Dua tahun kemudian
"Gilaaa!? Aku berhasil menembus Zhuji puncak!?" seru Ryu senang bukan kepalang. "Ibu pasti akan senang!? Aku harus memberitahunya!?" Ryu berdiri mengibaskan bajunya yang kotor. Ia berlari sambil membawa beberapa mantou didalam kantong kertas.
Beberapa ranah awal kultivator pemula dan menengah:
Lianqi
Juyuan
Zhuji
Bigu
Jindan
Yuanying
Chuqiong, dan terakhir…
Dujie
Semua itu di awali dengan awal, menengah dan puncak. Sedangkan batas batas yang melewati dujie sudah bukan tingkatan yang bisa di capai manusia biasa. Perlu bakat sejati dan keberuntungan besar mencapainya. Ranah yang tiga terakhir sangat sulit di capai. Bahkan mencapai satu ranah sebelum mati adalah sebuah keberuntungan.
Transcended
Legendary of transcended
Grande transcended
Saat seseorang mencapai ranah transcended, dia akan merasa ranah ini tidak ada ujung untuk di capai. Sebab setiap naik dan menembus tingkat, makan akan ada tingkat lain yang lebih tinggi. Tidak ada ujung dan tidak terbatas. Karena itu biasanya kultivator hanya bisa mencapai transcended sampai akhir hayat mereka. Karena dua ranah lainnya sudah pasti tidak akan mungkin dicapai.
Ji Meng Ryu berhasil menembus ranah Zhuji hari ini, tepat di usianya yang ke empat belas tahun. Itu usia yang sangat muda untuk menembus ranah Zhuji. Jika dunia seni bela diri tahu, sudah pasti mereka akan menyebutnya jenius bela diri. Tapi tidak, ia tidak mengatakan pada siapapun tentang bakatnya ini. Karena Ryu tidak menyukai hal yang merepotkan.
Ia tahu, kalau ia mengatakan bakatnya pada keluarga Ji mereka akan menyanjung serta mendukung sepenuhnya. Dirinya akan di junjung menjadi salah satu putra terhormat keluarga Ji. Semua orang akan memujinya dan mendekatinya. Harta kekayaan tidak perlu diragukan.
Tapi Ryu tidak membutuhkan kepalsuan. Ia akan mendapatkan semua itu dengan caranya sendiri. Meskipun orang lain mencelanya sebagai orang bodoh, tapi ia akan tetap berjalan di jalannya sendiri.
"Ibu? Aku punya kabar gembira!?" seru Ryu memasuki kamar ibunya. "Ibu?" namun ibunya masih tidur. Tidak biasanya ibunya masih terlelap di jam segini. Ryu menggoncang sedikit tubuh ibunya, "Ibu, apa ibu baik baik saja?" tanya Ryu lembut.
"Ah, Ryu kau sudah pulang? Apa ibu ketiduran?" ujar Shi Xuan bangun.
"Ya." Ryu tersenyum lega, ternyata ibunya hanya ketiduran.
"Ibu aku punya kabar gembira, hari ini aku berhasil menembus Zhuji !? Apa ibu senang?" ujar Ryu penuh semangat.
"Benarkah? Ya ampun, di usiamu sekarang kau sangat berbakat Ryu. Ibu sangat senang mendengarnya."
Ryu tersenyum senang mendengar ibunya senang.
"Ryu, tadi ibu bermimpi." ujar Shi Xuan.
"Mimpi?"
"Ya, mimpi yang indah. Ibu bermimpi berada di padang bunga yang cantik. Di sana kaki ibu masih bisa berjalan, dan disana ibu menjadi gadis yang cantik. Kau tahu Ryu, itu adalah mimpi yang indah. Ayo kita ke padang bunga sekali kali. Disana…"
Ryu hanya mendengarkan ibunya bercerita. Hari ini ibunya sangat suka bicara. Tidak biasanya dia bicara panjang lebar begini.
"Ryu…" panggil ibunya. Dia tersenyum sangat cantik. Mata birunya, dan rambut hitamnya, kulit putihnya, dia membelai pipi Ji Meng Ryu dengan sangat lembut. "Kau adalah anak laki laki ku yang paling kusayangi. Aku sangat beruntung dapat melahirkanmu ke dunia ini. Ryu…tetaplah berjalan di jalanmu meskipun orang lain menggapmu bodoh. Jadilah orang baik yang tidak mudah dibodohi Ryu…" Shi Xuan mendekatkan kepala Ryu padanya.
Cup
Dia mengecup kening putranya. Senyumnya sangat lembut, tapi Ryu bingung mengapa Shi Xuan bersikap seperti ini.
"Ibu, apa terjadi sesuatu?" tanya Ryu khawatir.
"Tidak ada apapun yang terjadi."
"Lalu kenapa…tunggu!? Aku dengar seseorang yang akan meninggal banyak bicara. Apa jangan jangan…"
bletak!?
