Kaki kecilnya melangkah menuruni jalan setapak menuju sungai, dalam hati ia akan mencari ikan, kerang, atau apa saja yang bisa di masak oleh ibunya.
Keluarga kecil kami masih menumpang di rumah bude minah sudah hampir tiga tahun, untuk makan kami mencari dan memasak sendiri.
Mengingat pengalamannya yang sudah di lewati bersama kakaknya Laras tau bagaimana mencari bahan makanan untuk mereka
"Ibu pasti senang" bisik Laras
Kakinya yang telanjang tanpa alas kaki, tangannya yang mungil menjangkau beberapa kerang sungai mengumpulkan dalam sebuah kantong terus mengikuti alur sungai.
Seperti biasa ia akan berhenti pada sebuah muara yang biasa di gunakan Orang-orang untuk mandi dan mencuci.
Takut akan ada orang yang akan memarahinya Laras memilih pulang, dan benar ibunya senang menerima hasil kerja Laras tapi ibunya selalu berpesan
"Pergilah main sama teman-temanmu, nggak usah mencari-cari makanan buat kita"
Laras diam saja, melihat ibunya tersenyum. laras merasa sangat bahagia apa yang di pesankan mas Bejo dapat di kerjakan nya.
Laras menghabiskan waktunya dengan rutinitas seperti biasanya. Sepulang sekolah ia akan pergi mengaji, meskipun dia hanya duduk di tepi Mushola. Setelah itu dia akan menyusuri sungai, atau tepi Hutan yang selalu ia lewati dengan masnya saat dulu.
Dia selalu mengingat apa yang di ajarkan masnya itu, untuk tetap diam apapun yang terjadi, terkadang ia bernasib sama, di kejar-kejar karena di tuduh mencuri, tapi Laras tetap pergi ke hutan itu, selain di sana ada Jambu air, Pisang, Mangga hutan, dan banyak lagi.
Tempat itu tempat yang sunyi, tak ada yg menghinanya, tak ada yang mengatakan ia anak kumuh, tak ada yang mengatakan hal buruk tentang ibunya padannya.
Hanya sekedar duduk di pohon jambu air, dan bersembunyi dari orang-orang yang mengejarnya, duduk di ranting pohon itu membuat hatinya tenang, mengingat kebersamaan bersama masnya.
Pada suatu hari bapak pulang dari rantau mengabari kami bahwa kami akan pindah ke umbul (Tempat tinggal kecil di tengah kebun) ibu dan Laras sangat senang.
Ayah dan ibu berpamitan dan berterimakasih dengan bude lalu kami pergi.
Laras tau bude sangat senang kami pergi, Laras selalu mendengar bude minah membicarakan ibu dengan orang-orang.
Kadang bude selalu memfitnah ibu mencuri padahal itu perbuatan anaknya, ibu di perlakukan seperti pembantu, di hina di belakang, Laras tau bahkan yang memfitnah ibu berselingkuh dengan pak Warno adalah bude minah itu sendiri.
Hingga karena fitnah itu sampai ibunya di siram air panas oleh istri pak Warno, pak Warno adalah orang terkaya di kampung itu, suka mengganggu ibu
Pernah menyusul ibu ke sungai dan mencoba memperkosa, beruntung waktu itu ada Laras, yang memukul pak Warno sekuat yang ia bisa, ia memaki-maki kami, Hingga orang berdatangan dan mencibir kami.
Selang beberapa hari istri pak Warno datang membawa air panas menyiram ibuku, kulit ibu yang putih melepuh.
Bapak yang baru pulang dari merantau bertanya padaku, apa yang terjadi tapi karena pesan mas Bejo aku harus diam maka aku pun diam hingga hari ini kami pindah.
Rumah yang kami tuju jauh dari perkampungan, untuk sekolah aku harus berjalan menyusuri pinggiran hutan dan kebun melewati persawahan dan sungai. Tapi aku dan ibu memilih untuk tinggal di rumah itu.
Laras gadis mungil berbaju lusuh, tinggal di perkampungan terisolir, jauh dari kota, bahkan kota yang kami bilang itupun masih tergolong sangat tradisional, hidup bersama ibu bapak dan satu satunya kakak lelaki yang sangat di sayangi olehnya bernama Bejo.
Selain Bejo Laras tak memiliki teman, di tempat ia mengaji dia tak di terima dengan alasan kotor, bau, dan dengan apa ibunya membayar jasa guru ngajinya.
Cara sang guru ngajinya mengusir Laras terbilang menyakitkan. Laras di biarkan saja tidak di panggil untuk maju belajar, berhari-hari Laras menunggu, tapi sang guru tak juga menyebut namanya, tak lelah mengingat pesan kakaknya bahwa dia harus bisa mengaji Laras terus menunggu.
Sepulang sekolah ia akan menunggu di mushola meskipun waktu mengaji di mulai pada waktu ashar, tapi Laras sudah menunggu, mengingat rumahnya yang sangat jauh, kadang ia tertidur di teras mushola, kadang ia terkantuk-kantuk, kadang ia bermain sendiri memutari mushola itu, ingin rasanya ia bergabung dengan teman yang lain tapi dia ingat saat temannya memukulnya dulu, dia ingat waktu temannya beramai-ramai memasukan ia ke selokan Hingga ia bau dan bude minah marah menghina ibu.
Dia juga ingat saat baju yang baru di beli ibu untuk mengaji di robek mereka, Laras mengurungkan diri untuk memiliki teman.
Rasa rindunya pada mas Bejo membawa Laras mengunjungi tempat bermain di pinggir hutan tepatnya di mana dulu ia sering menghabiskan waktu dengan mas Bejo.
Ada sebatang pohon jambu air berbuah lebat di sana, Laras heran dulu saat bersama masnya tak pernah ia melihat ada pohon jambu selebat itu, memang ada tapi tidak di situ.
Namun rasa bahagia Laras mendapati jambu air itu membuat dia tidak berpikir panjang di panjatnya pohon itu dan duduk di salah satu cabang pohon menikmati jambu itu dengan rakusnya.
Pohon jambu itu seolah memahami Laras, saat panas terik pohon itu seolah memayungi Laras dengan daunnya, saat Laras haus seolah ada buah yang sangat manis dan merekah siap untuk di makan.
Selalu seperti itu Laras menghabiskan hari bersama jambu air itu seolah sudah menjadi rutinitasnya barunya, saat adzan Ashar berkumandang seolah ada yang membangunkan Laras untuk segera pulang.
Terkadang Laras, berbicara sendiri, mengutarakan kesedihannya, bergumam di pohon jambu itu seolah ia teman yang setia.
"Jambu air mas Bejo pergi, aku di tinggal sendiri, aku nggak punya teman,"
Keluh Laras, badannya ia sandarkan di cabang pohon, daun nya bergoyang-goyang tertiup angin terasa sejuk
"Pohon jambu orang-orang jahat, mereka melempari aku, aku di bilang bau, aku sedih "
Tiga tahun di habiskan oleh Laras tanpa Bejo, tapi Laras tidak lagi merasa sendiri dia selalu datang menemui pohon jambu kesayangannya, bermain mengelilingi pohon itu, memanjat dan memakan buahnya,
"Maniiiis" Laras senang
Berlari-lari, kadang ia mencari daun pakis ( Nama sayuran pohon paku-pakuan ) untuk di bawa pulang,
"Ibu pasti senang "
Dalam hatinya di peluk pohon jambu itu dengan sayang. Tak pernah lupa juga Laras selalu membawa jambu pulang, ibunya sangat senang, ibu yang tak pernah mengeluh meski bapak selalu memberi uang yang kurang
"Rezeki harus di nikmati dengan bersyukur"
itu kata ibu
Semua orang beranggapan Laras gadis bodoh yang bisu, tapi sesungguhnya dalam diamnya Laras terus mengingat air mata ibunya, saat rumah mereka di bongkar paksa, saat adik meninggal, saat ibu keguguran, ibu di caci maki orang, di tuduh mencuri bahkan mereka yang hampir memperkosa ibu.
Laras mengingat itu dengan baik, saat teman-temannya mem bullynya, saat mereka menyakiti mas Bejo, Laras sangat mengingat nya, tapi mas Bejo selalu bilang untuk diam.
Bejo meninggalkan Laras sendiri hanya pohon Jambu ajaib yang menemaninya, pohon yang tak pernah berhenti berbuah, kadang pohon yang seolah berdesir memangil Laras, untuk mendatanginya pohon yang selalu merindunya.
Suatu hari seperti biasa Laras menghampiri pohon jambu air itu. Seorang wanita cantik sudah duduk di cabang pohon itu tersenyum, Laras heran melihatnya
"Loh kok?"
"Sini "
Wanita cantik itu memanggil dengan suara lembutnya, Laras yang tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang hanya diam, Laras menaiki cabang pohon yang selalu menemaninya.
"laraaaas..." Wanita bernama Mayang memanggil namanya,
Saya tinggal di sekitar situ, benar saat Laras melihat ke arah yang di tunjukan jari mbak Mayang dia melihat gubuk kecil yang indah banyak bunga-bunga di sana,
"Ikut aku yok"
Laras melangkah mengikuti langkah mbak Mayang pelan,
"Mbak kakinya bagus"
Laras memperhatikan kaki kecil putih yang telanjang melangkah bersamanya, sesekali mbak Mayang menangkap capung untuknya, Laras sangat senang, dia terus berlari kesana-kemari kakinya yang hanya telanjang tak memakai alas sangat nyaman menginjak rumput.
"Mbak ayo main tempat aku"
"Heeem, boleh ?"
"He'eh boleh"
"laraaaas..."
Suara adzan ashar berkumandang mbak Mayang mengingatkan aku untuk mengaji
"Yok aku antar"
Dengan bahagia Laras melangkah meninggalkan tempat itu, mbak Mayang mengantarku sampai ke pinggir hutan dia berpesan
"Nanti temui mbak di sini aku antar kamu pulang"
"He'eh" jawab Laras mengangguk senang
Seperti biasanya Laras duduk di tepi jendela mendengarkan teman-temannya mengaji
Selesai mengaji Laras langsung menuju tempat yang di janjikan mbak Mayang, benar Mayang tidak berbohong, mbak Mayang sudah menunggunya, dia menyambutnya bahagia, berjalan menyusuri jalan setapak mengikuti jalan persawahan menyebrangi sungai menanjak turun lalu sampai ke sebuah gubuk dimana Laras dan ibunya tinggal
"Mbak antar sampai sini, besok mbak jemput di sini lagi ya?
"
"He'eh" Laras mengangguk pelan senang
Tak lupa Mayang memberinya beberapa buah jambu air yang sangat manis.
Dengan berlari-lari kecil Laras menghampiri ibunya yang sedang sibuk membuatkan makanan.
Bersyukur sekarang bapak jarang pergi merantau, bapak bekerja upahan mencari kayu dan rotan untuk di jual.
Di belakang gubuk kami ada sarang lebah yg sangat besar menempati pohon yang sudah tumbang, ibu akan meletakkan ember pada sore hari di bawah sarang lebah itu dan memanen pada pagi hari, ibu mendapatkan madu yang cukup banyak membuat Laras senang.
"Mak aku bawa jambu"
"Dari mana Lo ras?, tiap hari Bawa Jambu, jangan mencuri ya ndok ?"
"Nggak, mas Bejo nggak bolehin aku mencuri kok "
"Terus dari mana kamu dapat jambu?"
"Ada Mbak Mayang yang punya, dia kasih aku "
"Oh,MBK Mayang sopo to?"
"Mbak Mayang orangnya cantik, kakinya bagus, bajunya haruuuum, rumahnya banyak bunga, ada kupu-kupu, ada capung, bagus Lo mak"
"Hooo anakku punya temen"
Ibunya sangat senang mendengar celotehan putrinya yang antusias, setelah sekian tahun ibunya hanya melihat Laras diam meratapi masnya yang pergi, sekarang Laras menemukan dunia baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Melani ♉
mbak Mayang ini hantu kh atau Manusia..
2023-08-02
0
Minhyungmork 99
Mbak Mayang tu peri y Thor🤔
2023-01-04
0
nath_e
Danyang penunggu pohon jambu😁
2021-11-14
0