Bab 5. Hanya mimpi

Dalam dekapan selimut Ryu bengong karena ia terbangun di kamarnya. "Apa itu hanya mimpi?" tanyanya pada diri sendiri. "Tidak mungkin!? Tidak mungkin!? Tidak mungkin!? Tidak mungkin semua itu hanya mimpi!?" ujarnya mutlak.

"Itu benar, aku harus memanggil sistem." ujarnya yang teringat sistem. Ryu menghirup napas dalam dalam dan berpose keren untuk memanggil sistem, "Sistem… datanglah!?"

…………

…………

Ryu mengintip kecil didepannya yang tentu saja hanya udara kosong. "Sial, aku seperti orang tol*l." ujarnya malah kesal. Apa itu semua benar benar hanya mimpi? Padahal ia sudah senang karena mendapat hiburan di dunia lain.

Tapi jika semua itu mimpi, kenapa rasanya sangat nyata. Namun jika itu semua kenyataan kenapa sistem tidak muncul?

"Sial, aku akan membersihkan rumah saja." ujarnya tidak ingin mengingat ingat lagi.

Seperti hari harinya yang biasa Ryu membersihkan rumah. Diawali mencuci pakaian kotor, menyapu halaman, menyapu lantai dalam dan luar, mengepel lantai dan pekerjaan rumah lainnya.

Ryu ingat ibunya sangat suka dengan kebun buatannya yang Ryu tanam di luar jendela ibunya. Jadi ia ke sana untuk menyiram bunga bunga yang waktunya mendapat air. Tapi siapa sangka, saat Ryu kesana ada seseorang yang berdiri membelakanginya.

Mungkin Ryu hanya pernah bertemu dua kali dalam hidupnya. Pertama saat ia kecil, dan kedua ketika dirinya tidak sengaja bertemu. Dan sengarang, orang itu datang entah dengan maksud apa. 'Haah, kenapa baj*ngan itu harus kemari? Merepotkan.' pikirnya malas bercampur kesal.

Diam diam Ryu berbalik badan ingin menghindari seseorang yang membuat kesal.

"Aku tahu kau disana, jangan banyak tingkah dan kemarilah." perintah orang tersebut.

"Sial!?" gerutu Ryu agak keras agar mudah didengar.

Langkahnya yang ogah ogahan sangat terlihat bahkan hanya sekilas pandang. Seseorang yang dihampiri oleh Ryu adalah kepala keluarga Ji, yaitu Ji Lanwei. Pria brengsek yang menelantarkan ibunya bertahun tahun.

Menatap matanya pun malas, Ryu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku tidak menyangka kau sudah sebesar ini." ujar Ji Lanwei.

"……" Ryu malas menjawabnya. Jadi ia memutuskan hanya mendengarkan saja dan menjawab seperlunya.

"Berapa umurmu?"

"14."

"Empat belas? Kenapa kau kecil sekali? Dan kurus?" tanya Ji Lanwei.

'Tentu saja aku kecil, kau tidak memberiku makan!?' pikir Ryu kesal. Ia makan dengan bekerja, dan uangnya selalu ia beli makanan. Apa pria itu pikir seseorang dapat gemuk hanya dengan sepotong daun? Untungnya Ryu telah menjadi kultivator jadi tidak terlalu memerlukan makanan.

"Ya, begilah." jawab Ryu seadanya. Begitulah dirinya, kecil, kurus dan kering. Ryu berencana akan menumbuhkan beberapa otot. Setelah melihat tubuh Feng Ryu di dalam mimpinya, ia jadi iri ingin tubuh ideal seperti itu. Apalagi kalau dilihat lihat wajahnya juga tidak jelek jelek amat.

"Kapan, wanita itu meninggal?" tanya Ji Lanwei yang kini mendapat pendelikan dari Ryu.

"Wanita itu? Siapa yang anda maksud? Disini tidak ada wanita lain selain ibuku yang sudah meninggal. Oh?! Aku mengerti, apa kepala keluarga Ji yang terhormat ini baru menikahi wanita lain dari jalanan? atau dari rumah bordil? Tapi kenapa menanyakannya disini? Dimana dia? Aku penasaran dengan wanita mana Kepala keluarga Ji memasukkan kejantanan_"

"TIDAK SOPAN!? APA SEPERTI INI SIKAP TUAN MUDA DARI KELUARGA TERHORMAT?! SEPERTI IBUMU YANG DARI RAKYAT JELATA TIDAK MEMILIKI ETIKA!?"

Ryu mengepal erat dengan rahang mengeras, "LALU APA BEDANYA DENGAN KALIAN YANG MEMPERLAKUKAN KAMI SEPERTI ANJING? DASAR KELUARGA SAMPAH_"

PLAK!?

Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Seketika itu pipi yang ditampar merah seperti terbakar, keluar darah dari hidungnya. Tentu saja, ini tamparan seorang kultivator. Meskipun hanya sedikit tenaga tapi tidak menjamin tidak keluar darah. Apalagi tamparan dari kepala keluarga Ji yang ranahnya jauh ke atas.

Bahkan Ryu sempoyongan mendapat tamparan itu.

"Jernihkan pikiranmu. Setelah itu datanglah ke ruang kerjaku di kediaman utama." setelah mengatakan itu Ji Lanwei pergi tanpa mengatakan sepatah kata lagi.

Setelah benerapa saat kepergian Ji Lanwei, Ryu mengusap.darah yang keluar dari hidungnya. " 'Jernihkan pikiranmu, setelah itu datang ke ruang kerjaku' Hah!? Apa dia pikir aku akan datang? Jangan mimpi!?" Ryu memegang pipinya yang ditampar. Rasanya sangat perih seakan akan pipinya robek. "Auw… ini sangat sakit." eluhnya.

Meskipun dirinya mengatakan tidak akan pergi dan jangan mimpi, ia tidak bisa mengelak dari perintah kepala kwluarga. Ada hukum di keluarga Ji, siapapun yang tidak mematuhi kepala keluarga maka dia akan di cambuk seratus kali. Mau tidak mau Ryu harus pergi ke kediaman utama.

"Kurasa bajuku sudah kering, aku akan pakai yang itu saja." ujarnya sembari berjalan menuju jemuran. Sebenarnya ia hanya memiliki dua baju. Jika yang satu di pakai, maka yang satu di cuci. Baju yang ia pakai saat ini kotor terkena sedikit darahnya. Tidak mungkin ia datang dengan darah di bajunya. Karena penghuni penghuni di kediaman utama pastinya akan memperhatikannya. Dirinya sangat benci perhatian yang tidak perlu.

...***...

Seperti yang di harapkan Ji Lanwei, Ryu datang ke kediaman utama. Tentunya suasana si kediaman utama sangat berbeda dengan kediaman tua Ryu. Disini ada banyak pelayan dan penjaga. Ada juga para prajurid keluarga Ji yang berlatih di aula latihan.

Ryu berjalan memasuki kediaman utama. Sebagian orang bingung dengan Ryu karena mereka baru melihat wajahnya. Dirinya tampak asing di mata para pelayan dan penjaga. Karena ia baru pertama kali menginjakkan kaki lagi setelah tujuh tahun.

"Apa dia kultivator baru yang di dukung kepala keluarga?" tanya seorang pelayan muda.

"Oh iya, kau pasti belum tahu. Tapi dia adalah Tuan muda ke tujuh dari kediaman barat." jawab seorang pelayan tua.

"Kediaman barat? kediaman tua yang ada di paling ujung wilayah keluaman utama? Aku pikir tidak ada siapapun yang menempati kediaman tua itu. Karena melihatnya saja sduah seperti rumah hantu. Tapi tidak disangka ada yang tinggal di sana. letaknya juga yang paling jauh, ada urusan apa beliau kamari?"

"Mana aku tahu. Tapi dia pasti di panggil kepala keluarga Ji. Haiss, sungguh malang.…"

"Kenapa?"

"Aku dengar ibu dari tuan muda ketujuh baru saja meninggal kemarin. Tapi tidak ada satupun anggota keluarga yang datang berbela sungkawa padanya."

"Astaga, itu sangat jahat!?"

"Huss, jangan terlalu keras!? Jika kau ketahuan mencela mereka, kau tidak akan selamat."

Ryu melanjutkan langkahnya. Tidak disangka ternyata ada yang kasihan pasanya. Tapi apa mereka tahu? Dirinya tidak butuh kasihan mereka saat ini. Lagipula tidak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka hanya perlu tidak memperhatikannya saja itu sudah cukup.

"Hah? Kenapa sampah ini bisa ke kediaman utama?" seru seseorang.

Saat melihat siapa orangnya ternyata dia Ji Yuan Yu.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!