Shi Xuan menjitak kepala Ryu keras. "Anak ini, apa kau pikir ibu akan segera meninggal?" tanya Shi Xuan kesal.
"Uugh, Tidak, maksudku………ya." sejujurnya dirinya memang berpikir begitu. Karena itu ia takut sendirian. Karena seseorang yang meninggal pastinya tidak akan kembali lagi.
Shi Xuan tersenyum tipis melihat wajah murung Ryu, "Jangan khawatir, Ryu. Meskipun ibu meninggal, ibu yakin kau tidak akan sendirian." ujarnya.
Ryu menatap Shi Xuan yang bicara enteng tentang kematian, "Jangan bicara hal menyeramkan bu." ujarnya.
Sepertinya takdir sedang mempermainkannya. Pada saat malam hari yang dipenuhi hujan petir, Ryu berdiri menghadap kuburan yang baru selesai dibuat. Dirinya baru saja selesai memakamkan ibunya yang meninggal. Ibunya adalah orang yang baik, dan orang baik akan selalu lebih mendahului. Di hari pemakaman ini, tidak satupun dari keluarganya yang datang untuk berbela sungkawa.
Semuanya Ryu yang menyiapkan. Untunya ia ada sedikit uang, tidak apa apa kelaparan beberapa hari asalkan ia bisa memakamkan ibunya. Keluarga ini busuk, mereka busuk dari akar akarnya. Ryu bahkan ragu ayahnya yang baj*ngan itu tahu istrinya meninggal. Melihat tidak ada satupun dari mereka yang datang. Dirinya juga tidak mengharapkan kedatangan mereka.
"Mati saja kalian!?" gerutunya mengandung kebencian. Ryu ambruk ke bawah, mengelus tanah makam dengan pandangan sayu. Tidak, ia tidak ingin menangis sambil berteriak teriak. Dirinya juga tidak ingin menjadi sosok kesepian hanya karena ditinggal orang terkasih.
Tangannya mengepal erat, bohong jika ia tidak sedih. Sekarangpun air matanya bercampur air hujan yang membasahi wajahnya. Ia menjatuhkan wajahnya ke atas tanah, menahan tangis yang terisak.
...***...
Dalam keadaan basah kuyup, Ryu pulang ke rumahnya yang gelap gulita. Rasanya tidak ada semangat untuk menyalakan satu pelita pun. Tapi bagaimana lagi, ia tidak bisa berjalan sambil menabrak tiang setiap kali melangkah, kan?
Setelah selesai menyalakan pelita, Ryu mengganti baju basahnya dengan yang kering. Ia duduk duduk di kamar ibunya, mengingat setiap kenangan bersama yang mereka lakukan. Ibunya meninggal di umur yang sangat muda, 29 tahun. "Sial, kenapa tidak orang orang brengsek itu saja yang mati? Aku yakin sekarang mereka sedang menikmati miras dan wanita di kamar mereka." gerutunya.
Ryu berbaring merasakan kehangatan yang tersisa di tempat tidur Shi Xuan. "Meskipun aku berbakat, tapi tidak ada siapapun guru atau master terkenal yang ingin mengangkatku sebagai murid. Mereka lebih mementingkan uang dan reputasi dari pada bakat. Kurasa aku akan mati sendirian sebagai pecundang." ujarnya sembari menatap langit langit kamar. Mengingat dua tahun ini ia sudah banyak mengajukan diri sebagai murid dan menunjukkan kultivasinya pada master ternama, mereka hanya berkata 'Aku tidak menerima sampah.' bahkan ada yang tidak mengatakan apapun dan langsung pergi tanpa melihat keberadaan Ryu.
"Aku berharap orang orang brengsek itu mati tersambar petir bersama miras miras mereka." sambungnya mengutuk keluarga Ji dan orang orang yang menganggapnya tidak ada.
Yah, setiap hari Ryu selalu mengutuk keluarga Ji. Tapi tidak ada apapun yang terjadi tuh? Mungkin ia perlu belajar menjadi dukun di perguruan hitam. Tentu saja ia tidak ada niat untuk itu.
Melepaskan penatnya, Ryu menutup matanya. Pas sekali malam ini hujan, ia jadi lebih mudah tidur dengan adanya suara hujan dan petir. Dirinya memang agak lain.
Hanya dalam hitungan detik Ryu sudah terlelap tidur. Mungkin dengan banyaknya kegiatannya hari ini mengurus pemakaman Shi Xuan ia sangat kelelahan.
Ketika memasuki alam mimpi, Ryu mendengar suara seorang wanita bersuara datar.
...[Nama host: Ji Meng Ryu...
...Umur: 14 tahun...
...Pengalaman travel: Tidak ada...
...Host Ji Meng Ryu selamat datang di sistem mimpi. Minimnya pengalaman host akan di transfer ke dunia kecil...
...Mengundi dunia kecil…...
...Mendapatkan dunia kecil...
...Host akan di transfer ke dunia kecil Yinyang]...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments