"Berhentilah berteriak!!" kata laki-laki yang ada di depan kamar itu membuat Ambar menutup mulutnya. Dia tidak pernah tahu kalau ada seseorang di apartemen ini. Kenzo juga tidak mengatakan apapun tentang laki-laki ini. Dan lagi, kenapa wajah bos Kenzo tampak seperti vampir yang kekurangan darah? Pucat sekali.
"Maaf, Bos. Saya tidak tahu kalau Anda ada disini"
"Siapa yang menyuruhmu kemari?"
"Kenzo"
"Sial"
Ambar terdiam karena mendengar umpatan yang keluar dari laki-laki di depannya. Padahal, Ambar pikir, laki-laki ini tampak sangat terhormat. Ternyata ... .
Laki-laki itu berjalan dengan badan yang goyah ke arah lemari es dan mencari air minum. Di dalam kulkas itu, Ambar hanya dapat melihat botol air dan tidak ada lainnya.
"Maaf, Pak. Saya hanya membantu Kenzo membersihkan apartemen karena dia harus pergi wawancara kerja"
"Wawancara kerja?"
"Iya, saya akan menyelesaikan bersih-bersih dengan cepat lalu segera pergi"
"Kenzo. Apa dia kemari semalam?"
Wah, kalau Ambar ditanya seperti itu, dia juga tidak tahu. Kenzo tidak mengatakan apapun dan hanya menyuruhnya membantu membersihkan apartemen.
"Apa Anda ingin saya pergi sekarang?" tanya Ambar takut mengganggu istirahat orang. Tapi laki-laki dengan bau busuk menusuk hidung itu menghalanginya pergi.
"Kau yang membersihkan semua ini?"
Ambar harus menutup hidung dan mulutnya dengan tangan karena tidak tahan dengan bau menusuk yang keluar dari kata-kata orang ini. bagaimana bisa laki-laki dengan penampilan terhormat yang dilihatnya malam itu berubah menjadi seperti ini?
"Kenapa kau menutup hidungmu?" tanya Bos Kenzo lagi, membuat Ambar tidak dapat bernapas.
Tiba-tiba saja, laki-laki itu memegang pergelangan tangan Ambar dan menariknya. Tentu saja, secara reflek Ambar memukul laki-laki yang memegangnya tanpa permisi itu. Sebuah tamparan di pipi pucat itu menggema begitu keras di apartemen ini.
"Maaf, Bos. Reflek" kata Ambar berusaha meminta maaf tapi laki-laki itu masih memegang erat pergelangan tangan kirinya. Ambar berusaha keras untuk melepaskantangannya, tapi tidsak berhasil. Tangan laki-laki ini sungguh kuat.
"Kau berani menamparku??"
'Waduh, bos Kenzo marah. Gimana nih?' Ambar begitu sibuk melihat perubahan wajah laki-laki di depannya dan tidak memperhatikan kalau ada sofa di dekatnya berdiri. Ambar ingin mundur sedikit lalu merasa tidak seimbang dan terjatuh ke arah belakang. Membawa laki-laki itu terjatuh bersamanya karena tangan mereka terpaut satu sama lain. Ambar merasakan badan besar, tinggi dan berat itu menekan dada dan tubuhnya. Berat sekali hingga Ambar kesulitan untuk bernapas.
Dia membuka mata lalu terkejut dengan wajah pucat tapi tampan yang ada tepat didepannya. Merasa sangat ketakutan karena kejadian yang baru saja terjadi, Ambar segera menggerakkan tubuhnya dan membebaskan diri dari tekanan tubuh laki-laki itu. Dan akibatnya, badan besar laki-laki itu terjatuh dengan keras ke arah lantai.
"Apa yang kau lakukan?!?!" teriak laki-laki itu kedengarannya marah. Bagaimana bisa tidak marah kalau badannya terjatuh dengan keras ke lantai. Ambar merasa sangat ketakutan dengan laki-laki yang perlahan bangkit dari lantai itu.
"Maaf, Bos. Reflek. Lagian, ngapain jatuh ke atas badan saya"
Jawaban Ambar rupanya menambah kemarahan laki-laki itu dan mencondongkan tubuh ke arah sofa. Mengurung Ambar di dalamnya. Tapi herannya, dia tidak merasa takut sekarang. Hanya tidak tahan dengan bau menusuk yang masuk ke dalam hidungnya.
"Kau berani sekali menampar dan menjatuhkanku?"
Duhhh, Ambar tidak tahan lagi dengan bau menjijikkan ini. Dia menatap kembali laki-laki itu dan menunjukkan kebencian di wajahnya.
"Bisa gak sih Bos sikat gigi sama mandi dulu? Bau banget tau gak?!?"
Laki-laki di depannya terkejut dan segera berdiri lalu merasa seddikit ragu pada kebersihan dirinya sendiri. Ambar juga segera mengambil jarak terjauh dari laki-laki yang sedang memperhatikan dirinya sendiri itu.
"Kau" kali ini Bos Kenzo menunjuk kearahnya.
Lalu, seperti penyelamat, Kenzo masuk ke dalam dan melihat Ambar menempel di dinding dengan Bos yang menunjuk kearahnya.
"Bos, kenapa?"
Ambar merasa tertolong sekali dengan kedatangan Kenzo. Dia bahkan ingin memeluk temannya itu, tapi tidak boleh.
"Wanita itu!!" Bos Kenzo masih marah dan menunjukkan jarinya ke arah Ambar.
"Saya yang meminta tolong ke Ambar untuk membersihkan apartemen Bos. Apa ada yang salah?"
Kenzo menoleh ke arah Ambar, ingin mencari jawaban pada pertanyaannya. tentu saja Ambar menggeleng keras. Saat Kenzo menatap Bosnya kembali, amarah laki-laki itu rupanya agak mereda.
"Jangan memasukkan siapapun seenaknya ke dalam apartemenku!" teriak Bos Kenzo lalu masuk ke dalam kamarnya, membawa semua bau menusuk itu bersamanya.
Ambar akhirnya bisa bernapas lega.
"Emangnya ada apa?" tanya Kenzo penasaran. Bagaimana bisa Ambar menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi pada temannya itu. Dia sudah menampar dan menjatuhkan Bos temannya lalu mengatakan kalau laki-laki itu bau. Bisa-bisa Kenzo marah padanya.
"Gak ada apa-apa. Kamu kan udah disini, aku pulang dulu ya, mau kuliah"
Ambar mengambil tas dan jaketnya lalu berlari keluar dari apartemen Bos Kenzo seperti dikejar anjing. Dia merasa lelah saat berada di angkot yang membawanya pulang.
Adhi melepas semua pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Dia menyalakan air paling deras dan mengguyur semua badannya. Dia merasa terhina karena wanita tadi menyebutnya bau. Dengan gerakan yang agak kasar, dia menggosokkan sabun ke semua bagian badannya tanpa terkecuali.
"Bos, apa Anda di dalam?" tany Kenzo dari arah kamarnya. Dia tidak ingin menjawab dan tetap membersihkan dirinya. Setelah lima belas menit, dia keluar seperti orang yang baru. Begitu segar, basah dan tampan. Dengan bulir-bulir air yang menetes dari rambut hitamnya ke arah dada bidang hasil latihan renangnya selama ini. Sayangnya, yang melihatnya hanyalah Kenzo.
"Apa yang kaulihat?" tanyanya.
"Akhirnya, Bos mandi juga"
"Omong kosong"
"Tapi, apa yang Bos katakan pada Ambar? Kenapa dia pergi seperti ketakutan?"
"Kau yang memasukkan orang tanpa ijinku"
"Saya kan harus wawancara kerja. Apartemen ini juga kayak kandang babi"
"Apa katamu? Keluar!!"
Adhi kembali merasa kesal. Tapi kini dia tahu nama wanita yang membuatnya kesal setengah mati.
Setelah mengenakan pakaiannya, Adhi kembali menjadi seorang tuan muda yang tampan dan keren. Dia keluar dan melihat kembali apartemennya. Ternyata wanita bernama Ambar itu melakukan pekerjaannya dengan baik. Hanya saja wanita itu tidak dapat mejaga mulutnya. Kalau di antara teman-temannya, ada Rea yang bertugas mengatakan kenyataan tanpa harus menjaga perasaan orang lain.
"Silahkan makan Bos" kata Kenzo lalu menata makanan yang dibelinya di meja makan.
"Aku dengar kau wawancara kerja hari ini. Dimana?"
"Sebuah restoran, tapi masih dipertimbangkan untuk menjadi pelayan. Bos tahu sendiri kalau pendidikan saya ... "
Ya, Adhi tahu kalau Kenzo tidak menyelesaikan SMU-nya. Tapi anak ini memiliki keinginan untuk bekerja sangat keras, dan Adhi menyukai hal itu.
"Aku akan membuka sebuah cafe. Kau bisa tetap bekerja denganku"
"Apa? Bener Bos?"
"Aku akan menyelesaikan urusanku di London. Sebulan lagi kita bertemu"
"Baik, Bos. Terima kasih, Bos"
Adhi akan mencoba untuk berbisnis lagi, dan mencoba melupakan perempuan yang sedang tersenyum karena bertunangan dengan kakaknya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments