Angin dingin yang bertiup dari luar membangunkan Adhi dari tidurnya. Setelah Feli keluar dari kamarnya, Adhi merasa tenang dan tertidur begitu saja. Melupakan waktu yang berharga untuknya. Dia membuka mata dan masih tidak melihat siapapun di dalam kamarnya. Lalu, siapa yang dari tadi menghembuskan angin dari luar ruangan? pikirnya. Saat dia ingin memanggil perawat, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Tidak tahu kenapa, Adhi memejamkan matanya, dan berpura-pura tidur.
"Apa Tuan Adhitama masih tidur?"
"Sepertinya"
Suara siapa itu yang menjawab pertanyaan perawat? Sepertinya dia pernah mendengar suara itu.
"Sudah lewat satu hari sejak operasi Tuan Adhitama. pasti dia lapar sekali sekarang"
"Apa seharusnya dia makan?"
"Iya. Tapi, mungkin pengaruh obat bius yang kami berikan tadi pagi terlalu kuat"
"Kenapa diberikan obat bius lagi?"
"Tuan Adhitama yang meminta. Mungkin rasa sakit di kakinya muncul setelah pengaruh obat bius yang semalam hilang"
"Oh, begitu"
Adhi kini tahu suara siapa yang menjawab pertanyaan perawt. Itu adalah wanita yang tadi membuat masalah dengannya. Teman Kenzo. Untuk pa wanita itu datang kemari lagi?
Saat Adhi sibuk dengan pikirannya, wanita itu kembali melanjutkan obrolan dengan perawat.
"Mba ini siapanya Tuan Adhitama? Kelihatannya khawatir sekali"
"Oh, saya ... bukan siapa-siapa"
"Kok dari tadi nemenin Tuan Adhitama disini?"
"Saya? Nemenin? Bukan. Saya ada urusan yang harus diselesaikan dengan Tuan Adhitama"
"Oh gitu. Saya pikir mba ini pacarnya Tuan Adhitma. Saya baru aja mau tanya, kok bisa dapet pacar seganteng itu?"
Perawat dan wanita itu tertawa bersama, membuat Adhi menjadi objek pembicaraan mereka. Karena kesal, dia mulai membuat gerakan agar wanita dan perawat yang ada di depan pintu itu sadar objek yang mereka bicarakan telah bangun. Serta dapat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
"Oh, itu Tuan Adhitama sudah bangun. Saya akan mengambil makanan dan segera memanggil dokter untuk memeriksa"
"Iya, terima kasih"
"Itu kan sudah tugas saya mba"
Ambar baru saja selesai sholat maghrib saat melihat ada gerakan dari arah ranjang tempat cowok bule itu tertidur. an baru Ambar tahu kalau laki-laki itu sudah tidur sejak pagi tadi, mungkin selepas Feli pergi dari kamar ini. Ambar mendekat ke arah ranjang dan bertemu mata dengan orang yang membuatnya tidak enak hatti seharian ini.
"Apa Anda baik-baik saja?" tanyanya berusaha membuat suasana tidak terlalu canggung. Cowok bule itu sama sekali tidak menjawab ataupun merespon apa yang dikatakan oleh Ambar. Mungkin karena masih marah dengan apa yang tadi Ambar katakan. Sebelum perawat datang lagi ke kamar ini, sebaiknya dia segera mengutarakan kata-kata yang dari tadi mengganjal di hatinya.
"Saya merasa bersalah telah menyinggung perasaan Anda. Seharusnya saya tidak melakukan itu. Dan ... saya minta maaf"
Sudah. Akhirnya Ambar sudah selesai mengatakan semuanya dan menunggu reaksi Bos Kenzo. tapi ... reaksi yang diharapkannya tidak kunjung muncul. Jadilah Ambar melihat ke arah cowok bule itu dan kecewa. Sepertinya, Bos Kenzo ini masih sakit hati karena ucapannya. Yah, itu pantas saja.
"Kalau begitu, saya akan pergi. Sekali lagi ... saya minta maaf kalau ucapan saya menyakiti hati Anda. Semoga Anda cepat pulih" kata Ambar lalu berjalan ke arah pintu.
Belum sempat dia keluar, pintu kamar terbuka dan rombongan dokter masuk ke dalam kamar. Tidak lupa perawat yang tadi bicara dengannya, membawa senampan makanan.
"Selamat malam Mba. Saya dengar Tuan Adhitama sudah bangun" Ambar bingung karena diajak bicara oleh dokter tentang orang yang masih kesal padanya.
"Iya. Saya harus pergi dulu"
"Saya harus bicara dengan keluarga pasien juga nanti"
"Tapi ... saya bukan ... "
Sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dari arah ranjang.
"Dia bukan keluargaku. Kalau mau bicara, bicara saja padaku" kata cowok yang dari tadi diam saat Ambar meminta maaf.
"Oh begitu. kalau begitu saya mohon maaf" kata dokter sepertinya merasa aneh.
"Tidak apa-apa. Saya juga mau pergi sekarang"
Ambar keluar dari kamar yang penuh dengan orang dan merasa kecewa. Padahal dia sudah memberanikan diri untuk pergi kemari dan meminta maaf. Tapi balasan yang dia dapatkan ternyata mengecewakan. Bukannya cowok yang ada di atas ranjang itu berumur lebih tua dari dia? Kenapa tingkahnya lebih mirip anak kecil yang ngambek? Daripada Ambar merasa lebih kesal, dia lebih baik pulang saja.
Adhi mendengar semua penjelasan dokter tentang keadaannya sekrang. Yang hanya bisa ditangkapnya hanyalah tulang kakinya retak. Pergelangan tangannya juga retak karena benturan. Kesehatan dan fungsi anggota tubuhnya akan segera kembali saat dia rajin beristirahat. Sesuatu yang tidak akan bisa dia lakukan dengan senang hati.
"Setelah seminggu, Anda akan segera bisa beraktivitas lagi seperti biasa. Meskipun gips yang ada di kaki Anda masih terpasang"
"Aku ingin segera keluar dari rumah sakit. Dan lakukan apa saja untuk membuat itu terjadi!"
"Baik Tuan. Kami akan mengusahakan secepatnya Anda dapat keluar dari rumah sakit ini"
Akhirnya Adhi merasakan kedamaian setelah semua dokter dan perawat keluar dari kamarnya. Tapi, kenapa masih ada satu perawat yang belum keluar?
"Maaf Tuan, saya datang mengantar makanan untuk Anda"
kata perawat itu dan menunjuk nampan yang diletakkannya dia atas meja.
"Ya" jawab Adhi singkat, ingin perawat itu ikut keluar dari kamarnya.
"Tapi, sebaiknya saya membantu Anda. karena Anda belum bis turun dari ranjang"
"Keluar!!!" teriaknya mengejutkan perawat tua itu.
"Wah, masih muda tapi tidak sopan dengan orang tua"
Tidak tahu darimana asalnya. Wanita yang dikira Adhi pergi dari kamarnya sejak tadi masuk kembali dengan langkah yang ringan. Juga tidak segan mengomentari apa yang dilakukannya pada perawat.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya tidak mendapat tanggapan. Wanita itu berhadapan dengan perawat tua itu dan tersenyum.
"Saya akan pastikan dia makan. Nanti saya akan mengabari ibu kalau makanannya sudah habis"
"Oh iya mba. Saya keluar dulu"
Beraninya ... beraninya wanita ini mengatakan sesuatu yang tidak bisa dia pertanggung jawabkan.
Adhi melihat wajah tegas teman Kenzo perlahan menoleh padanya. Sama sekali tidak ada rasa bersalah seperti yang dikatakan wanita ini tadi padanya.
"Untuk apa kau kemari lagi?" tanya Adhi kesal.
"Saya kemari untuk minta maaf"
"Aku sudah mendengarnya"
"Baguslah kalau begitu. Sekarang lebih baik Anda makan"
Wanita itu dengan cekatan membawa meja untuk makan ke hadapan Adhi lalu meletakkan nampan penuh makanan di atasnya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Saya meletakkan makanan di depan Anda. Anda tidak bisa melihatnya?"
"Aku tidak butuh bantuanmu"
"Memang siapa yang mau membantu Anda?"
"Kau ... "
Ketegangan antara keduanya berhenti sejenak karena wanita yang ada di depan Adhi terlihat menarik napas panjang secara berulang kali.
"Saya akan menunggu sampai Anda menghabiskan makan lalu segera pergi dari sini"
"Sekarang pergilah dari sini!!!"
"Tidak. Saya akan tetap disini sampai Anda menghabiskan makanan itu"
Adhi belum pernah melihat seorang wanita yang memiliki kepala sekeras wanita ini. Rea yang merupakan teman Feli saja tidak pernah berdebat dengannya. Tapi wanita ini, membuatnya kesal setengah mati. Ingin sekali dia melempar nampan makanan ini ke arah wanita itu. tapi sepertinya hal itu terlalu kejam. Adhi memilih untuk makan dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments