Semua anak di kelas melihat ke arah Ambar yang sebenarnya tidak suka bicara dan galak itu. Tapi Ambar tidak peduli. Dia sudah muak dengan semua rayuan yang diucapkan para anak laki-laki maupun guru ditujukan untuk kedua sahabatnya. Semua menyanjung mereka berdua karena kecantikan, kepandaian dan yang paling penting kekayaan. Ambar tahu nasibnya tidak akan mungkin sama seperti kedua sahabatnya itu. Dia jelek, gendut dan miskin. Belum lagi masa depan tidak menentu yang menyambutnya setelah lulus dari SMU. Semua pemikiran ini membuatnya kesal sekali dan akhirnya meledak.
"Hei gendut" jawab Kenzo yang belum juga pergi dari hadapan Feli, Rea dan Ambar.
"APA?? LO TULI?? BELOM PERGI JUGA???" teriak Ambar lagi mengejutkan semua anak. termasuk kedua sahabatnya.
"Dasar gendut, jelek. Aku heran gimana kamu bisa jadi temen kedua bidadari ini. Pasti kamu pake pelet" ucap Kenzo yang membuat Ambar semakin kesal. Tapi ... sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, wajah Kenzo terdorong keras ke belakang sampai badannya jatuh ke lantai. Kenzo juga mulai merintih kesakitan saat kakinya diinjak oleh seseorang.
"Apa??? Berani kau ngatain sahabat gue!!" teriak Rea dengan gaya gangster.
"Iya!!! Dasar anak kecil!!! Sampe kapan aku harus bilang kalo aku gak mau pacaran sama elo. F*****G S**T" nada sopan tapi kata-kata yang sangat kasar keluar dari putri sejati. Feli ternyata bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu\, membuat Ambar kaget.
Rupanya bukan Ambar saja yang kaget, anak laki-laki yang terbaring di lantai itu juga terpaku dan menahan sakit di pergelangan kakinya. Bocah kelas dua itu pasti tidak mengira kalau putri sejati yang dia sukai selama ini bisa mengeluarkan kata-kata kasar dari mulut manisnya. Dan injakan kaki kecil dan indah itu pasti sangat menyakitkan karena bibir bocah laki-laki itu berkumpul di tengah dan tertutup rapat. Ambar maju ke arah kedua sahabatnya dan menarik kaki Feli yang panjang itu.
"Sudah, dia bisa lumpuh nanti" kata Ambar berusaha menenangkan sahabatnya. Dia juga memberi isyarat agar Kenzo segera pergi dari kelas ini agar tidak mengalami kejadian yang lebih mengejutkan.
"Dasar anak kecil bodoh!!" teriak Rea saat Kenzo pergi
"Sudah, Rea. Sudah ada bel masuk. nanti ketahuan guru"
Bujukan Ambar berhasil. Kedua sahabatnya yang sedang menahan emosi akhirnya duduk di bangkunya masing-masing dan tenang selama guru matematika dalam perjalanan. Tapi begitu Pak Guru masuk ke dalam kelas, Ambar, Feli dan Rea tertawa bersamaan. Dan seperti di komando, semua anak di kelas 3 IPS 4 tertawa bersama mereka. Membuat Pak Guru yang tidak tahu apa-apa kebingungan.
Pulang sekolah ketiga sahabat itu makan di sebuah restoran makanan cepat saji dekat sekolah.
" Ini adalah tanda terima kasihku kepada kalian karena sudah mengusir Kenzo keras kepala itu" seru Feli seperti mengalami kebebasan hidupnya. Ambar dan Rea hanya bisa melihat temannya yang sedang tersenyum cantik dan membuat banyak orang memusatkan perhatian padanya. Terpaksa Ambar menyudahi acara bersyukur Feli dengan alasan lapar. Mereka bertiga makan bersama dan membicarakan semua kejadian hari ini dengan bahagia.
Kehidupan sekolah mereka berjalan menyenangkan sampai akhirnya Ujian Akhir Sekolah berlangsung. Feli dan Rea yang dibantu belajar dengan tutor serta Ambar yang belajar sendiri mati-matian bisa menyelesaikan ujian dengan baik. Tapi ... Ambar belum bicara apapun tentang keputusannya untuk tidak melanjutkan pendidikan lagi.
"Akhirnya!!!!! selesai!!!" teriak Rea lalu membuang semua soal-soal latihan dari tutornya Dan semua anak mengikuti jejaknya. Ambar sendiri tidak melakukannya dan terdiam di bangkunya.
"Kenapa Mbar? Sejak ujian kamu kok gak semangat?" tanya Feli. Ambar lalu tersenyum dan berusaha menyembunyikan masalahnya.
"Kayaknya ujianku hancur" jawabnya.
"Apa??? Gak mungkin" Rea ikut terkejut dengan jawaban Ambar.
"Iya nih. Banyak yang gak bisa kujawab" keluh Ambar.
