Dua

Benar perkiraan Ambar. Sedetik kemudian setelah Rea dan Feli pergi dengan mobil jemputan masing-masing, para anak kelas dua berhasil mengejar dengan segala properti penembakan yang mereka gunakan.

"Hei gendut, kemana Feli?" tanya Kenzo sebagai pemimpin grup.

"Pulang" jawab Ambar santai lalu berjalan menjauh untuk pulang ke rumahnya yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari sekolah.

"Dasar gendut" kata semua anak kelas dua melihat Ambar berjalan pulang. Kurang ajar sekali mereka, padahal Ambar itu kakak kelas. Tapi dia tidak memiliki wibawa hanya karena menjadi yang paling gendut dan jelek diantara dua sahabatnya. Mau bagaimana lagi, ayah Ambar hanya sopir angkot yang berpenghasilan tidak tetap. Ibunya membuka toko kelontong kecil di depan rumah peninggalan kakek dan nenek yang sudah reot. Ambar juga tidak memiliki rupa cantik. Dia memiliki pipi tembem, berjerawat dan disembunyikan dalam hijab. Belum lagi badan sedikit obesitas untuk tinggi 160 cm. Berdiri di samping Rea dan Feli, membuatnya seperti pelayan daripada seorang sahabat.

Tapi Ambar sudah terbiasa dengan semua ejekan yang harus didengarnya. Tiga tahun bersahabat dengan dua orang dewi sekolah itu membuatnya kebal dengan semua hal yang membuat telinganya panas. Ambar sampai di rumah dengan keringat bercucuran membasahi seragam dan hijabnya.

"Assalamualaikum"

"Waallaikum salam, baru pulang?"

"Iya, Bu"

Ambar pergi ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangannya lalu melihat makanan di atas meja makan. Hanya ada tempe, tahu goreng dan sayur bayam. Enak, pikirnya. Dia segera mengganti pakaian dan makan siang dengan lahapnya. Meskipun menu rumahnya selalu sederhana, Ambar tidak pernah mengeluh. Hal itulah yang membuatnya memiliki badan sedikit lebih besar.

"Bu, Ambar berangkat dulu ya"

"Lho, sudah jam tiga ya?"

"Iya"

"Ati-ati, nak"

Ambar segera berangkat ke rumah Pak RT dekat rumahnya. Sepulang sekolah dia memang memiliki kegiatan lain untuk mengahsilkan uang. Memberi les pada anak pak RT dan pak RW. Meskipun jelek, gendut dan miskin, setidaknya Ambar memiliki kemampuan otak di atas rata-rata.

Sepulang Ambar dari rumah Pak RT, angkot ayahnya ada di depan rumah. Tumben masih sore ayahnya sudah pulang. Ambar masuk ke dalam rumah dan ingin memberi salam. namun segera diurungkannya setelah mendengar suara dari dalam kamar orang tuanya.

"Assalamualaikum" bisiknya lalu masuk ke dalam rumah. Dia mendekat ke kamar orang tuanya dan mendengar suara itu semakin kencang. Sepertinya orang tuanya tidak tahu kepulangan Ambar.

"Sudah, Pak. Gak apa-apa"

"Bapak gak tau lagi, Bu"

"Terserah Bapak. Angkot mau dijual terus Bapak buka pom bensin mini juga ibu tambah seneng"

"Tapi, gimana sama uang kuliah Ambar?"

Ibu Ambar tidak menjawab, membuat situasi menjadi hening untuk sebentar.

Ambar memilih bergerak untuk masuk ke dalam kamarnya dan termenung di atas ranjang. Setengah tahun lalu, sebenarnya AMbar sudah memutuskan untuk tidak kuliah. Dia bahkan sudah memberikan kabar itu pada orang tuanya. Ayah dan ibunya yang merasa kasihan, memberinya semangat untuk kuliah agar bisa mencari kerja yang lebih baik. Ambar senang sekali diberi kesempatan untuk bermimpi dan mencari Universitas yang menurutnya paling murah di kota. Dia juga sudah memutuskan untuk menabung uang jajan agar bisa membeli buku-buku latihan ujian Universitas. Tapi ... kini? Sepertinya Ambar harus mengubur semua mimpi dan harapan untuk kuliah. Dia tidak mungkin menyusahkan kedua orang tuanya demi bisa kuliah. Hanya saja, harapan untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar musnah sudah. Ambar menangis dalam kesunyian kamarnya dan tidak sengaja tertidur.

"Ambar, Nak. Bangun!"

Ambar terbangun dari tidur sorenya yang singkat lalu melihat ibunya.

"Sudah petang, ayo sholat"

Ambar melihat langit berwarna kemerahan di luar jendela kamarnya dan mengangguk.

"Iya, Bu'

Malam itu Ambar hanya terdiam tidak seperti biasanya. Orang tuanya melihat Ambar dengan berbeda saat itu.

Setelah sholat Isya' dengan ibunya, Ambar memberanikan diri untuk bicara.

"Bu"

"Apa nak?" tanya ibunya masih dalam balutan mukena putihnya.

"Ambar gak pengen kuliah"

Sebenarnya berat sekali kata-kata ini keluar dari mulutnya, tapi Ambar tidak memiliki pilihan lain.

"Apa? Lha kan kamu sudah lihat-lihat Universitas minggu kemarin?"

"Ambar gak tertarik lagi, Bu. Ambar pengen kerja kayak tetangga Pak RT. Kakaknya Dimas itu"

"Ratih?"

" Iya"

"Tapi, bapakmu udah cari uang buat kuliah"

Ambar menebak ayahnya akan meminjam uang dari kakaknya yang memiliki usaha mebel itu.

"Gak usah, Bu. Ambar pengen kayak Ratih, cari uang sendiri terus beli baju, tas, sepatu"

Padahal dia tidak pernah sekalipun peduli tentang penampilannya. Berusaha memahami keinginan putrinya, ibu Ambar berusaha mengerti permintaan putrinya yang mendadak itu. Ambar sepertinya serius dengan keinginannya kali ini.

"Bener kamu gak nyesel?"

"Iya, Bu. Tolong bilang bapak ya"

"Ambar ... "

Ambar berhenti lalu melihat ke arah ibunya.

"Makasih ya"

Ambar mengangguk dan pergi ke kamarnya. Dia tidak bisa menahan air matanya lagi dan menangis dengan menutup mulutnya. Semalaman dia hanya menangis lalu tertidur lagi tanpa makan.

Di sekolah, Ambar lebih banyak berdiam diri di dalam kelas. Dia tidak merasa lapar, haus bahkan keinginan untuk bercanda dengan kedua sahabatnya.

"Kamu kenapa Am?" tanya Rea tidak membuatnya tertarik untuk menjawab.

"Iya, Ambar. Kamu kenapa? Aku udah bawain roti sama susu. Apa kamu sakit?" tanya Feli juga terdengar seperti khawatir.

Kadang, Ambar berpikir, betapa enaknya menjadi Rea dan Feli. Keduanya adalah seorang putri di keluarganya. Keluarga yang kaya raya. Rea keluarga terkaya nomor empat dan Feli nomor delapan. Pasti dua sahabatnya itu tidak akan pernah merasakan bimbang hati seperti yang sekarang dialami oleh Ambar. Semua mimpi mereka berdua pasti dengan mudah akan bisa terwujud dengan dukungan keluarga. Sedangkan Ambar?

"Hei, Ambar. kamu kenapa sih?" tanya Rea lagi seperti tidak sabar. Ambar hanya tidak ingin menjawab dan merebahkan kepalanya di atas bangku. Tak lama terdengar suara seruan berisik dari lorong kelas. Ambar mengangkat kepalnya untuk melihat suara berisik di luar. Deretan anak laki-laki dengan mawar di tangannya tiba-tiba saja masuk ke dalam kelas. Mereka berbaris sampai ke bangku yang diduduki Ambar. Dan secara mengejutkan ada anak laki-laki dengan jas dan buket bunga mawar merah besar masuk dengan gaya kerennya. Kenzo. Ambar yang mengerti tujuan anak itu segera meletakkan kepalanya lagi di atas meja.

