Chapter 4 "Rampasan"

"Kalau begitu, apa kalian punya peta?"

Aku menanyakan benda itu dan mungkin saja mereka memilikinya. Dengan adanya peta akan lebih memudahkan ku untuk menguasai medan, sehingga ku mengetahui tata letak geografis wilayah ini.

Sesaat ku mengajukan pertanyaan itu, mereka kembali saling menatap kebingungan.

"Jika yang, Anda maksud adalah peta. Benda itu hanya dimiliki oleh Guild Petualang dan pihak Bangsawan Kerajaan saja. Maaf, kami tidak memiliki benda berharga itu." Jelas Bos Bandit.

Setelah mendengar jawabannya, aku kembali menyentuh daguku. Dari perkataanya aku dapat menyimpulkan bahwa peta adalah benda yang cukup berharga di dunia ini. Ya, memang secara de facto, latar waktu dunia ini sepertinya mirip dengan abad pertengahan.

Pembuatan peta pun, masih menggunakan metode Kartografi tulis tangan sederhana. Hal itu pastinya, akan membutuhkan waktu pembuatan yang sangat lama. Sehingga tak banyak orang yang dapat memiliki benda tersebut.

Kartografi : Ilmu seni pemetaan.

Berbeda dengan dunia ku yang sudah menggunakan ilmu Kartografi modern dengan komputer dan citra satelit. Menjadikan pembuatan peta lebih efisien, sehingga semua orang dapat dengan mudah memilikinya.

Sesaat ku memperhatikan para Bandit ini. Meskipun tampang mereka terlihat garang, namun jika diperhatikan secara Psikologis, mereka hanyalah orang-orang bodoh yang bisanya merampok dan membunuh saja. Kira-kira, hanya itu yang ada di kepala mereka. Tidak ada gunanya aku mengorek informasi dari mereka.

Aku menjadi enggan bertanya kepada mereka mengenai dunia ini. Alangkah baiknya, aku bertanya pada gadis yang tengah pingsan itu ketika ia telah siuman.

"Jadi, Tuan Pahlawan, apa lagi yang Anda inginkan?" Tanya Bos Bandit.

Note : Para begal ini memanggil Yudha dengan sebutan Pahlawan karena mereka tahu niatnya Yudha mau membebaskan Budak yang tengah mereka sandra. Bukan karena mereka tahu kalau Yudha itu sosok Pahlawan yang terpanggil dari dunia lain.

"Apa kalian punya alat transportasi?"

"Ah, tentu, kami memiliki sebuah pedati yang bisa, Tuan gunakan." Jawab Bos Bandit.

"Hemm… boleh juga!"

"Bukankah, Anda kemari menggunakan kuda?" Bandit C balik bertanya.

"Aku kemari dengan berjalan kaki. Lalu ku mendapati tempat mencurigakan ini, dan… yah, kecurigaanku benar."

Aku lantas memperhatikan barang-barang berharga di sekitaran gudang ini. Aku berinisiatif untuk menyita barang rampasan yang ada untuk kujadikan jarahan perang. Tentunya semua barang itu bukan menjadi hak ku dan sebagian tidak boleh kugunakan.

Aku berinisiatif untuk membagikannya kepada orang-orang yang tidak mampu di dunia ini dan mungkin akan ku kembalikan ke pemiliknya jika ku menemuinya.

"Jadi, apakah kami akan dilepaskan, Tuan?"

"Akan kulepaskan kalian setelah ini. Tetapi dengan catatan barang rampasan kalian kusita!" Tegasku.

Mendengar pernyataan ku barusan, membuat para Penyamun itu tersedak ludahnya.

"Apaaa... Anda mau merampok kami?" Tanya Bos Bandit tak percaya.

"Itu benar sekali, kami sudah susah payah mendapatkan barang-barang itu. Dan kau dengan mudahnya ingin merampoknya dari kami!" Bandit A menimpali.

"Benar, itu tidak adil!" Kembali Bandit B berucap.

"Ha ha ha, merampok kau bilang? Bukannya justru kalian Perampok sesungguhnya? Bukannya kalian sudah banyak membunuh orang dan memperkosa Wanita, hanya untuk memuaskan hawa naf$u kalian? Kalau tidak mau, kupotong tangan kalian sebagai hukumannya!" Kata ku sambil tertawa licik.

"Kau jangan munafik, kau juga pasti seorang Petualang yang ingin merampok kami kan?" Kembali Bos Bandit dengan beraninya berucap.

"Ho~ Aku tidak peduli dengan celotehan kalian. Terserah kalian mau mengaggap ku apa, yang terpenting adalah turuti kemauan ku atau."

Aku lantas mengambil pistolku dan menembakkannya ke langit-langit gudang untuk memberikan determinasi kepada mereka.

'PLARR'

""""Haaa, senjata apa itu?"""" Suara dari Pistol ku mengejutkan mereka.

“Ups, kebablasan. Aku lupa kalau Bocil itu pingsan. Gimana kalau nanti terkejut?" Gumamku.

Aku lalu menoleh ke arahnya.

"Haaah… Syukur dia masih pingsan, takutnya nanti jantungan." Gumamku sambil menghela napas.

"Ini adalah senjata sakti dari negeriku. Senjata ini mampu membunuh kalian dari jarak jauh dengan menembakkannya. Sekarang, lakukanlah apa yang kupinta! Kalau tidak, nyawa kalian melayang!" Ancamku sambil tersenyum jahat.

Mereka hanya bisa menelan ludahnya, ketika ku berkata demikian. Keringat dingin pun mulai membasahi wajah mereka.

Aku tahu sikap ku ini tidak akan mereka sukai. Namun aku tidak peduli, untuk apa bersikap baik kepada Pelaku Kriminal. Lebih baik memperalat mereka akan meringankan pekerjaan ku.

"Ti-tidak, ba-ba-baiklah ambil saja semuanya." Jawab Bos Bandit dengan pasrah.

"Nah, kalau begitu angkut semua barang-barang ini ke pedati itu!" Perintah ku.

Aku kemudian melepas ikatan mereka satu persatu. Tentunya masing-masing kaki mereka masih saling terikat satu sama lain, agar nantinya mereka tidak mencoba untuk kabur. Bandit A menunjukkan pedati yang dimaksud. Terdapat dua ekor kuda yang terpasang pada pedati tersebut.

Sembari mengawasi mereka mengangkut barang-barang sitaan ke pedati. Aku juga meletakkan barang militer ku dan membopong gadis harimau putih itu ke dalamnya.

Sesaat kemudian aku kembali memeriksa suhu tubuhnya. Ternyata panasnya tak kunjung menurun. Setelah kuperiksa lebih teliti banyak juga terdapat luka gores dan lebam di sekujur tubuhnya.

Gadis ini juga terlihat lusuh dan kotor. Aku lantas mengelapi tubuhnya dengan sapu tangan yang telah ku basahi dengan air. Setidaknya dia terlihat lebih baik meskipun tidak sepenuhnya bersih.

Aku pun mencoba mengobatinya dengan meremukkan obat penurun panas yang terdapat dalam kotak medisku. Serbuk obat itu lantas aku larutkan kedalam air pada gelas kaleng, lalu kuminumkan kedalam bibir lembutnya berharap panasnya turun.

Karena prihatin melihat kondisinya, aku kembali memanggil para Kacung itu.

"Hey, kalian, cepat berkumpul!"

Mendengar teriakkan ku mereka dengan cepat berkumpul di depan pedati.

"Ada apa lagi, Tuan?" Tanya Bos Bandit.

"Apa saja yang kalian perbuat pada gadis itu selama ini?" Bentak ku.

"Tidak, Tuan. Kami tidak melakukan apapun padanya." Jawab Bos Bandit.

"Benar Tuan, kami mendapatkan Budak itu dari Saudagar yang baru kami rampok pagi tadi!" Bandit A menimpali.

"Bohong! Kenapa ada luka lebam sebanyak itu? Jangan mencoba membohongi ku, ya!" Kata ku sambil mengacungkan pistol ku ke mereka.

Para Penyamun itu kini mengeluarkan keringat dingin tak bisa berkata-kata. Mereka sepertinya hanya berpikir agar aku secepatnya pergi dari sini.

"I-itu ka-karena di-dia Budak, Tuan. Mungkin karena pemilik sebelumnya menyiksa sehingga ia seperti itu. Kami, baru saja ingin mencabulinya sebelum akhirnya, Tuan datang kemari." Jelas Bos Bandit terbata-bata.

"Lalu pada saat kalian merampoknya, kemana perginya Saudagar itu?" Aku lantas menempelkan ujung pistol ku tepat di kepala Bos Bandit itu.

"Di-dia, me-melarikan di-diri dengan meninggalkan pedati ini, Tuan. Kebetulan, Bu-budak itu terbelenggu dengan rantai di dalamnya. Se-sekalian saja, kami menculiknya. Saya berusaha untuk jujur. Jadi, mohon jauhkan benda itu dari kepala saya!" Jawabnya sambil memohon.

"Ho~ kau mencoba memerintah ku, ya! Bosan hidup kau rupanya."

"Ti-tidaaaakkk, ampuni hamba, ampuni hamba, Tuan Pahlawan. Hamba mohon, sangat memohon kebaikan hati, Anda untuk tidak menembakkannya."

"Ha ha ha, baiklah, aku ampuni kau, Buta-yarou." Aku menarik kembali pistol ku dari kepalanya.

Buta-Yarou [豚 やろう] : "Dasar Babi" istilah kata yang diambil dari bahasa Jepang. Buta/Babi, Yarou biasanya digunakan untuk imbuhan bisa diartikan Dasar atau Sialan. Yarou adalah sebuah imbuhan kata kotor. Tidak dianjurkan digunakan untuk percakapan formal atau sehari-hari.

Setelah kuperhatikan, gimik wajah, dan tingkah lakunya. Bos Bandit ini sepertinya berusaha untuk jujur. Aku tidak melihat adanya kebohongan dari hal tersebut, yang ada aku justru melihat ketakutan di wajahnya.

Mana mungkin Bos Bandit ini akan berani berbohong disaat nyawanya di ujung tanduk. Berbohong sedikit maka habislah dia. Aku perhatikan para anak buahnya juga tidak berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Mereka terlihat mengucurkan keringat dingin dari keningnya, sepertinya mereka sudah terkena mental dan bahkan tak berani menatapku.

Aku menyimpulkan kalau gadis itu terluka akibat perlakuan buruk dari majikan sebelumnya. Siapapun yang melakukan hal itu haruslah bertanggung jawab.

****

Singkat cerita, mereka telah selesai mengangkut barang-barang sitaan. Aku hanya menyita barang-barang yang sekiranya berharga dan penting. Aku juga menyita banyak sekali perabotan, bahan makanan dan rempah yang mereka miliki.

"Mohon welas asih Anda, Tuan. Tolong sisakan saja sedikit untuk kami. Kalau seperti ini bagaimana kami bisa bertahan?" Bos Bandit memelas.

"Ah sebentar... ini untuk kalian!" Aku melemparkan sebuah kantong kulit yang telah aku persiapkan untuk imbalan mereka.

"Apa isinya, Tuan? Kantong ini cukup berat dan berbentuk tidak biasa!"

"Oh, itu bukan apa-apa. Hanya imbalan untuk kalian. Ingat jangan di buka sebelum aku jauh dari sini, ya!"

"Emh, baik Tuan. Terimakasih atas welas asih, Anda!"

"Ya, sama-sama! Aku harap, kalian bisa pulang dengan cepat karena benda itu!" Ucapku sambil tersenyum lebar. Mereka tampak senang dengan apa yang kuberikan.

"Ah, sekali lagi terimakasih, Tuan!"

Tampak sekali mereka terkejut melihat perubahan sikapku. Tetapi aku tidak peduli, bagiku yang terpenting adalah segera enyah dari sini. Sesaat kemudian kuamati jalan yang akan kulalui. Karena ku tidak tahu arah tujuannya, aku lantas bertanya kepada mereka.

"Oh ya, kemana arah jalan itu?" Tanyaku.

"Jalan itu menuju ke sebuah jalan utama, ada sebuah persimpangan lalu ambil kanan. Setelah itu, Anda tinggal mengikutinya, Tuan." Jawab Bos Bandit yang masih ketakutan.

Dari gelagatnya dia mencoba untuk berani berbohong.

"Benarkah itu? Aku meragukannya" Balasku.

"Itu benar, Tuan. Jauh dari sini ada sebuah permukiman, disana juga terdapat penginapan. Jaraknya sekitar dua hari perjalanan dengan kuda."

Kembali ia menjelaskan untuk menyakinkan ku dengan senyum palsu. Semakin terlihat kalau dia sedang berbohong.

"Baiklah, aku akan mulai berjalan! Jangan sampai ada yang mengikutiku, ya!" Ucapku sambil tersenyum tipis.

Dengan cepat aku memecut kuda-kuda itu lalu pergi meninggalkan lokasi tersebut. Jujur saja, ini kali pertamaku mengendarai sebuah pedati dan ternyata tidak sesulit yang kukira. Sekali memegangnya aku langsung bisa.

"Apa aku berbakat mengendarai pedati ya? Terus apa ini bisa disebut bakat? hadeh~"

****

Aku kemudian tiba di persimpangan jalan yang dimaksud. Bandit itu bilang ke kanan, namun aku justru berbelok kearah kiri.

Di lain cerita, drone yang aku kerahkan di tempat itu masih menyadap apa yang mereka bicarakan. Sepertinya, Bos Bandit masih merencanakan niat buruk dan mau menjebak ku. Para Penyamun itu tidak tahu kalau aku sedang mengintai mereka dari kejauhan. Merekapun akhirnya dapat bernapas lega setelah kepergian ku.

"Akhirnya, dia pergi juga!" Ujar Bos Bandit.

"Kita masih hidup kan? Pria itu mengerikan sekali."

"Benar, baru kali ini aku menemui orang sepertinya. Dia juga memiliki aura seperti seorang Kesatria terhebat."

Aku yang dari kejauhan tersedak ludah ku saat mendengarnya. Seorang Kesatria terhebat? Aku merasa biasa saja. Apa kemungkinan orang-orang ini dapat mengetahui kekuatan seseorang dari auranya? Entahlah.

"Sudahlah, yang penting kita tidak berurusan lagi dengannya." Kata Bos Bandit.

"Tunggu, bukannya jalan kearah kanan itu menuju pedalaman hutan Fluoran, Bos?" Tanya Bandit A.

"Biarkan saja mereka menjadi santapan Monster. Itu balasannya setelah mempermalukan kita, he he he he!" Jawab Bos Bandit sambil tertawa licik.

Benar apa yang kuduga, mereka mencoba menjebakku. Mereka tidak tahu kalau seorang Prajurit Elite haruslah memiliki IQ yang tinggi.

"Ho~ dasar orang-orang gob**k. Ha ha ha!" Gumamku sambil tertawa karena mendengarkan percakapan mereka.

"Ayo Bos, buka kantong kulit itu!"

"Kira-kira apa isinya, Bos?" Bandit C sangat antusias dengan isi bingkisan yang kuserahkan kepada mereka.

"Ya, sebentar! Tak ku sangka orang itu akan sangat berbaik hati seperti ini! Dia pintar atau justru sebaliknya, Wa ha ha ha ha!" Kata Bos Bandit dengan tawa anehnya dibarengi dengan tawa anak buahnya.

Dia pun mulai membuka bingkisan tersebut.

Ketika Bos Bandit melihat isinya, dia, dan para anak buahnya bingung dengan benda apa yang aku berikan kepada mereka.

"Benda apa ini? Tampak berkedip-kedip!"

Aku yang mendengar percakapan mereka melalui TCAPS dari kejauhan, langsung mengucap mantra ku dengan santai.

"Explosion"

'DUAARRSSS'

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ledakan dari tempat mereka berasal. Sesat ku mulai mengamati arah ledakan itu dan melihat jamur asap telah membumbung tinggi dari tempat mereka.

"Uwah, tinggi juga jamur asap itu. Bener apa yang orang bilang 'Seni adalah ledakan' hummuh!"

Tak lain dan tak bukan, itu adalah ledakan bom C4 yang aku masukkan kedalam kantong kulit yang tadi aku berikan kepada mereka.

Sedikit mundur kebelakang. Disaat ku merawat gadis kecil itu, aku diam-diam memasukkan bom C4 kedalam kantong tersebut, agar seakan-akan mereka mengiranya aku memberikan imbalan pada mereka.

Bom C4 itu memiliki fitur pengaktifan melalui perintah suara yang disalurkan melalui sinyal radio. Soal drone yang aku tinggalkan disana juga punya peranan lain selain menyadap suara para Penyamun itu.

Peranannya yakni, menyalurkan Frekuensi suara radio kedalam bom C4, agar nantinya aku bisa meledakkan Bom itu dari kejauhan dengan perintah suara.

Aku mengaktifkan bom itu dengan kata sandi Explosion agar dapat meledak. Sebenarnya, bisa saja dengan kata sandi lain, tetapi aku sengaja memberi sandi Explosion agar terkesan epic seperti di Anime.

Jika membiarkan mereka tetap hidup dan terus berbuat kejahatan. Akan berapa banyak lagi orang tak bersalah yang akan menjadi korban? Mereka memang pantas untuk mati.

Sekarang, aku kehilangan dua amunisi sekaligus drone, dan bom C4. Kini tersisa tiga bom C4 dan empat buah drone mini. Mulai sekarang, aku harus menggunakan dua jenis amunisi itu hanya dalam keadaan terdesak.

Bersambung....

(Chapter berikutnya "Pertolongan")

...Ikuti juga Instagram author untuk mendapatkan info seputar update dan perkembangan novel ini di @saptayudha.author...

Terpopuler

Comments

Kazuto Kirigaya

Kazuto Kirigaya

Kiblat umat Islam adalah Ka'bah. Jadi si Yudha beribadah menghadap kemana Thor?

2022-04-04

1

anggiebae25

anggiebae25

kek author lagi bercita-cita ingin jadi tni kan? soalnya detail sekali

2022-03-16

1

MOMONGA

MOMONGA

ditunggu kelanjutannya

2021-07-12

2

lihat semua
Episodes
1 VOLUME 01 "PENDAHULUAN"
2 Chapter 1 "Awal"
3 Chapter 2 "Pengintaian"
4 Chapter 3 "Penyamun"
5 Chapter 4 "Rampasan"
6 Chapter 5 "Pertolongan"
7 Chapter 6 "Budak" (D 18+)
8 Chapter 7 "Perjalanan"
9 Chapter 8 "Saudagar"
10 Chapter 9 "Peristirahatan"
11 Chapter 10 "Sistem"
12 Chapter 11 "Pahlawan"
13 Chapter 12 "Berkeliling"
14 Chapter 13 "Godaan" (SEMI 18+)
15 Chapter 14 "Perpisahan"
16 Chapter 15 "Keputusan"
17 Chapter 16 "Keberangkatan"
18 Chapter 17 "Bocah"
19 Chapter 18 "Elceria"
20 Chapter 19 "Perisai"
21 Chapter 20 "Putri"
22 Chapter 21 "Sebenarnya"
23 Chapter 22 "Raja"
24 Chapter 23 "Perseteruan"
25 Chapter 24 "Kondisi Syira"
26 Chapter 25 "Statistik"
27 Chapter 26 "Kemampuan"
28 Chapter 27 "Pengujian"
29 Chapter 28 "Petarung"
30 Chapter 29 "Pembuktian"
31 Chapter 30 "Pembalasan"
32 Chapter 31 "Amukan I"
33 Chapter 32 "Amukan II"
34 Chapter 33 "Amukan III"
35 Chapter 34 "Tumbang"
36 Chapter 35 "Nasib" [ARC VOL 1 END]
37 Epilog Dokumentasi
38 Ilustrasi
39 Kisah Sang Perisai "PENDAHULUAN"
40 Chapter 1 "Prolog"
41 Chapter 2 "Peristiwa" (SEMI 18+)
42 Chapter 3 "Pembantaian" (SEMI 18+)
43 Chapter 4 "Lembah Naga"
44 Chapter 5 "Roh Tameng"
45 Chapter 6 "Ikatan"
46 Chapter 7 "Kaiju Naga Langit"
47 Chapter 8 "Tunggangan"
48 Chapter 9 "Rumah Pohon" (SEMI 18+)
49 Chapter 10 "Gurun Hera"
50 Chapter 11 "Munafik"
51 Chapter 12 "Rencana Azrael"
52 Chapter 13 "Reruntuhan"
53 Chapter 14 "Kakak Beradik"
54 Chapter 15 "Tujuan"
55 Chapter 16 "Tak Terduga"
56 Chapter 17 "Sultan Muda"
57 Chapter 18 "Malam Terakhir"
58 Chapter 19 "Tragis"
59 Chapter 20 "Akhir"
60 Chapter 21 "Epilog"
61 Awakening Of The Hero Commander Telah Rilis
Episodes

Updated 61 Episodes

1
VOLUME 01 "PENDAHULUAN"
2
Chapter 1 "Awal"
3
Chapter 2 "Pengintaian"
4
Chapter 3 "Penyamun"
5
Chapter 4 "Rampasan"
6
Chapter 5 "Pertolongan"
7
Chapter 6 "Budak" (D 18+)
8
Chapter 7 "Perjalanan"
9
Chapter 8 "Saudagar"
10
Chapter 9 "Peristirahatan"
11
Chapter 10 "Sistem"
12
Chapter 11 "Pahlawan"
13
Chapter 12 "Berkeliling"
14
Chapter 13 "Godaan" (SEMI 18+)
15
Chapter 14 "Perpisahan"
16
Chapter 15 "Keputusan"
17
Chapter 16 "Keberangkatan"
18
Chapter 17 "Bocah"
19
Chapter 18 "Elceria"
20
Chapter 19 "Perisai"
21
Chapter 20 "Putri"
22
Chapter 21 "Sebenarnya"
23
Chapter 22 "Raja"
24
Chapter 23 "Perseteruan"
25
Chapter 24 "Kondisi Syira"
26
Chapter 25 "Statistik"
27
Chapter 26 "Kemampuan"
28
Chapter 27 "Pengujian"
29
Chapter 28 "Petarung"
30
Chapter 29 "Pembuktian"
31
Chapter 30 "Pembalasan"
32
Chapter 31 "Amukan I"
33
Chapter 32 "Amukan II"
34
Chapter 33 "Amukan III"
35
Chapter 34 "Tumbang"
36
Chapter 35 "Nasib" [ARC VOL 1 END]
37
Epilog Dokumentasi
38
Ilustrasi
39
Kisah Sang Perisai "PENDAHULUAN"
40
Chapter 1 "Prolog"
41
Chapter 2 "Peristiwa" (SEMI 18+)
42
Chapter 3 "Pembantaian" (SEMI 18+)
43
Chapter 4 "Lembah Naga"
44
Chapter 5 "Roh Tameng"
45
Chapter 6 "Ikatan"
46
Chapter 7 "Kaiju Naga Langit"
47
Chapter 8 "Tunggangan"
48
Chapter 9 "Rumah Pohon" (SEMI 18+)
49
Chapter 10 "Gurun Hera"
50
Chapter 11 "Munafik"
51
Chapter 12 "Rencana Azrael"
52
Chapter 13 "Reruntuhan"
53
Chapter 14 "Kakak Beradik"
54
Chapter 15 "Tujuan"
55
Chapter 16 "Tak Terduga"
56
Chapter 17 "Sultan Muda"
57
Chapter 18 "Malam Terakhir"
58
Chapter 19 "Tragis"
59
Chapter 20 "Akhir"
60
Chapter 21 "Epilog"
61
Awakening Of The Hero Commander Telah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!