Feli dan Rea tidak menjawab perkataan Ambar lagi dan saling berpandangan. Keduanya tidak bisa menghibur dan membantu karena Ambar bukanlah orang yang suka dikasihani. Keduanya diam sampai kelulusan diumumkan. Danem Ambar ternyata menjadi yang terbaik di kelas IPS dan menerima piagam penghargaan dari sekolah. Kedua orang tuanya merasa bangga saat menemani Ambar menerima penghargaan yang bagi putri mereka tidak bernilai apa-apa. Meskipun ada kemungkinan Ambar diterima di Universitas Negeri karena prestasinya, dia tidak mungkin membebani kedua orang tuanya dengan uang saku dan pengeluaran tak terduga lainnya nanti. Karena itu Ambar tetap dengan keputusannya untuk tidak melanjutkan pendidikan.
Dan saat ini Ambar merasa kesal dan sedih karena kedua sahabatnya tidak datang ke acara kelulusan. Alasannya cuma satu, mereka sibuk mempersiapkan kuliah di luar negeri. Rea di London dan Feli di Jepang. Seminggu setelah acara kelulusan, Ambar dikejutkan oleh kedatangan kedua sahabatnya di rumah. Ambar tidak malu dengan keadaan keluarganya sejak berteman dengan dua putri konglomerat itu, hanya terkejut karena keduanya masih mengingatnya.
"Kupikir kalian bakal pergi tanpa pamitan" kata Ambar ketus.
"Ambar, maaf. Aku gak datang waktu perpisahan"
"Iya, tapi kamu gak sedih dan nangis karena kita gak dateng kan?" jelas Rea lalu masuk ke dalam rumah Ambar tanpa permisi. Rea dan Feli akhirnya mengetahui kehidupan sahabatnya yang sebenarnya.
"Mana kamarmu?" tanya Rea.
Ambar menunjuk ke arah suatu pintu kayu berwarna coklat lapuk di tengah ruangan.
Feli dan Rea masuk ke dalam kamar dan Ambar siap menerima kata-kata menghibur dari dua sahabatnya. Pasti mereka akan memuji salah satu sisi kamar yang terlihat lebih baik dari lainnya, pikir Ambar.
"Waduh, jelek banget kamarmu Mbar" ternyata bukan kata pujian yang diterima olehnya. Tapi kata-kata pedas Rea yang mengomentari plafon berjamur, cat tembok yang pudar, ranjang dan lemari tua yang ada di dalam kamarnya.
"Mulut kamu tuh yang jelek" jawab Ambar membuat ketiganya tertawa. Ambar memang tidak salah memilih sahabat. Tapi Feli yang terdiam sejak tadi tiba-tiba memeluknya yang duduk di atas ranjang.
"Maafin aku ya. Aku bakalan pergi jauh, gimana ini?" ujarnya lalu menagis di pundak lebar dan tebal Ambar.
Rea yang tadinya sangat semangat mengomentari kejelekan kamar Ambar juga terdiam seperti menahan tangis. Ambar sebenarnya tidak pernah iri dengan nasib sahabatnya yang jauh lebih baik daripada dirinya. Ambar hanya menyesal tidak bisa menghadirkan gaji besar untuk membantu kedua orang tuanya nanti. Setelah Feli puas menangis, Ambar melihat kedua sahabatnya.
"Aku gak pernah cerita sama kalian, maaf. Tapi aku gak akan kuliah"
"Apa? nilaimu kan bagus Mbar"
"Iya, kamu juga nerima piagam dari sekolah, kan?"
Ambar berusaha tersenyum lalu menepuk pundak Feli dan Rea.
"Aku bisa dapet beasiswa tapi gak punya uang saku buat berangkat kuliah. Belum lagi buku, perjalanan studi banding, Praktek Kerja Lapangan, Kuliah Kerja Nyata dan biaya skripsi. Daripada ngeluarin duit buat itu semua, aku milih kerja aja" jelas Ambar disambut keheningan.
Karena kedua sahabatnya tidak bisa berkomentar apapun, Ambar kembali bicara.
"Kapan kalian berangkat?"
"Rea lusa, kalo aku besok siang" jawab Feli lalu menangis lagi.
Ambar memeluk sahabat paling cantik, pintar dan terlihat lemah lembut itu, seperti tidak ingin berpisah. Rea yang sedari tadi terdiam akhirnya memeluk keduanya dan ikut menangis.
Ketiga sahabat itu tidak lama lagi akan menjalani kehidupan masing-masing yang penuh dengan kejutan. Mereka tidak akan bertemu sampai salah satu dari ketiganya memberi kabar yang sangat menggembirakan. Felicya akan menikah dengan penerus perusahaan keamanan besar dari Inggris. katanya kakak Rea yang memperkenalkan mereka. Ambar yang sudah bekerja selama tujuh tahun merasa ikut bahagia dengan kabar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments