Bab 6. Pengamat

Terlihat kernyitan tidak suka di kening Ryu. Kenapa dirinya harus bertemu dengan Yuan Yu. Dia pasti akan mencari ribut dengannya. Karena pemuda itu suka mempermalukan Ryu. Dari pada harus berbicara dengan baj*ngan Yu, lebih baik Ryu pergi secepatnya ke tempat kerja Ji Lanwei. 'Ngomong ngomong dimana tempat kerjanya?'

"Sampah ini berani mengabaikanku?" gerutu Yuan Yu geram. Dari belakang Yuan Yu menggunakan serangan untuk menyerang Ryu.

Dengan cepat Ryu menghindari serangan Yuan Yu. Kemudian ia lanjut jalan.

"Ban*ngan ini!?" geramnya naik tingkat dari sampah ke baj*ngan. "Kalian berdua, serang dia cepat!?" suruhnya pada kedua anak buahnya.

"Baik Tuan muda!?"

Sesuai perintah Yuan Yu kedua orang itu menyerang Ryu dari belakang. Ryu melompat ke belakang dan mengadu kepala kedua orang itu.

Duak!? Duak!?

Tidak hanya itu, untuk membuat keduanya benar benar mampus Ryu menendang bokong mereka hingga tercebur ke dalam kolam yang tidak jauh jaraknya.

Terlihat senyum puas kecil di wajah Ryu. Rasanya sangat puas membalaskan sedikit dendamnya. Hanya tinggal bos terakhir yang tersisa. Ryu melirik ke belakang melihat wajah marah bin sengit terpampang di wajah Yuan Yu. ''Ayo balaskan dendam anak buahmu!? Kenapa? Takut? Aku saja tidak takut!? Heh, pengecut!?" ujarnya menantang berani bos terakhir.

"Ke pa rat!?" umpatan Yuan Yu naik tingkat lagi dari baj*ngan ke kep*rat. Yuan Yu menarik pedangnya yang berkilau. Dia berlari mengayunkan pedangnya secara vertikal. Bahkan dirinya sampai menggunakan aura yang membalut pedangnya. "Mati kau Meng Ryu!?"

Sesegera mungkin Ryu menghindar. Andaikan dirinya memiliki pedang, pasti saat ini ia juga akan menggunakan aura. Seseorang yang telah mencapai juyuan sudah pasti bisa menggunakan Qi luar. Menguasai Qi luar sangat penting untuk mengolahnya sebagai aura pedang. Apalagi Ryu yang telah mencapai Zhuji. Sebagai ganti pedang Ryu menggunakan tinjunya yang diselimuti dengan Qi luar, di saat bersamaan ia menghindari pedang Yuan Yu dan…

Buak

Sebuah pukulan keras ia daratkan ke perut Yuan Yu.

"Kuhg!?"

Belum selesai menghajarnya, Ryu langsung menarik rambut Yuan Yu untuk ia hantamkan ke lututnya.

Duk!? Duk!? Duk!?

Sampai tiga kali Ryu menghantamnya. Habis sudah wajah Yuan Yu penuh dengan darah. Kemudian, Ryu mengakhirinya dengan tendangan di dada Yuan Yu.

Duak

Gedubrak

"Ugh uhuk uhuk uhuk!?" rasa sesak dan sakit bercampur menjadi satu. Yuan Yu memegangi dadanya erat.

Srak

Tepat disaat itu pedang yang dipegang Yuan Yu jatuh ke tangan Ryu. Pedang itu ia arahkan ke leher Yuan Yu yang terkapar. 'Aku menang? Semudah ini? Tunggu, aku tidak bermimpi kan? Jika ini mimpi itu tidak lucu.' pikirnya yang tidak percaya dengan kemenangannya sendiri. Bagaimanapun Yuan Yu telah menindasnya selama bertahun tahun.

Ditambah lagi Yuan Yu adalah putra ke lima dari istri ke tiga. Teknik pernafasan yang digunakannya sudah pasti beda level dengan yang Ryu gunakan. Keluarga Ji sudah pasti mendukung penuh dirinya. Karena Ryu hanya menggunakan teknik pasaran seperti yang digunakan oleh para pelayan dan prajurid.

Dari dulu Ryu tidak pernah takut pada Yuan Yu. Yang Ryu takutkan hanyalah Yuan Yu selalu mengancam akan menyakiti ibunya. Tapi sekarang ibunya sudah meninggal, apa yang perlu di ancam? Membakar kediaman? Silahkan saja. Ia akan kabur jika kediaman tuanya di bakar.

