Ghillie : Pakaian kamuflase Sniper, atau biasa disebut “baju rumput”.
Selain perbekalan tersebut, aku juga telah menyiapkan teknologi terbaru, yaitu radar kecil yang terpasang sebagai jam di lengan kananku.
Fungsinya, agar aku dapat mengetahui waktu, sekaligus mendeteksi posisi musuh dan bahaya yang mendekat hingga pada radius lima ratus meter.
Radar ini memiliki fungsi pendeteksi dengan merasakan gelombang suara objek hidup dan dapat merasakan hawa panas objek yang berpotensi menjadi ancaman.
Bukan hanya itu, kemampuan Radar kecil ini juga dapat mendeteksi frekuensi suara Radio Ultrasonic yang biasa dipancarkan oleh alat elektronik. Jadi, Radar ini akan sangat membantu mendeteksi jika ada sinyal bahaya yang mendekat.
Bisa dikatakan ini adalah Radar AESA (Active Electronically Scanned) versi terkecilnya dengan sedikit upgrade dan penambahan sistem.
(Teknologi ini belum ada sebenarnya di realife. Jam Radar ini adalah inovasi dari Senpai sendiri atau bisa dibilang alat fiksi ilmiah.)
Aku mengenakan pakaian militer ketat dengan corak loreng KASAD Kopassus, rompi anti peluru, helm militer, dan TCAPS yang terpasang di telinga untuk berkomunikasi dengan anggota lainnya melalui radio.
Setelah menunggu kurang lebih sehari semalam penuh, belum ada tanda bantuan akan datang. Karena terlalu lama menunggu membuatku mengerutkan dahi.
"Waduh, ini bantuannya kapan datangnya, ya. Biasanya regu penyelamat gak akan selama ini. Apa yang mereka lakuin sebenernya?” Aku mulai kehilangan kesabaran.
Aku yakin bantuan memang sepertinya tidak akan datang dan berdiam diri saja tak akan membantu menemukan solusi.
Aku berpikir akan mencoba berjalan ke arah barat. Berharap ada sebuah permukiman warga disana, sehingga aku bisa meminta bantuan.
(My Quotes : "Diam memang pilihan, tapi berdiam diri saja bukanlah solusi").
Aku pun mengemasi semua barang bawaan dan mulai menyusuri hutan ke arah barat. Tentunya, aku telah meninggalkan jejak ku dari lokasi sebelumnya.
Setiap jarak lima meter, aku mematahkan ranting pohon dan tumbuhan yang aku lalui. Hal ini aku lakukan, agar nantinya aku akan mudah ditemukan oleh seseorang. Setidaknya, ada upaya yang aku lakukan walaupun itu tampak mustahil.
Saat menyusuri hutan, aku menemukan beberapa pohon serta tumbuhan yang beraneka ragam bentuknya dan terlihat asing bagiku. Sesaat aku mencoba untuk mengamati salah satu pohon didekat ku.
"Aneh banget tumbuhan di sini. Bukannya di daerah ini gak ada tumbuhan kayak gini?" Gumam ku.
Bentuk batangnya terlihat seperti pohon pada umumnya, hanya saja daunnya berwarna putih keperakan dan bercahaya. Tumbuhan ini juga berbuah dengan bentuk yang tidak biasa. Seperti buah alpukat, tapi berwarna merah (maroon) dengan bentuk yang hampir menyerupai buah naga.
"Hem, sepertinya ini jenis beracun. Pasti gak bisa dimakan!" Aku semakin waspada.
Setelah mengamati lingkungan sekitar aku mulai curiga, sehingga timbullah sebuah pertanyaan di kepala ku.
"Sebenarnya aku di mana? Seharusnya wilayah ini gak ada hutan dengan tumbuhan seaneh ini. Apa aku ada di Isekai?” Pikiran aneh tentang tempat itu tiba-tiba muncul.
Isekai (異世界) : Diambil dari bahasa Jepang yang artinya Dunia Berbeda atau Dunia Lain. Para Otaku, biasa menyebutnya sebuah Genre pada Anime, Light Novel, dan Manga. Isekai mengacu pada konsep dunia fantasi yang diluar persepsi manusia.
Fantasi liar itu tiba-tiba muncul begitu saja. Sebenarnya, dulu sebelum aku mulai memasuki dunia militer atau lebih tepatnya masih didalam bangku sekolah.
Aku dulunya adalah seorang Otaku yang hobi menonton anime, membaca novel ringan, mengoleksi manga, bermain game MMORPG , dan game FPS, baik di PC maupun Smartphone.
****
Oh iya, aku belum memperkenalkan diriku dengan jelas sebelumnya. Namaku Sapta Yudha.
Saat ini umurku dua puluh dua tahun. Ciri-ciri fisik ku berambut hitam, bermata elang dengan pupil berwarna merah, dan berkulit sawo matang.
Aku memiliki tinggi badan yang bisa dibilang sedang bagi kebanyakan pria, yaitu 170 sentimeter. Pekerjaan ku sekarang adalah seorang Prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dari satuan penembak runduk atau Sniper Kopassus yang berpangkat Letnan Satu.
Seperti yang ku terangkan sebelumnya, aku dan para kolega sedang melakukan latihan tempur, sebelum akhirnya muncul sebuah badai menerjang kami pada latihan itu. Aku tersambar petir pada latihan itu dan hal itulah yang membuat ku berpikir aku berpindah dimensi.
Selama aku menjalani hidup ku sebagai Tentara, aku sekarang justru lebih menekuni pekerjaan ku ketimbang hobi ku sendiri. Karena semenjak menjadi Tentara aku hampir tak ada waktu untuk menekuni hobi ku.
Aku masuk Akmil ketika umur ku delapan belas tahun. Pada saat pelatihan Taruna dulu, aku benar-benar digembleng dengan sangat keras oleh para Senior ku di Candradimuka.
Meskipun hal itu menyebalkan, tapi justru itu yang membuat ku menjadi seorang Prajurit tangguh.
Seusai menempuh pendidikan sebagai Taruna di Akademi Militer Magelang. Aku berkesempatan untuk mengikuti seleksi Kopassus yang terbilang sangat sulit dilakukan oleh orang biasa.
Setelah aku melalui seleksi tahap satu hingga tiga, aku menjadi putus asa dan berpikir untuk tidak melanjutkan. Karena ujian yang dilakukan akan semakin berat. Akan tetapi, aku tak mau berhenti di tengah jalan.
Aku berhasil menaklukkan ujian sulit satu persatu dengan usaha yang keras. Hingga pada akhirnya, aku berhasil meraih baret merah. Benar apa yang dikatakan pepatah, tidak ada usaha yang menghianati hasil.
Tidak berhenti sampai disini, setelah menjadi Kopassus, aku menjalani serangkaian latihan yang tidak masuk nalar Manusia. Aku kembali dilatih secara ekstrim yang menuntut ku, harus melewati batas limiter Manusia.
Bersambung....
(Chapter berikutnya "Pengintaian")
Ikuti juga Instagram author untuk mendapatkan info seputar update dan perkembangan novel ini di @saptayudha.author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
PINDAH PLATFORM
Makasih sarannya, udah kita ganti kok. Kita akan Revisi lagi lebih mendalam ya.
2022-02-26
0
Generation™
Menjadi panik mungkin bisa diganti mulai panik thor
2022-02-26
1
Patri_115ku
sangat ditel ceritanya.⭐⭐⭐⭐⭐
2021-09-30
1