NovelToon NovelToon

The Rising Of The Lord Hero (1)

Chapter 1 "Awal"

...[Latihan Operasi Militer Antar Kecabangan, Kartika Yudha 2023]...

'GREEEEEEEEDD'

Begitulah suara mesin baling-baling pesawat yang terdengar di telingaku. Namaku Sapta Yudha, umurku dua puluh dua tahun.

Aku berasal dari kesatuan Kopassus berpangkat Letnan satu dan juga seorang anggota dari unit penembak runduk (Sniper).

Biar ku jelaskan tentang keadaanku saat ini. Aku kini sedang ikut serta dalam pelatihan gelar operasi militer antar kecabangan Kartika Yudha.

Aku bersama dengan rekan ku grup Alfa empat Kopassus tengah bersiap untuk terjun dari ketinggian lima ribu kaki.

"Ayo bersiap!" Teriak pelatih itu.

"Siaaaap!" Kami jawab serentak.

Secara bergantian kami terjun bebas dari pesawat C130J Super Hercules dengan nomor pesawat A-1360.

Cuaca siang ini terasa terik dan sedikit berawan, membuat kami terjun bebas tanpa ada hambatan yang berarti.

Selang beberapa menit, cuaca seketika berubah ekstrem. Aku dan rekan seregu, mulai panik karena perubahan cuaca ini.

Awan Cumulonimbus beserta hujan, angin, dan petir mulai menerpa kami. Seketika, ada sebuah badai besar muncul bertepatan pada latihan hari ini.

Padahal, ramalan cuaca dari BMKG  menyebutkan bahwa cuaca siang ini akan sangat cerah.

BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Aku pun menjadi keheranan karena situasi ini. Tampaknya, rekan-rekanku yang lain juga merasakan hal yang sama.

Kami pun mencoba saling berkomunikasi melalui TCAPS yang terpasang di telinga masing-masing.

TCAPS : Semacam alat peredam kebisingan dan sekaligus alat komunikasi yang sering di pakai di kalangan militer.

Sumber : https://*www.npr.org/sections/health-shots/2016/06/03/480173016/armys-smart*

"Kapten, kenapa cuaca berubah seekstrim ini?" Tanya salah seorang rekanku.

"Aku juga bingung kenapa bisa gini. Cepat buat formasi melingkar!" Perintah ku.

""Siap!""

Aku menginstruksikan kepada ketiga rekanku yang lain agar membentuk formasi melingkar selama di udara. Namun, belum sempat berpegangan satu sama lain, angin menghempaskan kami berempat.

Sontak aku dan ketiga rekanku terpencar ke segala penjuru arah, hingga membuat kami terpisah, dan mulai berjauhan satu sama lain. Kurasakan angin menghempaskan ku sangat keras, hingga memisahkan ku dengan para kolega ku.

Aku bergegas untuk mencoba menghubungi mereka melalui TCAPS, namun hasilnya percuma. Aku hanya mendengar suara berderak.

Saat ku mencoba menyetel ulang TCAPS di udara, tiba-tiba petir menyambar ku.

'BLARZZZ'

"Ahhhggg....."

Bunyi sambaran petir itu memekakkan telingaku. Karenanya, aku mengerang kesakitan. Sontak saja, pandanganku menjadi gelap usai tersambar petir. Mataku menjadi terpejam karenanya.

****

"Dimana ini? Apa aku sudah mati?"

Aku kembali tersadar dan mendapati diriku berada di tempat yang gelap dan sunyi. Aku berusaha untuk bangkit dari tempatku terbaring dengan duduk di lantainya.

Aku sadar kalau tempat ini mungkin adalah alam kubur. Di dalam kegelapan ini, aku hanya bisa pasrah menerima nasib ku kedepannya. Aku berfikir jika aku mati ada banyak hal yang aku sesali.

Terutama aku bahkan belum sempat sungkem dengan kedua orang tua ku saat kepergian ku.

"Maaf Ibu, Ayah! Yudha belum bisa kasih yang terbaik buat kalian."

Aku memang sudah bersiap untuk mati apapun kondisiku sebagai seorang Prajurit. Setidaknya, aku ingin mati saat berlaga, bukan mati karena insiden konyol seperti tersambar petir. Apalah dayaku, semua sudah terjadi dan aku tak bisa merubah takdir ku ini.

Dalam kegelapan itu muncul pula bayangan seorang gadis yang aku sukai selama ini. Ia adalah seorang perawat cantik yang pernah merawat ku ketika aku pernah mengalami kecelakaan pada saat latihan tempur dulu.

Dia memiliki kulit putih sehalus sutera, memiliki wajah cantik, imut, dan menggemaskan. Rambut panjangnya di cat dengan warna putih keperakan dengan gaya berponi, sehingga itu menutupi mata kanannya. Namun, hal tersebutlah yang menambah kesan kecantikannya.

Bola matanya terlihat indah dengan warna biru safir, meskipun hanya satu mata yang terlihat. Senyum bibirnya begitu sangat mempesona dan seksi dengan hanya sapuan Lip gloss.

Selain wajah yang cantik, dia juga memiliki tubuh yang ideal bagi wanita. Gadis itu memiliki tinggi badan sekitar 165 sentimeter. Ditambah lagi, dia juga memiliki aset yang bisa dibilang besar.

Aset yang menambah nilai plusnya menjadi lebih sempurna. Kebanyakan Pria yang melihatnya akan menyebutnya cantik.

Selain kecantikannya, dia juga punya pesona tersendiri dengan aura kedewasaan yang membuatnya terasa lebih anggun.

Pada waktu itu, dia merawat ku dengan sepenuh hati dan selalu tersenyum manis dihadapan ku. Senyuman itulah yang telah membius ku dan membuat ku tergila-gila padanya.

"Ah, andai aku menanyai namanya waktu itu. Payah sekali aku!"

Dalam kesunyian dan kegelapan, munculah sebuah pintu cahaya dari kejauhan. Perhatianku pun teralihkan karena pintu tersebut. Sontak saja, hal itu membuat ku berdiri dari tempat ku terduduk.

"Pintu apa itu? Apa itu pintu menuju akhirat?"

Tanpa pikir panjang, aku berjalan menuju pintu cahaya itu dan berhasil mencapainya. Ketika ku melangkah lebih jauh, kesadaran ku mulai memudar.

****

"Arghh... Kepalaku sakit sekali! Heh apa sakit? Loh kenapa ada angin sekencang ini?"

Aku menjadi kebingungan merasakan angin yang menerpa tubuhku. Aku pun berusaha untuk kembali sadar dengan membuka mata.

Pada saat ku membuka mata, alangkah terkejutnya aku. Pandanganku justru kembali terang. Aku kembali ke keadaan semula saat terjun bebas di udara.

"Apa!? Aku masih hidup? Tunggu ini beneran kan?"

Aku memperhatikan kondisi cuaca di sekelilingku kembali menjadi kondusif. Bahkan, tidak ada awan hitam yang menyelimutinya.

"Kejadian yang aneh?" Pikirku.

Aku lalu memeriksa sekujur tubuhku, padahal seharusnya aku terluka pasca tersambar petir. Akan tetapi, aku justru tidak menerima luka sedikitpun.

"Apa tadi cuma mimpi ya? Hem, masa sih?"

Kucoba untuk kembali menghubungi rekan-rekanku, tapi hasilnya tetap nihil. Setelah ketinggian kurasa cukup, aku kibaskan parasut untuk turun dari ketinggian.

Setelah parasut terbuka, aku mencoba mengamati daratan sekitar untuk mencari tempat landing ideal yang pas. Akan tetapi aku sadar, bahwa tempat ini adalah sebuah hutan belantara yang rimbun akan pepohonan.

"Lah, lokasi inikan bukan wilayah latihan biasanya. Lah kok, aku malah landing ke hutan belantara sih? Waduh, bisa nyangkut ini!" Gumamku kebingungan.

Yap! Seperti yang sudah kuduga, aku pun mengalami landing yang tidak sempurna. Parasut ku tersangkut di antara dahan pepohonan.

Untungnya tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah, sehingga aku bisa merapikan dan melipat kembali parasut ini kedalam tas.

Oleh karena agak sedikit tersangkut dan tali parasut yang saling melilit, aku harus ekstra hati-hati agar talinya tidak terputus.

Setelah selesai mengemasi parasut, aku kembali mencoba menghubungi rekan-rekan komando dengan mengirimkan sinyal SOS.

SOS : Semacam sinyal darurat yang dipancarkan melalui radio atau radar di kala terjadi kecelakaan/tersesat.

Jujur saja, di latihan kali ini, aku ditugaskan untuk membawa sebagian peralatan dan persediaan yang cukup banyak. Sehingga hal ini cukup merepotkan ku.

Dalam latihan kali ini aku dibekali dengan Senapan serbu SS2 varian V5 - A1 dengan  Scope empat kali pembesaran dan menggunakan Suppressor,

Senapan Sniper jenis SPR 3 dengan Scope dua belas kali pembesaran juga memakai Suppressor,

Kacamata Thermal,

Teropong,

Pistol G2 Premium buatan lokal ber suppressor,

3 buah bom asap,

2 buah flashbang,

4 bom C4,

1 Flare gun dengan 3 butir peluru, dan

3 bom granat.

Aku juga membawa persediaan di dalam tas. Terdapat juga bahan logistik amunisi yang terdiri dari

300 butir peluru,

1 Medkit/P3k,

6 minuman kaleng energi,

1 liter botol air,

3 makanan cepat saji,

5 makanan ringan, dan

beberapa alat untuk bertahan hidup yang tidak mungkin aku sebutkan semuanya.

Aku mulai memeriksa peralatan ku untuk memastikan semua aman dan tidak ada yang hilang. Syukurlah, semua barang perbekalan ku masih lengkap.

Selain beberapa senjata api, aku juga membawa senjata tajam seperti kujang, kunai, dan pisau belati.

Aku juga membawa lima mini drone robot penyadap berukuran seperti ngengat kecil dengan monitor kontrol UAV.

UAV : Semacam alat pengendali drone atau alat pemanggil rudal drone untuk melakukan serangan dari udara.

Untuk melengkapi kebutuhan seorang Sniper, aku juga membawa pakaian Ghillie yang akan ku gunakan saat berkamuflase di medan laga.

Ghillie : Pakaian kamuflase Sniper, atau biasa disebut “baju rumput”.

Selain perbekalan tersebut, aku juga telah menyiapkan teknologi terbaru, yaitu radar kecil yang terpasang sebagai jam di lengan kananku.

Fungsinya, agar aku dapat mengetahui waktu, sekaligus mendeteksi posisi musuh dan bahaya yang mendekat hingga pada radius lima ratus meter.

Radar ini memiliki fungsi pendeteksi dengan merasakan gelombang suara objek hidup dan dapat merasakan hawa panas objek yang berpotensi menjadi ancaman.

Bukan hanya itu, kemampuan Radar kecil ini juga dapat mendeteksi frekuensi suara Radio Ultrasonic yang biasa dipancarkan oleh alat elektronik. Jadi, Radar ini akan sangat membantu mendeteksi jika ada sinyal bahaya yang mendekat.

Bisa dikatakan ini adalah Radar AESA (Active Electronically Scanned) versi terkecilnya dengan sedikit upgrade dan penambahan sistem.

(Teknologi ini belum ada sebenarnya di realife. Jam Radar ini adalah inovasi dari Senpai sendiri atau bisa dibilang alat fiksi ilmiah.)

Aku mengenakan pakaian militer ketat dengan corak loreng KASAD Kopassus, rompi anti peluru, helm militer, dan TCAPS yang terpasang di telinga untuk berkomunikasi dengan anggota lainnya melalui radio.

Setelah menunggu kurang lebih sehari semalam penuh, belum ada tanda bantuan akan datang. Karena terlalu lama menunggu membuatku mengerutkan dahi.

"Waduh, ini bantuannya kapan datangnya, ya. Biasanya regu penyelamat gak akan selama ini. Apa yang mereka lakuin sebenernya?” Aku mulai kehilangan kesabaran.

Aku yakin bantuan memang sepertinya tidak akan datang dan berdiam diri saja tak akan membantu menemukan solusi.

Aku berpikir akan mencoba berjalan ke arah barat. Berharap ada sebuah permukiman warga disana, sehingga aku bisa meminta bantuan.

(My Quotes : "Diam memang pilihan, tapi berdiam diri saja bukanlah solusi").

Aku pun mengemasi semua barang bawaan dan mulai menyusuri hutan ke arah barat. Tentunya, aku telah meninggalkan jejak ku dari lokasi sebelumnya.

Setiap jarak lima meter, aku mematahkan ranting pohon dan tumbuhan yang aku lalui. Hal ini aku lakukan, agar nantinya aku akan mudah ditemukan oleh seseorang. Setidaknya, ada upaya yang aku lakukan walaupun itu tampak mustahil.

Saat menyusuri hutan, aku menemukan beberapa pohon serta tumbuhan yang beraneka ragam bentuknya dan terlihat asing bagiku. Sesaat aku mencoba untuk mengamati salah satu pohon didekat ku.

"Aneh banget tumbuhan di sini. Bukannya di daerah ini gak ada tumbuhan kayak gini?" Gumam ku.

Bentuk batangnya terlihat seperti pohon pada umumnya, hanya saja daunnya berwarna putih keperakan dan bercahaya. Tumbuhan ini juga berbuah dengan bentuk yang tidak biasa. Seperti buah alpukat, tapi berwarna merah (maroon) dengan bentuk yang hampir menyerupai buah naga.

"Hem, sepertinya ini jenis beracun. Pasti gak bisa dimakan!" Aku semakin waspada.

Setelah mengamati lingkungan sekitar aku mulai curiga, sehingga timbullah sebuah pertanyaan di kepala ku.

"Sebenarnya aku di mana? Seharusnya wilayah ini gak ada hutan dengan tumbuhan seaneh ini. Apa aku ada di Isekai?” Pikiran aneh tentang tempat itu tiba-tiba muncul.

Isekai (異世界) : Diambil dari bahasa Jepang yang artinya Dunia Berbeda atau Dunia Lain. Para Otaku, biasa menyebutnya sebuah Genre pada Anime, Light Novel, dan Manga. Isekai mengacu pada konsep dunia fantasi yang diluar persepsi manusia.

Fantasi liar itu tiba-tiba muncul begitu saja. Sebenarnya, dulu sebelum aku mulai memasuki dunia militer atau lebih tepatnya masih didalam bangku sekolah.

Aku dulunya adalah seorang Otaku yang hobi menonton anime, membaca novel ringan, mengoleksi manga, bermain game MMORPG , dan game FPS, baik di PC maupun Smartphone.

****

Oh iya, aku belum memperkenalkan diriku dengan jelas sebelumnya. Namaku Sapta Yudha.

Saat ini umurku dua puluh dua tahun. Ciri-ciri fisik ku berambut hitam, bermata elang dengan pupil berwarna merah, dan berkulit sawo matang.

Aku memiliki tinggi badan yang bisa dibilang sedang bagi kebanyakan pria, yaitu 170 sentimeter. Pekerjaan ku sekarang adalah seorang Prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dari satuan penembak runduk atau Sniper Kopassus yang berpangkat Letnan Satu.

Seperti yang ku terangkan sebelumnya, aku dan para kolega sedang melakukan latihan tempur, sebelum akhirnya muncul sebuah badai menerjang kami pada latihan itu. Aku tersambar petir pada latihan itu dan hal itulah yang membuat ku berpikir aku berpindah dimensi.

Selama aku menjalani hidup ku sebagai Tentara, aku sekarang justru lebih menekuni pekerjaan ku ketimbang hobi ku sendiri. Karena semenjak menjadi Tentara aku hampir tak ada waktu untuk menekuni hobi ku.

Aku masuk Akmil ketika umur ku delapan belas tahun. Pada saat pelatihan Taruna dulu, aku benar-benar digembleng dengan sangat keras oleh para Senior ku di Candradimuka.

Meskipun hal itu menyebalkan, tapi justru itu yang membuat ku menjadi seorang Prajurit tangguh.

Seusai menempuh pendidikan sebagai Taruna di Akademi Militer Magelang. Aku berkesempatan untuk mengikuti seleksi Kopassus yang terbilang sangat sulit dilakukan oleh orang biasa.

Setelah aku melalui seleksi tahap satu hingga tiga, aku menjadi putus asa dan berpikir untuk tidak melanjutkan. Karena ujian yang dilakukan akan semakin berat. Akan tetapi, aku tak mau berhenti di tengah jalan.

Aku berhasil menaklukkan ujian sulit satu persatu dengan usaha yang keras. Hingga pada akhirnya, aku berhasil meraih baret merah. Benar apa yang dikatakan pepatah, tidak ada usaha yang menghianati hasil.

Tidak berhenti sampai disini, setelah menjadi Kopassus, aku menjalani serangkaian latihan yang tidak masuk nalar Manusia. Aku kembali dilatih secara ekstrim yang menuntut ku, harus melewati batas limiter Manusia.

Bersambung....

(Chapter berikutnya "Pengintaian")

Ikuti juga Instagram author untuk mendapatkan info seputar update dan perkembangan novel ini di @saptayudha.author

Chapter 2 "Pengintaian"

Kembali ke keadaan ku saat ini. Aku mulai mengira bahwa aku sekarang ini berada di Isekai. Meski terbilang mustahil, hal ini bukanlah suatu masalah yang rumit untuk ku. Setidaknya, aku sudah memiliki pengetahuan tentang dunia fantasi dan ilmu militer.

Aku memperoleh semua itu dari hobi ku dahulu dan pekerjaan ku sekarang. Jadi, aku punya wawasan yang cukup luas yang mungkin itu bisa ku terapkan.

Namun, aku sadar semua itu hanya khayalan belaka. Mana mungkin dunia fantasi itu ada.

Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, aku terus berkhayal dan selalu mengira-ngira. Apakah aku akan bertemu Elf, gadis bertelinga kucing, atau, bahkan monster mengerikan level tinggi.

"Apa aku di alam gaib ya?" Kembali aku berspekulasi.

Memastikan kalau ini benar-benar hanya spekulasi liar ku belaka. Aku mulai teliti mengamati lingkungan sekitar. Aku memperhatikan langit, hutan, dan serangga kecil yang aku temukan di sini.

Sekilas tidak ada perbedaan dengan dunia ku. Namun, jika diteliti lebih lanjut, tentunya ada sebuah perbedaan yang sangat mencolok dari dunia asal ku, yakni Bumi. Beberapa saat ku berjalan menyusuri rimbunnya hutan, aku mendengar alarm berbunyi.

'Tit Tit Tit Tit Tit'

Tiba-Tiba saja, radarku berbunyi dan memberi tahu bahwa ada sinyal bahaya yang mendekat dalam radius dua puluh meter dan….

'SKROAAKK'

Terdengar suara keras seperti raungan monster di arah jam sembilan. Aku menjadi semakin waspada dan mengambil Senpi SS2 untuk bersiaga jika ada kemungkinan buruk terjadi.

"Suara apa itu?" Gumam ku.

Ragu-ragu aku mengamati arah yang kuduga sebagai sumber suaranya. Karena penasaran, aku pun mencoba mendekati sumber suara secara mengendap-endap dari balik semak.

Sontak aku dibuat terkejut kesekian kalinya. Tak lain dan tak bukan suara itu berasal dari sepasang Raptor yang tengah memangsa Babi hutan yang berukuran besar.

Nampaknya, mereka sempat bertarung sebab salah satu Raptor itu terluka di bagian dada.

Sekilas aku menduga, bahwa sepasang makhluk itu memiliki panjang tiga meter dan tinggi hampir dua meter, sedangkan yang satunya memiliki ukuran setengahnya.

Tetapi, tunggu dulu. Kalau tidak salah, bukankah mamalia baru muncul pada periode Zaman Tersier? Sementara Dinosaurus berasal dari periode Zaman Paleozoik.

"Sebenernya dunia apa ini?" Batin ku.

Karena aku tidak mau mengambil risiko, aku mundur perlahan dari balik semak-semak. Lalu mencoba pergi sejauh mungkin dari lokasi itu.

(My Quotes : "Jika kamu melihat sebuah risiko yang akan merugikan kamu, Lebih baik cari jalan lain").

Dalam perjalanan aku kembali berspekulasi, mungkin saja ada makhluk lain yang serupa di luar sana, atau bahkan yang lebih mengerikan, yakni T-Rex.

Mungkin juga beberapa Dinosaurus lain. Untuk bersiaga, aku terus menenteng senpi ku. Karena bingung dengan situasi ku sekarang, hati kecilku kembali bertanya.

"Apa aku sedang time travel, ya? Tapikan kalau gitu, harusnya mustahil kalau ada dua jenis makhluk yang hidup beda zaman, bisa hidup dalam waktu yang sama? Dunia yang membagongkan."

****

Hari mulai gelap dan aku telah jauh berjalan dari lokasi sebelumnya. Ku jumpai tempat ideal untuk ku menginap sementara, yakni di pinggiran sungai.

Kurasa tempat ini adalah tempat teraman bagiku. Aku pun melepaskan tas, rompi, dan helm untuk beristirahat. Saat ku ingin mengambil air di pinggir sungai, tiba-tiba radarku kembali berbunyi.

'Tit Tit Tit Tit Tit'

Secara mengejutkan, terdengar suara jejak kaki yang sangat cepat berlari dari balik semak yang berada di belakang ku.

'SKROAAKKK'

"Owh, $hit... Ah, egh..."

Seekor Raptor menyerang ku!

Aku mencoba rolling ke arah kanan untuk menghindari serangannya. Dengan cepat, aku langsung membalikan badan, dan berlutut sambil menembak kepalanya dengan Senapan SS2 yang sedari tadi tak lepas dari genggaman.

"Hiaaak..."

'DEDEDER'

Raptor kecil itu pun jatuh, mati tergeletak di tanah dengan bersimbah darah. Aku mencoba kembali berdiri dan mengamati monster Dinosaurus itu.

Ukurannya sama kecilnya dengan Raptor kedua yang kulihat di lokasi sebelumnya, mungkin sekitar setengahnya.

"Hem, sudah kuduga. Pasti ada Dinosaurus lain sejenisnya. Kayaknya tempat ini enggak aman, kalau gitu aku cari tempat lain aja."

Aku lalu menoleh kearah jam radarku.

"Hadeh... Kenapa Radar ini gak ku atur supaya mendeteksi lebih jauh ya. Gob**k! Kalau ku tambahin radiusnya nanti malah cepet habis baterai nya. Ya udahlah segini aja. Nah!" Kata ku sambil mengumpat sembari mengatur ulang jam Radar ku.

Seperti yang aku katakan tadi, memang sistem radar akan sangat membantu untuk mendeteksi bahaya.

Akan tetapi, jika radius pendeteksinya ditambah, maka baterai yang digunakan menjadi cepat habis, dan pada akhirnya penggunaannya menjadi tidak efisien. Ku putuskan untuk mengatur ulang pada jarak sedang sejauh seratus meter.

"Kayaknya malam ini aku harus tidur diatas pohon. Ya iyalah siapa juga yang mau ngambil resiko bahaya tidur dibawah. Yang ada malah jadi santapan Raptor itu lagi. Haaahh~" Kata ku dan hanya bisa menghela nafas sambil memejamkan mata.

****

Malam pun tiba dan aku sudah melakukan kewajiban. Saatnya untuk beristirahat. Aku mencari pohon yang tinggi dan sekiranya aman untuk ku jadikan tempat tidur malam ini. Aku akhirnya mendapati sebuah pohon yang menjulang tinggi dan terlihat tidak asing di mata ku.

"Lah, ini kan pohon mahoni!? Ternyata juga ada di dunia ini, toh. Okelah, cukup tinggi dan pasti aman."

Ku letakkan barang-barang ku di semak-semak agar aman. Sebelum akan menaiki pohon, aku hanya membawa makanan ringan, air minum, dan Sniper untuk berjaga-jaga. Aku pun mulai memanjat pohon itu. Ketika sampai di salah satu dahannya, aku mulai beristirahat.

Subuh dini hari, aku turun dari pohon untuk menunaikan kewajiban ku. Seusai menjalankan kewajiban, pagi itu aku berburu hewan di hutan ini untuk menghemat persediaan.

"Kena kau haha... Houuh, gede banget!!"

Aku mendapat seekor ular piton/sawah yang ukurannya lumayan besar. Panjangnya sekitar lima meter dan cukup berisi.

Pagi itu pun, aku segera mengulitinya dan memotongnya menjadi beberapa bagian. Aku lalu menyalakan api unggun untuk memanggangnya. Setelah matang, aku mulai menyantapnya. Jujur, tekstur dagingnya seperti Ikan Gabus yang dipanggang di perapian.

Andai saja ada bumbu dapur, pasti rasanya tidak akan seburuk ini. Tetapi, ini lebih baik daripada tidak makan sama sekali. Terlebih lagi, dapat digunakan untuk menghemat persediaan makanan selama beberapa hari. Seusai makan pagi, aku kembali melanjutkan perjalanan mencari bantuan.

****

Sepuluh hari berlalu, ketika ku tersesat mengarungi hutan yang lebat dan luas. Selama itu pula, aku disibukkan dengan dinosaurus - dinosaurus yang selalu menghambat ku dalam perjalanan.

Tak jarang, aku menjumpai beberapa jenis dinosaurus herbivor seperti Triceratopsaurus dan lain sebagainya. Beberapa kali mereka mencoba menyerang ku, meskipun aku tidak menggangu mereka. Sepertinya mereka merasa terancam karena kehadiranku.

Aku terpaksa mengerahkan beberapa peluru untuk membunuh para dinosaurus pengganggu itu. Hal ini membuat persediaan peluru ku sekarang tinggal sedikit. Dengan terpaksa, aku harus lebih berhemat amunisi agar tidak cepat habis.

Singkat cerita, di siang hari yang cerah. Aku melihat sebuah bangunan gudang tua yang tampak dari kejauhan. Bangunan itu tampak dikelilingi oleh semak belukar dan pepohonan yang rimbun.

Hal ini membuatku bernapas lega, karena setelah berhari-hari lamanya, aku belum juga berhasil menemukan tanda peradaban manusia.

"Syukurlah, akhirnya ada tanda kehidupan manusia. Tapi, aneh banget. Kok, cuma satu bangunan aja ya? Terlebih lagi, tempat itu juga agak terpencil. Hem, mencurigakan!" Ucapku sambil berbisik.

Aku mempunyai firasat buruk mengenai lokasi bangunan itu. Aku merasa tempat itu mirip dengan tempat persembunyian pemberontak separatis bagiku.

Berdasarkan kecurigaan ku, aku mencoba memeriksa tempat tersebut dari jarak sedang dengan mengerahkan salah satu drone yang kumiliki untuk memata-matai tempat itu. Sekedar untuk memastikan apakah firasat ku itu benar atau tidak.

Ketika drone itu sampai di luar gudang, alat penyadap Drone menangkap suara orang-orang yang tengah mengobrol di dalamnya. Suara-suara itu dikirimkan melalui sinyal radio ke TCAPS .

Aku tidak mengerti dengan apa yang mereka katakan. Mereka terdengar seperti berbicara dalam bahasa Inggris, namun menggunakan aksen Jepang. Jadi, aku kebingungan dengan apa yang mereka cakap kan.

Drone ku mencoba memasuki gudang itu melalui celah fentilasi secara senyap. Mini drone ini dilengkapi sistem yang canggih dan memiliki baling-baling senyap, sehingga tidak akan menghasilkan suara yang berisik.

Aku mengamati mereka melalui kamera drone menggunakan UAV, sambil mendengar dengan jelas apa yang mereka cakap kan...

"Tuday, ouru chairuman gotu a ruto ofu ruoto, whato are i goinge to dou witohe hime?"

Jujur, aku tidak paham apa yang mereka bicarakan. Jadi mungkin seperti ini maksudnya:

"Today, our chairman got a lot of loot, what are we going to do with him?” Yang artinya kurang lebih adalah,

"Hari ini, ketua kita mendapat banyak jarahan, apa yang akan kita lakukan padanya?"

Setelah aku cermati dengan saksama pola bahasa yang mereka gunakan. Rupanya cukup mirip dengan bahasa Inggris, hanya saja seperti berlogat Jepang. Maka, kini aku cukup mengerti apa yang mereka bicarakan.

Pada percakapan selanjutnya, aku akan menerjemahkan langsung bahasa di dunia ini, dengan Indonesia, agar pendengar dan pembaca dapat mengerti.

Di layar monitor UAV, aku hanya melihat ada lima pria dewasa dengan ciri-ciri berperawakan tinggi besar, berkulit sawo matang, berparas seperti orang India, berambut hitam, ber pupil mata berwarna cokelat, dan salah satu dari mereka memiliki perawakan gendut bermuka jelek.

Aku menyimpulkan orang yang berperawakan gendut itu sepertinya adalah bos mereka. Itu terlihat, karena dia berpenampilan lebih mencolok dari yang lainnya.

Mereka mengenakan serban hitam dan ada pula yang menggunakan serban berwarna coklat. Tampak juga pedang ala Timur Tengah yang masing-masing tersarung di pinggul mereka.

Mereka sepertinya sedang berpesta minuman keras dan tertawa lepas. Aku pun juga mencoba mengamati beberapa benda di sekitar mereka.

Tampak beberapa buah peti besar yang tengah mereka duduki dan ada pula beberapa peti yang terbuka berukuran sedang berisikan emas dan perhiasan. Aku juga melihat ada sebuah sel tahanan yang sepertinya digunakan untuk menyandera seseorang.

Perhatian ku kini teralihkan karena sel itu. Aku merasa kalau sel itu terdapat seseorang yang tengah ditawan. Gambarannya tidak terlihat jelas karena kondisi cahaya cukup gelap.

"Firasat ku benar, mereka memang sekumpulan penjahat dan kayaknya tempat ini markas persembunyian mereka." Kata ku menyimpulkan.

Terlihat bos mereka mulai berjalan kearah sel tahanan itu dan membukanya. Ia lalu menarik keluar lengan seseorang yang tengah mereka sandera. Sudah kuduga, ternyata benar ada seseorang yang sedang mereka tawan di sel itu.

"Oi sereve!! Geto outo!!" (Hey budak cepat keluar!)

Tawanan itu ditarik keluar dengan kasar olehnya. Alisku terangkat setelah melihat orang yang tengah mereka sandera.

"Apa!? Ada Demi Human!"

Ketika ditarik oleh bos bandit itu, keluarlah seorang gadis kecil Demi Human Harimau Putih yang berperawakan loli dengan tinggi badan sekitar 140 sentimeter. Berambut putih keperakan yang terurai kusut berbelang hitam.

Gadis itu juga bertelinga harimau dan memiliki ekor besar panjang berbelang hitam putih. Pakaiannya tampak lusuh mengenakan gaun/daster putih yang terlihat usang. Borgol rantai tampak membelenggu kaki kanannya.

Demi Human : Ras setengah manusia yang bentuknya hampir menyerupai manusia. Ras ini memiliki kebiasaan dan perilaku yang sama dengan manusia.

Aku terkejut setelah melihat penampilannya dan aku semakin yakin kalau memang berada di Isekai.

"Tunggu, ini beneran kan? Atau dia lagi cosplay? Masa iya ada Cosplayer di sini. Berarti bener kalau aku ada di Isekai."

Bersambung...

(Chapter berikutnya "Penyamun")

Ikuti juga Instagram author untuk mendapatkan info seputar update dan perkembangan novel ini di @sapta_yudha.author

Chapter 3 "Penyamun"

Aku sekarang bisa menebak dan memperkirakan umur gadis harimau putih itu, mungkin sekitar dua belas tahun. Melihat kondisinya saat ini, aku merasa memang dia sedang tidak baik-baik saja.

Dia terus diperlakukan kasar oleh Bos Bandit itu, sehingga membuatnya menangis dan menderita.

"Keluar kau Budak kecil, cepat layani kami, Wa ha ha ha ha ha!" Teriak Bos Bandit dengan tawa anehnya.

"Ahhh..."

Gadis kecil itu hanya bisa merintih kesakitan pascaditarik keluar dengan kasar. Cih, aku benar-benar muak menyaksikan mereka memperlakukan gadis seperti itu.

Aku berdecak kesal menyaksikan tindakan pria gendut itu. Pembawaannya mengingatkanku pada tokoh antagonis pria tua buruk rupa seperti yang kulihat di sejumlah manga, anime, dan bahkan gim.

Tidak kusangka, dunia ini juga ada orang bejat sepertinya. Yah, tapi sudah tidak aneh lagi bagiku. Dunia memang luas, tak heran akan menemukan orang-orang yang mirip dari segi sikap dan perilaku.

"Hei, Budak! Cepat buka pakaianmu dan layani kami." Teriak salah satu anggota mereka.

Mendengar salah seorang dari mereka berucap membuat gadis harimau putih menjadi panik dan terus menangis.

"Tidak, jangan lakukan itu! Kumohon lepaskan aku. Aku akan melakukan apa yang kalian pinta, tetapi tidak dengan ini!"

Ucap gadis Harimau putih itu sambil terus menangis dan memohon. Air mata tak henti menetes dari pelupuk matanya.

"Ah, banyak omong kau. Budak seperti mu cukup diam. Patuhi perintah tuan mu! Haaah... cepat lakukan saja!” Tegas Bos Bandit.

"Tidak, jangan kumohon jangan... haa haaa~" Gadis harimau itu menjerit dan terus menangis ketika pakaian usangnya ditarik-tarik oleh Bos Bandit. Ia mencoba untuk berontak, namun apa daya, gadis itu terlihat tidak cukup tenaga untuk melakukannya.

Dari Monitor kontrol UAV, aku melihat mereka mulai melakukan tindakan tak senonoh pada gadis itu dengan hampir melucuti pakaiannya.

"Cih, aku gak tahan lihatnya!"

Tanpa pikir panjang, aku keluar dari persembunyian ku dan berlari menuju tempat mereka sambil membawa beberapa sajam untuk berjaga-jaga.

Aku tidak mengunakan senjata api, karena aku harus menghemat amunisi ku agar tidak cepat habis.

Aku hanya akan menggunakan senjata api untuk menyerang dari jarak jauh jika diperlukan atau membunuh monster berbahaya jika memungkinkan.

Bagi seorang Prajurit Elite, aku diharuskan dapat bertarung dengan tangan kosong. Maka membawa sajam adalah pilihan yang tepat, karena mereka juga bersenjatakan pedang.

Secara realistis, aku masih bisa menghadapi sepuluh orang sekaligus dengan tangan kosong. Kalau hanya lima orang bersenjata pedang kurasa masih sanggup, itupun jika mereka minim pengalaman bertarung.

Setelah sampai, aku mendobrak pintu gudang. Mereka terkejut ketika ku memasuki gudang itu. Secara spontan mereka menarik pedang dari sarungnya.

'SRINGG'

Pada bagian ini aku akan memberikan nama kode anggota Bandit dengan A, B, C, dan D agar kamu pembaca dan pendengar sekalian dapat mengerti.

"Gak ada capeknya ya kalian. Orang kayak kalian memang harus mati di sini!" Ucapku dengan dingin dalam bahasa Indonesia.

Mereka saling menatap satu sama lain karena tak mengerti apa yang aku katakan.

"Siapa Kisanak? Beraninya Kisanak kemari, cari mati Kisanak rupanya!" Kata Bos Bandit.

"Pakaian apa itu? Kau terlihat seperti orang bar-bar, ha ha ha ha!" Ejek Bandit A.

Meskipun aku kebingungan dengan apa yang dikatakannya. Aku tahu betul dari ekspresi wajah itu kalau dia sedang meledek ku. Mungkin karena melihat pakaian ku yang compang camping membuat salah seorang dari mereka menganggap ku demikian.

"Bukan seperti lagi, dia memang orang bar-bar!" Bandit B menambahkan.

Jujur, aku masih bingung dengan logat bicara mereka. Sehingga, aku hanya terdiam melihat mereka dengan tatapan dingin. Aku hanya bisa mengerti sedikit dari apa yang mereka katakan.

