Bapak sangat sedih melihat ibu, ini pertama kalinya aku melihat bapak bersedih seperti itu, ibu hanya tidur saat ia lupa, saat ingat, ia akan menangis lagi menyesali semua yang terjadi.
Sudah seminggu ibu begitu. Bapak diam bersila tak bergerak (semedi), mungkin terlalu sakitnya hati bapak kepada mereka.Mas Bejo selalu menemani ibu tak pernah ia meninggalkan ibu walaupun sejenak. Sedangkan aku lebih sering melihat bapakku, yang duduk berjam-jam tak bergerak.
*****
Pukul 24:00 malam, angin berhembus sangat kencang memutari ruang tamu kami yang kecil.
Aku yang tergeletak di belakang bapak terkejut, mata kecilku terbuka tak berkedip, tubuhku merinding dingin laksana di bungkus es tak bisa bergerak dan tak bisa bicara. Aku hanya melihat tapi tak dapat melakukan apapun, tubuhku kaku laksana terikat kuat, bahkan hanya sekedar membuka mulut pun aku tak mampu.
Seorang wanita yang sangat cantik masuk ke dalam gubuk kami. Wanita berbaju ala ratu kerajaan berwarna ungu dengan mahkota indah. Wanita itu benar-benar cantik. Ia menghampiri bapak dan membelai rambut bapak dengan sayang, tak lama kemudian ia pergi lagi dengan cepat.
Bapak menghampiri ku di usapnya wajahku dengan telapak tangan kanannya, memberiku minum air putih, dan bapak membopongku untuk tidur bersama ibu di kamar. Saat bapak mengusap wajahku tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu laksana di cabut dari kepalaku, aku tersadar, bapak memijit-mijit kaki tanganku yang terasa dingin
Hangat mulai menjalar mengalir mengikuti aliran darahku seolah darahku mulai bekerja lagi.
Ibu kaget melihat aku pucat pasi, ia langsung memelukku khawatir, tapi bapak menenangkan ibu
"Ada apa pak?"
"Kita kedatangan tamu mak"
"Sopo ?"
"Sssssuuuttttt...selir dari keraton" bapak berbisi"
"Sopo ?"
"Sssssuuuttttt Ojo seru-seru nek ngomong (jangan keras-keras kalo bicara), Kanjeng ratu Ny Roro kidul, jangan ada yang tau nanti kita di kira pesugihan
"Terus ngopo ?"
"Wes sekarang tidur dulu besok kita lanjut ngobrolnya, anaknya di koloni ( peluk ), aku tak metu dulu (saya mau keluar )"
Bapak ku seorang yang miskin tak memiliki apapun, bodoh dan suka mengalah, diam saja adalah senjatanya.
Teman-temannya sering memanfaatkan bapak, terkadang hasil upah bapak dicurangi oleh mereka, tapi bapak tak pernah protes dan bapak selalu menerima dan diam saja.
Tapi sesungguhnya bapak adalah seorang yang sangat tangguh dia salah satu pejuang kemerdekaan, bapak salah satu prajurit perang pada masa penjajahan Belanda. Menurut primbon orang Jawa bapak lahir di bulan suro (galengan tahun).
Jadi bapak termasuk ampuh (sakti), sedang ibu sendiri seorang anak yatim piatu yang kaya tapi semua hartanya di rampas oleh pamannya sendiri dan ibu di buang sejak kecil. Sejak kecil ibu sudah menderita, jadi menurut orang Jawa ibuku memiliki doa yang mujarab atau pada jamannya dulu ibu lebih di bilang makanan gandaruwo( mahluk sakral)
Esok harinya bapak pergi di pagi hari masih sangat petang entah apa yang akan bapak lakukan.
Seperti biasanya kami berangkat sekolah, menikmati hari-hari di sekolah yang menyedihkan
Laras tidak lagi mengaji di mushola, lebih tepatnya di tepi Mushola. Bejo yang mengajari Laras sendiri selepas Maghrib di rumah.
Karena aku tidak mengaji aku jadi jarang pergi mengunjungi pohon Jambu ajaibku, mbak Mayang biasanya akan menungguku di pinggir hutan kecil yang ku lewati, rindu padaku katanya dan kami bergandengan tangan berjalan beriringan menuju gubuk tempat kami tinggal.
********
Bapak pulang pada esok harinya itupun sudah sore, bapak tersenyum, memeluk ibu
"Bu kita beli tanah di Serdang empat Rante, lumayan Bu"
Tentu ibu menangis senang, itu lebih dari lumayan
"Terima kasih ya Allah" sedu ibu senang
Ibu sujud syukur, aku dan mas Bejo juga melakukan yang ibu lakukan. Jangan kan tiga Rante 3x3 meter pun ibu sudah sangat senang
"Ada gubuknya juga mak"
"Alhamdulillah, besok ayo kita lihat pak"
Ibu mengusap matanya yang bengkak akibat menangis. Rasanya ibu ingin terburu-buru melihat rumah dan tanah yang di beli suaminya untuknya.
"Sabar mak, besok kita lihat, sekarang ayo kita istirahat" kata bapak pada ibu, di elusnya pundak ibu pelan
"Iyo pak, ya Alloh aku due omah" betapa bahagianya ibu dengan hadiah yang bapak berikan
Tak henti-hentinya ibu terus mengucap syukur
Hidup selalu menumpang, dicurangi, di tipu, menjadi makanan sehari-hari orang tua Laras. Ibunya, sampai hari inipun masih selalu dicurangi. Bahkan pemilik kebun kopi yang mereka rawatpun melupakan akan janjinya bagi hasil, begitu melihat kopi yang tumbuh lebat dan berlimpah ruah mereka justru menzolimi ibu. Padahal sebelumnya kopi mereka tandus tak pernah menghasilkan panen yang bagus, tak terurus, gersang dan banyak pohon kopi yang kering, kemudian datang ibunya, dengan telaten dan rajin ibunya mengurus kopi-kopi itu seperti anaknya sendiri.
Tapi janji tinggallah janji, melihat pohon kopi yang tumbuh dengan baik, dan buahnya yang lebat, membuat pemilik lupa dan menguasai nya sendiri.
Ibu sangat sedih dan terluka, betapa jahatnya orang-orang, ibu menghela nafas dan merebah kan tubuhnya lalu tertidur.
******
Esok paginya kami berangkat ke kampung sekalian aku berangkat sekolah, ibu membawa beberapa pakaian untuk kami, takut kalau tiba-tiba kami menginap.
Benar tanah yang bapak beli sudah terdapat rumahnya, walaupun sangat buruk lumayanlah untuk kami tinggali.
Ibu memutuskan untuk menginap di rumah baru kami, dengan semangat ibu merapikan rumah itu, rasa bahagia ibu tak bisa kami melukiskannya dengan kata-kata.
Ibu membawa alat masak sederhana,
Malam pertama tinggal di kampung
"Begini rasanya memiliki rumah sendiri" batinku
Malam saat kami sedang asyik bercengkerama, di dikagetkan oleh suara riuh Kentungan, semua orang laki-laki dikampung menghambur ada yang membawa Kentungan panci, bambu, ember di pukul sambil mereka berlarian arah barat
Sebagian orang berteriak
" Oooooi! ada Mbah gede!...tanggi-tanggi, ada Mbah gede." Mbah gede adalah sebutan binatang gajah pada masa itu.
"Kenapa pak?" ibu memeluk kami takut
"Entah, di rumah aja Mak."
"Bapak mau ke mana? melihat bapak yang berkemas ibu jadi khawatir dan cemas, tapi bapak diam saja tak menjawab pertanyaan ibu
Bapak membuka pintu dan melihat apa yang terjadi
Serombongan Gajah menyerang kampung kami. banyak rumah di obrak-abrik, dan di hancurkan
"Ya Allah ...!" Ibu menjerit lirih memeluk kami
"Debuk debuk debuk!!!" deru langkah kaki besar melewati samping rumah kami, angin menerjang membuat gubuk kami bergetar
Malam itu bertepatan ibu melahirkan adikku, mas Bejo bingung, suara riuhnya orang berlari bersaing dengan suara erangan ibu.
Laras berlari keluar rumah, melihat dan mencari Bapak, Laras memberanikan diri ikut berhamburan dan berteriak-teriak memanggil bapaknya
"Bapak!, bapak! bapak!"
Dengan bingung Laras berteriak mencari-cari bapaknya.
Suara orang meneriaki Laras beramai-ramai
aku menoleh, tiga ekor gajah menerjang tepat di belakangku, tiba-tiba sebuah angin besar menabrak tubuhku dan aku terhempas
"Anehnya aku selamat"
Dengan tergopoh-gopoh bapak membopongku.
Aku terkejut memeluk erat takut dan bapak membawa aku pulang
"Ibu melahirkan pak..!'' aku berkata lirih dalam gendongan Bapak,
Bapak terkejut mendengar yang ku katakan dia langsung pulang menuju rumah, sesampainya di rumah tanpa banyak bicara bapak menghampiri ibu dan memberikan pertolongan pertama persalinan.
"Bapakku memang hebat"
Dari ke empat kali ibu melahirkan yang membantu persalinan bapakku sendiri, kecuali Bejo, karena Bejo lahir prematur, jadi ibu melahirkan dengan dokter.
*******
Adik kecilku lahir dengan selamat, bernama Wahyu, bapak bilang ia pemberian Tuhan, sebagai tanda malam yang menegangkan sudah terlewat.
Aku selamat, tak ada luka yang berarti di tubuhku, itu adalah keajaiban, hal yang ku sadari malam itu, mbak Mayang menyambar ku dan menyelamatkan aku
Semua orang heran bagaimana aku bisa selamat, nyawa saringan kata mereka, ajaib ada yang bilang seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Resti Restiani Nasa
apakah Mayang akan jadibpenyelamat mereka,atau bahkan yg membuat Laras menjadi makin ke arah yg negatif
2021-07-02
3
Ayesha
hmmmm...good
2021-06-11
2