"Felysia Inez Gianina. Aku menyukaimu saat pertama kali melihatmu. Apakah kau mau menjadi kekasihku?"

Rasanya ingin muntah terus menerus mendengar pengakuan yang tidak kreatif seperti ini. Ambar yang belum makan dari semalam menjadi kesal.

"Hei, anak kecil. Berapa kali aku bilang kalau Feli itu nggak suka sama kamu. Pergi sana. Ini kelas tiga. Tempatmu bukan disini!" ujar Rea kesal.

"Aku tidak ada urusan denganmu putri kedua. Aku hanya menyukai putri sejati"

Ambar tidak tahan lagi dengan semua rayuan yang didengarnya selama tiga tahun. Dan tidak ada satupun yang ditujukan kepadanya. Ambar menggebrak meja dan berdiri. Hal itu mengejutkan Rea, Feli, Kevin dan semua anak di kelas 3 IPS 4 ini.

"HEI, FELI ITU GAK SUKA SAMA LO. UDAH DITOLAK TERUS GAK SADAR-SADAR YA LO" katanya dengan sedikit berteriak. Ambar menatap dengan mata melotot dan menakuti semua anak kelas dua yang berani masuk. Akhirnya semua pasukan kelas dua mundur dan meninggalkan pemimpin mereka sendiri.

