Second Lead Fate
"Ayo cepat. Kita harus pergi sekarang" kata Ambar kepada dua pegawainya yang bergerak sangat lambat.
"Sebentar, Kak. Catatan saya ketinggalan"
Ambar menunggu dengan tidak sabar di depan mobil keluaran Jepang keluaran tahun 2010 yang masih terlihat mulus meskipun bekas.
"Kan aku sudah suruh kalian menyiapkan semuanya tadi pagi. Kita bisa telat nanti, keburu siang" teriaknya lalu melihat dua pegawainya berlari dari dalam toko untuk menghampirinya.
Ambar segera masuk ke dalam mobil dan disusul oleh pegawainya. Mobil akhirnya dinyalakan dan mereka pergi ke sebuah pasar tempat kebutuhan toko souvenir pernikahan mereka dijual.
"Kita juga harus pesan tempat aroma terapi yang dipesan pengantin untuk tanggal lima bulan April, Kak"
"Apa lagi?" tanya Ambar ingin tahu kesiapan pegawainya.
"Pesanan undangan pernikahan sahabat Kak Ambar"
"Awas saja kalau kalian lupa lagi agenda hari ini"
Kedua pegawai Ambar menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rasa bersalah mereka.
Sudah lima tahun ini toko souvenir Ambar berdiri. Awalnya Ambar bekerja sebagai seorang pegawai di toko serupa. Lalu dia memberanikan membuka tokonya sendiri dengan modal sedikit. Untunglah bisnis pernikahan tidak pernah mati sepanjang tahun. Toko souvenirnya akhirnya bisa dikenal banyak orang dan pesanan selalu datang setiap bulannya. Dua bulan lagi, dia akan memenuhi pesanan terpenting untuknya. Pesanan ini meliputi undangan pernikahan paling bagus dan souvenir pernikahan mewah yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dan pesanan untuk seribu orang itu berasal dari sahabatnya sendiri. Felysia Gianina yang berasal dari keluarga pengusaha kaya di negeri ini. Bahkan mungkin termasuk sepuluh besar keluarga terkaya di negeri ini.
"Saya masih tidak habis pikir kalau kak Ambar mengenal seseorang dari kalangan itu" komentar salah satu pegawainya saat mereka berjalan di dalam pasar untuk membeli beberapa bunga kering.
"Iya, kak. Masa keluarga kaya begitu sekolah di SMU yang sama dengan kak Ambar"
Ingin sekali Ambar menutup mulut kedua pegawainya yang terus saja menanyakan sesuatu seperti ini. Tapi, Ambar mengerti. Cukup sulit mempercayai kalau putri orang sekaya itu mengenal Ambar yang hanya anak dari keluarga miskin.
"Sudah cepet. Tuh tokonya keliatan" Ambar menarik pegawainya untuk segera mengambil semua bunga kering yang mereka butuhkan.
Saat mereka sibuk memilih, Ambar terdorong ke depan tanpa sengaja.
"Maaf, Kak. Saya gak sengaja"
Ambar menoleh dan ingin sekali menumpahkan kekesalan yang dirasakannya karena terganggu saat belanja tapi tidak jadi. Itu karena yang menyenggolnya tadi adalah anak berpakaian seragam putih abu-abu. SMU, masa-masa yang indah. Seperti masa yang dialaminya dengan kedua sahabat terbaik yang pernah dia inginkan. Fely dan Rea. Ambar teringat pada masa saat mereka masih berada di kelas senior di SMU Negeri kota ini.
"Ambar, cepet!!"
"Iya"
"Rea, Ngapain kamu lelet gitu?"
"Apaan sih Fel, guru kita tuh masih jauh"
"Ayo cepet, nanti telat masuk dihukum lagi"
Feli menyambar tangan Ambar dan Rea lalu membawa mereka berlari menyusuri lorong dan masuk ke dalam kelas yang ramai.
"Untung sampai" ucap Feli tidak didengarkan kedua sahabatnya.
"Parah kamu Fel. Lihat nih Ambar, bisa pingsan dia lari kayak gitu"
Feli menoleh dan melihat Ambar, anak SMU dengan badan gendut, berjerawat di kedua pipinya dan berjilbab sedang mandi keringat.
"Iya, Fel. Enak badan kamu kecil. Aku kan bisa sesak napas nih" kata Ambar lalu merebahkan dirinya di atas kursi.
"Wah, Kamu bisa bunuh Ambar kalo kayak gini. Lihat nih lemaknya berkurang satu milimeter" goda Rea membuat Ambar dan Feli tertawa. Mereka bertiga tertawa bersama sampai guru wali kelas masuk dan memberi pelajaran Matematika.
Sepulang sekolah, Ambar duduk di taman sekolah, menunggu dua sahabatnya yang sedang sibuk. Sibuk menolak para anak laki yang menyatakan sukanya pada mereka berdua. Yah, mau bagaimana lagi. Ini tahun terakhir mereka di SMU. Feli dan Rea kebetulan diberikan anugerah terindah yang tidak pernah dimiliki Ambar. Paras cantik, rambut halus dan tergerai panjang. Badan langsing semampai dan tinggi bak model. Dan paling terpenting adalah keluarga kaya yang memberikan nilai plus-plus pada penampilan mereka. Para anak laki-laki itu tidak membuang waktu demi bisa memiliki kekasih seorang putri keluarga kaya. Tapi, Ambar tahu hasil dari pertemuan sahabatnya dengan semua anak laki=laki itu. Nihil. Feli dan Rea tidak akan pernah menerima mereka menjadi kekasih ataupun teman dekat. Karen, keduanya terlalu sibuk belajar dan memenuhi keinginan orang tuanya. Tidak seperti Ambar yang bersantai dengan segala yang tidak dimilikinya.
"Duh, dasar anak dua lima tuh. Dia tadi maksa mau peluk aku tau" Datanglah Rea dengan wajah kesal dan gerakan tangan seperti menyingkirkan kotoran di pundaknya.
"Kasihan tau. Anak itu kan adik kelas, cakep lagi. Kenapa gak kamu terima aja Re?" tanya Ambar.
"Kamu aja sana. Cih"
Ambar tertawa mendengar jawaban Rea yang sembarangan. Tentu saja para anak laki-laki itu tidak akan pernah mau melirik perempuan sepertinya.
"Mana Feli?" tanya Rea yang merebut teh botol Ambar.
"Gak tau. Belum balik"
"Waduh, bahaya"
Rea mengambil tasnya lalu berlari ke arah lorong kelas tiga IPS. Ambar yang terkejut segera berlari mengikuti Rea dari belakang. Maklum, lemaknya tidak bisa diajak kerja sama. Ambar harus memaksa semua lemak itu untuk berlari dengan kecepatan tertinggi mereka agar bisa menyamai langkah Rea.
Dan di lorong kelas 3 IPS, Ambar terpana dengan hiasan balon berwarna pink yang tertata bak acara lamaran.
"Wah,ada anak IPS gila" komentar Rea lalu pergi mencari Feli.
Ambar yang masih terpesona dengan pemandangan romantis itu ditarik oleh Rea untuk mengikuti.
Tak butuh banyak langkah akhirnya mereka menemukan Feli berdiri di tengah lingkaran anak laki-laki yang membawa sekuntum mawar merah. Di depan Feli ada seorang anak laki-laki yang semua siswa sekolah ini kenal.
Kenzo Julian, salah satu dari anak pengusaha kaya di kota ini. Kalau menurut kekayaan mungkin keluarganya berada di urutan seratus.
"Jadilah pacarku" teriak Kenzo lalu disambut teriakan dan tepuk tangan penghuni empat kelas IPS.
Feli terlihat bingung dengan yang harus dihadapinya dan tidak bisa berkata apa-apa.
Ambar dan Rea mengerti tentang sifat sahabatnya yang tidak bisa menyakiti orang lain. Feli lebih seperti peri yang turun dari langit sedangkan Rea adalah malaikat dari bawah tanah.
"Feli bodoh. Tendang aja semuanya" komentar Rea yang jago bela diri. Ambar hanya bisa menelan ludah saat Rea mengatakan itu. Takut.
"Gimana nih?" tanya Ambar bingung. Dia tidak pernah mengalami sebuah pernyataan cinta apalagi yang seperti ini. Jadi, Ambar bukan orang yang tepat untuk mencari pendapat menyelesaikan masalah seperti ini.
"Aku telepon sopir Feli" ujar Rea lalu menelepon seseorang.
Tak lama, tepat sebelum Feli dipaksa untuk menerima cinta Kenzo. Seorang laki-laki dengan badan tegap datang dan memberikan kesan menakutkan pada semua anak. Sopir sekaligus pengawal Feli itu menarik majikannya tanpa mempedulikan siapapun dan apapun. Rea dan Ambar mengikuti langkah sopir keluarga Feli berikut sahabatnya dan pergi dari situasi tidak kondusif.
"Makasih" Feli memeluk Rea dan Ambar saat sampai di depan mobilnya. Mobil keluaran Jerman berwarna hitam mulus.
"Kalo ada kejadian seperti ini lagi, aku gak akan bantu"
"Rea"
"Eh, kamu liat sendiri kan tadi. masak anak bodoh ini cuma berdiri diam disana"
"Aku kan tidak tega menolak"
"Ya udah terima aja sana" teriak Rea.
"Aku gak bisa" jawab Feli lemah.
"Terus, maunya gimana?"
Sebelum terjadi pertengkaran yang semakin memanas, Ambar memeluk kedua sahabatnya.
"Untung deh, tadi Rea telpon pak Sopir. Udah, mending kalian pulang sebelum anak-anak itu mengejar"
Karena ucapan Ambar, akhirnya Rea dan Feli tidak bertengkar lagi. Mereka juga segera masuk ke dalam mobil jemputan masing-masing dan pergi dari lingkungan sekolah. Tinggallah Ambar sendiri disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
melipir kemari setelah membaca kisah Eva Henry 🥰
2023-12-19
0
Anti Veryanty S
Aku mampi yah thor. yuk mampir juga di novelku.
mari saling mendukung.
🙏🙏
2021-12-21
0