"Sampah ini…"

Prok prok prok

Suara tepuk tangan terdengar keras. Ryu menengok siapa orangnya yang bertepuk tangan seakan sedang menonton pertunjukan topeng monyet. Dia adalah Ji Zhumei. Putri ke enam keluarga Ji, anak dari istri ke empat. Ji Zhumei berusia lebih tua satu tahun dari Ryu.

"Hebat sekali. Aku tidak menyangka jika kau sekuat itu." ujarnya memuji, tapi penuh keangkuhan.

Ryu tahu dengan pasti seseorang yang benar benar memuji dan seseorang yang tidak. Apalagi Ji Zhumei menatapnya dengan tatapan sombong seperti itu, kata katanya hanya sebagai sampul dari keangkuhan.

Ji Zhumei berjalan mendekat dengan senyum percaya dirinya. Dia yakin Ryu pasti akan terpikat dengan kata kata yang terlalu baik darinya. Mengingat Ryu berasal dari kalangan bawah yang udik nan kampungan, "Yah, siapa yang menyangka kalau…"

Tanpa memperdulikan ocehan Ji Zhumei, Ryu langsung melewati wanita itu.

Mata Ji Zhumei membulat melihat Ryu melewatinya, 'Dia mengabaikanku?' pikirnya. Ji Zhumei berbalik badan melihat Ryu terus berjalan mengabaikan keberadaannya, "Kau!? Berani sekali sampah sepertimu mengabaikanku!?" ujarnya kesal. "Hei!?" lanjutnya sambil berteriak.

'Kenapa mereka terus berdatangan seperti lalat?' pikir Ryu merasa risih.

"Ha ha ha, adik Zhumei yang angkuh ini ternyata diabaikan oleh sampah!?" ejek Yuan Yu sembari berdiri dengan sempoyongan. Dia menatap lalang Ryu, 'Aku pasti akan membalasnya berkali kali lipat. Lihat saja nanti, Ji Meng Ryu!?' pikirnya penuh dendam.

"Humph!?" Ji Zhumei berlalu kesal meninggalkan Yuan Yu.

Tidak disangka ada seseorang yang memperhatikan pertarungan kedua Tuan muda Ji. Dia segera pergi setelah dirasa tidak ada yang bisa ditonton lagi.

...***...

Ruang kerja Ji Lanwei terlihat penuh dengan dokumen. Kepala keluarga Ji itu kini sedang mengurus berkas di meja kerjanya.

"Bagaimana hasih pengamatanmu?" tanya Ji Lanwei pada seseorang di balik tirai bambu.

"Tidak di sangka, putra ke tujuh yang memenangkan pertarungannya. Menutut penyelidikanku, puta ke tujuh tidak memperlajari pernafasan Tian Ji. Tapi dia hanya mempelajari pernafasan yang biasa di jual di pasaran. Menurutku, putra ketujuh memiliki bakat yang melebihi putra pertama." lapor seseorang berpakaian serba hitam dan bercaping.

Pernafasan Tian Ji adalah pernafasan keluarga Ji tingkat rendah yang biasa diperlajari anak haram atau anak paling bawah. Tapi pernafasan pasaran adalah tingkat yang lebih rendah lagi dari pernafasan Tian Ji.

Ji Lanwei melirik tirai bambu tersebut, "Anak yang tidak sopan itu memiliki bakat?" tanya Ji Lanwei. Tidak biasanya seseorang di balik tirai bambu memuji seseorang apalagi dari salah satu putranya. Karena biasanya orang dibalik tirai bambu tersebut tidak menyukai putra putrinya.

"Sepertinya dia sudah datang. Aku akan kembali lagi nanti." pamit orang tersebut sebelum menjawab pertanyaan Ji Lanwei.

Tok tok tok

"Masuklah."

Sraak

Masuk Ryu ke dalam ruangan.Ji Lanwei.

"Kau terlambat." kritik Ji Lanwei.

"……iya." jawabnya singkat. Sebab Ryu memang terlambat. Ia tersesat lebih dulu mencari ruang kerja Ji Lanwei.

"Katakan alasannya!"

"Aku tersesat." jawab Ryu singkat.

"Baiklah, karena alasanmu masuk akal. Melihat kau belum pernah ke ruang kerjaku."

"……"

"Alasanku memanggilmu adalah, aku ingin kau menjalankan misi rahasia dariku." ujar Ji Lanwei.

Alangkah terkejutnya Ryu mendengar dirinya mendapat misi dari kepala keluarga Ji.

"Aku akan memberimu teknik pernafasan Tian Ji. Jika kau berhasil dalam misimu, aku akan berikan teknik pernafasan Tian Lang dan uang. Bagaimana menurutmu?"

Pemimpin keluarga Ji menawarkan sebuah hadiah tak terduga. Pernafasan Tian lang, yaitu pernafasan tingkat menengah.

"Apa misinya?" tanya Ryu.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!