“Orang bar-barkah dia bilang? Apa mungkin sebab penampilan ku yang berantakan, jadi mereka ngiranya aku dari suku pedalaman?" Gumamku.

"I don't care what you say! But, Let go the girl!" Tegasku dalam bahasa Inggris. Tetapi tampaknya mereka tidak mengerti karena pelafalan yang berbeda.

"Ha? Bicara apa kau orang bar-bar? Apa kau sedang meracau? Wa ha ha ha ha ha!” Ucap Bos Bandit sembari mengejekku.

"Sepertinya orang ini baru keluar dari pedalaman Bos, ha ha ha ha!" Bandit C menimpali.

"Asal Kisanak tahu! Jika ada orang asing masuk ke tempat ini akan ditawan. Bahkan, jika berani macam-macam juga akan dibunuh. Cepat tangkap, bila melawan bunuh saja dia!" Perintah Bos Bandit ke anak buahnya.

Mereka pun mulai mendekatiku. Bandit D berjalan kearah ku seraya berkata.

"Baiklah, aku harap Kisanak mau mematuhi kami agar tak terluka. Cepat berlututlah! Egh..." Kata Bandit D mencoba menendang tulang kering ku dengan sekuat tenaga.

Namun, pergerakannya dengan mudah terbaca oleh ku. Secara refleks, aku menangkisnya dengan telapak kaki ku.

'BUK'

"Argh... Kaki ku!!!" Teriak Bandit D kesakitan.

Bandit D pun berguling-guling di tanah menahan nyeri akibat dari tulang keringnya. Sangat lucu sekali, kita lihat, tulang kering siapa yang nyeri sekarang. Mereka tidak tahu, kalau yang tengah mereka hadapi sekarang adalah seorang Pesilat penyandang sabuk putih.

Melihat rekannya tersakiti, Bandit B langsung menyerang ku dengan pedangnya.

"Kurang ajar!!'

'WOSSHH'

Secara refleks, aku berhasil menghindar. Aku lantas membalas serangan dengan menghujamkan lututku ke perutnya, sehingga pedangnya terlepas dari genggaman.

Dengan cepat, aku memukul tengkuk lehernya dengan keras hingga ia pingsan. Aku langsung mengangkat tubuhnya ke pundak ku dan membantingnya ke arah Bandit A dan C yang tengah berjejer. Mereka pun terjungkal ke belakang karenanya.

"Tidak akan kubiarkan!"

Kulihat Bandit D mulai berdiri kembali, dengan cepat aku melakukan tendangan keras ke arah wajahnya hingga ia ikut terjungkal.

Lalu ketika Bandit A dan C kembali akan berdiri, aku menendang perut mereka dengan cepat dan keras hingga mereka berdua pingsan.

Saat Bandit D tersungkur, ia mencoba mengambil kembali pedangnya. Sayang tindakannya percuma. Aku lantas memukul tengkuk lehernya dengan keras hingga ia pun ikut pingsan.

Sekarang hanya tersisa Bos Bandit seorang diri. Kita lihat apa yang akan terjadi.

"Apa, tidak mungkin… Mu-mustahil? Si-siapa Kisanak sebenarnya?" Tanya Bos Bandit terbata-bata dengan mengeluarkan keringat dingin.

Aku suka ini. Melihat sang antagonis menderita dan ketakutan adalah kepuasan tersendiri bagiku. Aku pun menyeringai sambil menepuk kedua tangan ku untuk membersihkan debu.

'PLAK PLAK PLAK'

"Hegh,Tōrisugari no Arumidā, oboete oke!" Ucapku berbahasa Jepang, siapa tahu dia mengerti.

("Tentara yang numpang lewat. Ingat itu!")

"Army?"

Tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kulihat ada keberadaan gadis Harimau putih tengah terduduk lemas. Karena terkejut, takut, dan panik, Bos Bandit pun menarik gadis itu berdiri dengan menyodorkan pisau belati ke lehernya.

"Ahhhhhh!!!" (Gadis Harimau putih histeris)

"Berani Kisanak macam-macam akan kusayat lehernya! Mundur Kisanak!”

Begitulah kebanyakan tokoh penjahat bila terdesak. Mereka akan menghalalkan segala cara licik untuk dapat membalik keadaan.

"Cih, aku muak melihat sampah sepertimu!" Ucapku berbahasa Indonesia.

Ketika disekap, gadis harimau putih hanya bisa menangis dan tidak bisa berbuat banyak.

"Bagaimana sekarang Kisanak? Apa yang akan Kisanak lakukan? Pergi, atau dia kubunuh?" Ancamnya.

"Ha? Pergi? Itu sama aja aku nyerah sebelum berperang-"

"Aaaereeggghh"

Tiba-tiba hal tak terduga terjadi, gadis itu lantas menggigit dengan keras lengan Bos Bandit yang terdapat pisau belati.

Ia menggunakan gigi taring yang terdapat pada mulutnya. Pisau belati itupun terlepas dari genggamannya dan Bos Bandit itu mengerang kesakitan.

"Ahhh… tidak! Apa yang kau lakukan Budak sialan, tanganku berdarah!" Teriak Bos Bandit dengan histeris sembari memperhatikan lengannya yang mulai mengucurkan cairan merah.

Sekarang adalah momentum bagiku menyelamatkan gadis malang itu. Dengan cepat, kutarik dan kupeluk ia sembari melakukan pukulan uppercut ke rahang Bos Bandit itu hingga ia juga ikut pingsan.

'BUK'

Aku tak menyangka gadis ini memiliki gigi taring yang tajam. Hal itu mungkn wajar, sebab dia ras Demi Human Harimau Putih. Aku langsung menenangkan gadis ini ketika situasi sudah dalam kendali ku.

"Okay relax, you're safe now little girl!" Kataku dalam bahasa Inggris.

Aku lupa kalau logat bicara ku akan sulit dimengerti olehnya. Baiklah, aku akan mencoba menggunakan logat Jepang sekarang.

"Relakkusu, yuare sefu now rittere jiiru!" kataku terbata-bata.

Walaupun pengucapan ku masih payah, tetapi sepertinya gadis ini paham perkataan ku. Mulai sekarang, aku akan menerjemahkan percakapanku, dengan orang di dunia ini ke dalam bahasa Indonesia.

"Sekarang kau aman adik kecil. Kau tak akan tersakiti lagi." Ucapku.

"Emh... Ariga... to!" Ucap gadis itu berbisik.

Gadis harimau ini pun pingsan dalam pelukan ku. Tunggu, apa aku tidak salah dengar, dia mengucapkan Arigato? Aku pikir mungkin bahasa yang digunakan hampir mirip dengan bahasa Jepang. Jadi, ada penggunaan kata yang sama.

Ketika ku menyentuh kulitnya, aku merasakan suhu tubuhnya panas. Oleh sebab itu, aku menyimpulkan kalau dia terkena demam.

"Sepertinya ia terkena demam!"

Aku lalu memperhatikan wajah gadis ini dengan jelas. Aku mengangkat alisku tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang.

"Ya ampun!? Dia mirip banget sama cewek itu!"

Cewek yang kumaksud adalah perawat yang pernah ku ceritakan sebelumnya. Aku tak percaya akan ada seseorang yang mirip dengannya di dunia ini.

Hanya saja tubuhnya lebih seperti seorang gadis kecil yang memiliki telinga dan ekor harimau. Mungkin gadis harimau putih ini adalah wujud Perawat itu ketika masih kecil, hanya saja dalam bentuk Demi Human.

Borgol pemberat di kakinya kulepas dengan kunci yang terdapat di atas sebuah peti. Kemudian, aku membaringkannya di atas bangku kayu di dekatku.

Setelah itu, aku mengikat tangan para Bandit itu dengan tali tambang yang terdapat di gudang ini. Aku mengikat mereka menjadi satu, agar mereka tidak kabur.

Kukumpulkan pedang-pedang mereka dan kutaruh ke dalam peti kosong. Aku juga mengambil beberapa uang koin di saku mereka untuk kujadikan barang rampasan.

Sesaat ku perhatikan mata uang koin yang digunakan di dunia ini. Terlihat ada sebuah ukiran lubang persegi ditengahnya dan beberapa relief tulisan aneh. Aku hanya menemukan sejumlah koin perak dan perunggu di saku mereka, sepertinya bukanlah jumlah yang fantastis.

Kemudian, aku kembali ke tempat persembunyian ku sebentar untuk mengambil barang-barang yang ku tinggal di sana. Setelah mengambil barang-barang, aku kembali ke tempat itu dan sudah mendapati para Bandit telah siuman.

Sebenarnya, aku ingin membunuh orang-orang seperti mereka. Tetapi, ada sesuatu hal yang mencegah ku berbuat demikian.

Di sini ada seorang anak perempuan. Aku khawatir, hal itu justru akan membuat dirinya terkena beban mental sejak dini, karena melihat pembunuhan berdarah.

Oleh sebab itu, aku membiarkan mereka hidup untuk sementara waktu. Sebelum akhirnya, aku benar-benar menghabisi mereka. Aku juga akan mencoba mengorek informasi dari mereka jika memungkinkan.

"Mohon belas kasih, Tuan Pahlawan! Tolong ampunilah kami ini! Kami akan melakukan apa pun yang, Tuan Pahlawan mau." Pinta Bandit B.

"Baiklah, sebelum itu aku ingin bertanya pada kalian!" Kata ku.

"Apa itu, Tuan!? Kami akan mencoba menjawabnya semampu kami!" Sahut Bos Bandit.

"Hutan apa ini dan aku sekarang ada dimana?"

Para bandit itu hanya saling menatap satu sama lain mencerna apa yang aku katakan.

"Sebenarnya, Kisanak ini siapa?" Tanya Bandit A.

"Tuan, terlihat seperti orang bar-bar. Tetapi kebanyakan orang bar-bar tidak bicara dengan bahasa Greis. Jadi siapa, Kisanak sebenarnya?" Tanya Bandit D menambahkan.

"Oh, jadi bahasa yang mereka gunakan namanya Bahasa Greis. Begitu rupanya." Batin ku.

"Kenapa kalian malah balik bertanya? Kalian tak perlu tahu siapa aku! Cepat jawab pertanyaan ku!"

Mendengar kan bentak kan ku, mereka hanya menelan ludahnya.

"Baik Tuan, anda berada di Fluoran Florest...." Bos Bandit pun menjelaskan secara perinci.

****

Hutan Fluoran sebutannya, adalah salah satu hutan terlarang di dunia ini. Banyak yang mengatakan bahwa hutan ini menyimpan segudang misteri yang belum terpecahkan.

Orang dunia ini menyebutnya hutan terlarang sebab banyak sekali peristiwa buruk yang telah terjadi. Di dalam hutan ini terdapat banyak sekali monster menakutkan berlevel tinggi dan juga menjadi tempat ideal persembunyian bagi para bandit didalamnya.

Konon katanya, terdapat makhluk legenda yang bersemayam. Itulah sebabnya, hutan ini menjadi salah satu hutan yang paling dihindari oleh para petualang dan pedagang. Hutan ini terletak jauh di bagian utara Kerajaan Elceria dan berbatasan langsung dengan Kerajaan Sivieth.

Note : Elceria dibaca Elseria. Sivieth dibaca Siviet.

...Illustration by Sawsan source https://www.pixiv.net/en/artworks/87736814...

Sekarang ini, aku sedang berada dipinggiran utara wilayah Kerajaan Eceria. Kedua Kerajaan ini terdengar sangat asing ditelinga ku. Hal ini memperkuat dugaan ku, kalau aku memang berada di dunia lain.

Setelah mendengar penjelasannya, aku kembali berpikir sejenak sembari menyentuh dagu ku.

"Apa aku jadi Pahlawan, ya? Tapi, harusnya kan ada semacam ritual pemanggilan Pahlawan kayak di Anime. Lah ini? Boro-boro ada ritual, yang ada aku malah kejebak di hutan ini. Dahlah, bikin pusing. Kupikirin nanti aja." Gumamku.

Bersambung....

(Chapter berikutnya "Rampasan")

...Ikuti juga Instagram author untuk mendapatkan info seputar update dan perkembangan novel ini di @saptayudha.author. Follow juga Instagram @hiraaoi_...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!