Pagi-pagi sekali Laras sudah bangun. Memperhatikan Bejo sibuk menyiapkan sarapan, dengan duduk berpangku tangan Laras memegangi kalungnya mengelus liontin
Dinginnya pagi membuat ia memeluk tubuhnya sendiri, meringkuk malas. Kemalasan yang membungkus otak Laras tak membiarkan ia untuk segera di beranjak mandi ataupun bergerak meninggalkan depan tungku yang memberinya kehangatan
"Mbak Mayang"
Suaranya lirih penuh kerinduan matanya terpejam, tiba-tiba rasa hangat memeluknya, membelai rambutnya juga mencium keningnya khas sentuhan Mayang, membuat Laras membuka matanya, tak ada siapapun, hanya Bejo di depannya yang sedang sibuk
"Lekas mandi dek kita berangkat nanti telat"
Laras melangkah menuju keluar rumah untuk mandi, karena tempat sekolah yang jauh harus ditempuh dengan jalan kaki mereka harus bersiap sejak subuh.
Laras dan Bejo berjalan seiring, melewati jalan setapak menuju kota, suara Adzan subuh berkumandang mereka sudah memasuki jalan kota melewati trotoar
"Mas aku Kan sudah bisa cari duit kok kita jalan terus"
"Kamu harus bantu ibu, jangan lupa menabung, mas nggak bisa bantu ras, mas pingin kuliah jadi uangnya mas tabung"
"Gitu ya mas?"
Bejo mengandeng tangga Laras, melihat adik kecilnya yang sudah dewasa
"Adikku yang cantik"
Menggenggam tangan Laras dan terus melangkah
Mereka berpisah karena arah gedung sekolah yg berlawanan, tepat jam 6 pagi mereka sudah sampai ke sekolah masing-masing
Sekolah masih sepi belum ada penghuninya Laras selalu datang awal menghitung teman-temannya yang menyusul satu persatu.
Meskipun Laras berada di kelas yang sama dengan war teman satu kampungnya, tapi Laras tak bertegur sapa. Bahkan seolah tak saling kenal saja, ia dengan teman barunya dan war dengan teman lamanya
Anak-anak yang bodoh, sama seperti orang tua mereka. Yang selalu menghabiskan waktu mereka hanya untuk menyakiti keluarga orang laim
"Anak-anak kita mau membuat pagar di depan kelas, jadi masing-masing membawa bambu yang panjangnya 1 meter ya?"
Buk yus memberi taukan tugas kami
" Jangan lupa bentuk kelompok"
"Baik bukkk!"
Serentak kami semua menyahut perintah buk yus, war menghampiriku
"Laras, kita ..."
Aku melihatnya saja menunggu Ia selesai bicara, tapi Peni dengan tangan nya yang mungil langsung menyambar tanganku
"Rerry kita berlima ya, Laras juga" ucap Peni merangkul ku
Mereka mencatat namaku sebagai anggota mereka tanpa menunggu aku setuju. Tampak war berbalik meninggalkan aku dengan wajah tak sukanya
Murid-murid berhamburan menuju gerbang manakala dentang bel berbunyi empat kali tanda pulang sudah waktunya, aku berjalan gontai mengikuti irama anak-anak elit yang menjadi temanku,
Dunia memang punya tempat masing-masing sesuai siapa pelakunya, berada di bawah atap gedung SD aku seorang anak yang tak berguna menjadi Laras si miskin, bersama mbak mayang aku menjadi seorang pemburu yang hidup dari dahan ke dahan dari batu ke batu
Di bangku SMP, aku hidup bersama anak-anak elit yang bergelimang uang, maka aku akan hidup menjadi anak yang liar pergi ke tempat-tempat nongkrong, pesta minum alkohol, merokok pacaran dan main kesana dan ke mari menghabiskan uang dan waktu.
Aku hanya menikmati duduk menonton para teman-teman berpesta, hanya kadang sesekali ku minum sedikit, merokok sedikit itupun karena mereka traktir dan memaksaku
Aku selalu mengingat sakitnya hidup keluargaku, ibu yang banting tulang membantu bapak mencari nafkah, mas Bejo yang berjuang untuk masuk kuliah, aku yang membantu ibu, bapak juga terus berjuang dengan batuk kering yang di deritanya sejak peristiwa racun malam itu.
hidup kami terlalu berat untuk mengikuti gaya anak-anak elit itu.
Benar saja sepulang sekolah anak-anak itu pergi bermain ke pantai, padahal jarak ke pantai sangat jauh, mereka di jemput beberapa anak laki-laki yang tak ku kenal, Peni menarikku untuk ikut, tidak perduli aku yang menolak. Merasa kalah aku pun turut duduk di mobil Avanza hitam itu
Lima orang laki-laki dewasa ada di sana. Memandang aneh pada Laras, yang memasang wajah Cuek menyandarkan tubuhnya ke dinding mobil, peni dan rerry rupanya mereka sudah saling kenal, mengobrol santai
"Kak kenalin dia temen baru kami"
"Heri"
"Aceng"
"Pitak"
"Rudi"
"Anton"
Mereka menyalamiku bergantian senyum mengembang di bibir mereka menyambutku senang, dan kami nyanyi-nyanyi dan bermain gitar bersama dengan riang
Kami sampai pantai pukul tiga, melewati satu jam perjalanan
Sebuah tangan menyentuh ku, aku merasa tidak nyaman, ku buka mataku, suasana sepi, mas Anton ada di sana sendirian
"Di mana mereka?"
Tanya Laras gugup menyadari dirinya tertidur, aura yang mencurigakan tercium olehnya, Anton tersenyum nakal.
"Di mana mereka...???!"
"Menurutmu?"
Ku tatap mata Anton tajam wajahnya yang tampan mulus tak ada goresan, tersenyum nakal
"Di mana teman-temanku!?"
Tanyaku lagi dengan nada yang tinggi, tapi Anton tetap pada posisi semula lebih berani tangan nya mulai menggapai baju seragam sekolah ku
"Nggak usah mimpi!" ku tangkap tangan nakal itu ku tarik dengan kasar Tubuhnya Hingga membuat ia jatuh ke kursi mobil, ku buat gerakan menguncinya di bawahku, dia meringis sakit kami berhadapan, dia masih tersenyum menahan sakitnya membuat aku sedikit marah
"Di mana teman-temanku!?"
Ku kencangkan jepitan kakiku pada kakinya dan ku putar tangannya, ia menjerit sakit tapi wajahnya menyebalkan, tak ingin berlama-lama aku si dalam mobil, pikiranku masih pada teman-temanku ada khawatir di hatiku, ku lepaskan Anton dan aku keluar dari mobil
"Pen!, rer!, Jen!," aku berputar-putar mencari mereka, tepi pantai luas, mataku menyusuri sampai jauh, terus memanggil mereka
Anton turun dari mobilnya memegang tangannya yang terasa sakit
"Asem, hoooi!, mereka baik-baik saja!, mereka lagi jalan ke arah sana!"
Anton mengelus-elus tangannya sambil memberi tau aku
"Aku tidak percaya"
"Laras!"
Sebuah suara memanggil nya, tampak Peni berlari-lari kecil menghampirinya. Laras menghampiri Peni, rerry, jeni dan Dewi memeriksa mereka
"Heee semua tampaknya aman"
Matanya melirik Anton tajam yang di lirik slow melow, seolah tak ada yang terjadi
"Kamu tidur kayaknya capek jadi kita tinggalin"
"Iya"
Rerry menimpalinya ucapan Peni dengan santai
"Sudah jam empat kita pulang yok" ajakku pada mereka
Semua mengangguk setuju, anton melirikku sejenak lalu kami pun melaju pulang
Hari Senin itu hari yang bersejarah buat Laras, hari yang mengujinya dengan dunia nyata. Laras masih duduk di bangku kelas 1 SMP, baru pertengahan semester, dia masih sangat lugu dengan hubungan laki-laki dan perempuan, yang ia tau hanya hubungan teman
Hubungan Teman saja, Laras baru tau karena selama ini ia tak memiliki teman satupun
"Mas Bejo aku mau ikut karate"
Laras mengutarakan niatnya
"Nggak usah ras, mas khawatir"
Laras mengangguk, mendengarkan jawaban dan nasehat masnya tapi dalam diam Laras menginginkan nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
wah si laras diumpanin nih.temen2nya ga ada yg tulus
2022-04-11
1
👑✧ಡkumaqiಡ✧
hadir Thor,, aku mulai suka nih sama Laras (cewek kuat),, btw anakku nama tengah nya Laras loh 🤭🤭🤭🤭
2021-11-26
1
Arjuna Bayu
pokoknya ni ya endingnya wah seru ....
jangan sampe dinlewatkan,,,, tapi sabar Iki jari Yo ROdo kriting 😁
makasih ya udah selalu dukung karya aku
2021-06-15
4