Terpopuler

Comments

Just Love It

Just Love It

hahaha...g kebayang kl anak yg biasanya diam tiba2 ngamuk

2022-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua puluh
21 Dua Puluh Satu
22 Dua Puluh Dua
23 Dua Puluh Tiga
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Dua Puluh Delapan
29 Dua Puluh Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Puluh Satu
32 Tiga Puluh Dua
33 Tiga Puluh Tiga
34 Tiga Puluh Empat
35 Tiga Puluh Lima
36 Tiga Puluh Enam
37 Tiga Puluh Tujuh
38 Tiga Puluh Delapan
39 Tiga Puluh Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Puluh Satu
42 Empat Puluh Dua
43 Empat Puluh Tiga
44 Empat Puluh Empat
45 Empat Puluh Lima
46 Empat Puluh Enam
47 Empat Puluh Tujuh
48 Empat Puluh Delapan
49 Empat Puluh Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Puluh Satu
52 Lima Puluh Dua
53 Lima Puluh Tiga
54 Lima Puluh Empat
55 Lima Puluh Lima
56 Lima Puluh Enam
57 Lima Puluh Tujuh
58 Lima Puluh Delapan
59 Lima Puluh Sembilan
60 Enam Puluh
61 Enam Puluh Satu
62 Enam Puluh Dua
63 Enam Puluh Tiga
64 Enam Puluh Empat
65 Enam Puluh Lima
66 Enam Puluh Enam
67 Enam Puluh Tujuh
68 Enam Puluh Delapan
69 Enam Puluh Sembilan
70 Tujuh Puluh
71 Tujuh Puluh Satu
72 Tujuh Puluh Dua
73 Tujuh Puluh Tiga
74 Tujuh Puluh Empat
75 Tujuh Puluh Lima
76 Tujuh Puluh Enam
77 Tujuh Puluh Tujuh
78 Tujuh Puluh Delapan
79 Tujuh Puluh Sembilan
80 Delapan Puluh
81 Delapan Puluh Satu
82 Delapan Puluh Dua
83 Delapan Puluh Tiga
84 Delapan Puluh Empat
85 Delapan Puluh Lima
86 Delapan Puluh Enam
87 Delapan Puluh Tujuh
88 Delapan Puluh Delapan
89 Delapan Puluh Sembilan
90 Sembilan Puluh
91 Sembilan Puluh Satu
92 Sembilan Puluh Dua
93 Sembilan Puluh Tiga
94 Sembilan Puluh Empat
95 Sembilan Puluh Lima
96 Sembilan Puluh Enam
97 Sembilan Puluh Tujuh
98 Sembilan Puluh Delapan
99 Sembilan Puluh Sembilan
100 Seratus
101 Seratus Satu
102 Seratus Dua
103 Seratus Tiga
104 Seratus Empat
105 Seratus Lima
106 Seratus Enam
107 Seratus Tujuh
108 Seratus Delapan
109 Seratus Sembilan
110 Seratus Sepuluh
111 Seratus Sebelas
112 Seratus Dua Belas
113 Seratus Tiga Belas
114 Seratus Empat Belas
115 Seratus Lima Belas
116 Seratus Enam Belas
117 Seratus Tujuh Belas
118 Seratus Delapan Belas
119 Seratus Sembilan Belas
120 Seratus Dua Puluh
121 Seratus Dua Puluh Satu
122 Seratus Dua Puluh Dua
123 Seratus Dua Puluh Tiga
124 Seratus Dua Puluh Empat
125 Seratus Dua Puluh Lima
126 Seratus Dua Puluh Enam
127 Seratus Dua Puluh Tujuh
128 Seratus Dua Puluh Delapan
129 Seratus Dua Puluh Sembilan
130 Seratus Tiga Puluh
131 Seratus Tiga Puluh Satu
132 Seratus Tiga Puluh Dua
133 Seratus Tiga Puluh Tiga
134 Seratus Tiga Puluh Empat
135 Seratus Tiga Puluh Lima
136 Seratus Tiga Puluh Enam
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua puluh
21
Dua Puluh Satu
22
Dua Puluh Dua
23
Dua Puluh Tiga
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Dua Puluh Delapan
29
Dua Puluh Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Puluh Satu
32
Tiga Puluh Dua
33
Tiga Puluh Tiga
34
Tiga Puluh Empat
35
Tiga Puluh Lima
36
Tiga Puluh Enam
37
Tiga Puluh Tujuh
38
Tiga Puluh Delapan
39
Tiga Puluh Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Puluh Satu
42
Empat Puluh Dua
43
Empat Puluh Tiga
44
Empat Puluh Empat
45
Empat Puluh Lima
46
Empat Puluh Enam
47
Empat Puluh Tujuh
48
Empat Puluh Delapan
49
Empat Puluh Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Puluh Satu
52
Lima Puluh Dua
53
Lima Puluh Tiga
54
Lima Puluh Empat
55
Lima Puluh Lima
56
Lima Puluh Enam
57
Lima Puluh Tujuh
58
Lima Puluh Delapan
59
Lima Puluh Sembilan
60
Enam Puluh
61
Enam Puluh Satu
62
Enam Puluh Dua
63
Enam Puluh Tiga
64
Enam Puluh Empat
65
Enam Puluh Lima
66
Enam Puluh Enam
67
Enam Puluh Tujuh
68
Enam Puluh Delapan
69
Enam Puluh Sembilan
70
Tujuh Puluh
71
Tujuh Puluh Satu
72
Tujuh Puluh Dua
73
Tujuh Puluh Tiga
74
Tujuh Puluh Empat
75
Tujuh Puluh Lima
76
Tujuh Puluh Enam
77
Tujuh Puluh Tujuh
78
Tujuh Puluh Delapan
79
Tujuh Puluh Sembilan
80
Delapan Puluh
81
Delapan Puluh Satu
82
Delapan Puluh Dua
83
Delapan Puluh Tiga
84
Delapan Puluh Empat
85
Delapan Puluh Lima
86
Delapan Puluh Enam
87
Delapan Puluh Tujuh
88
Delapan Puluh Delapan
89
Delapan Puluh Sembilan
90
Sembilan Puluh
91
Sembilan Puluh Satu
92
Sembilan Puluh Dua
93
Sembilan Puluh Tiga
94
Sembilan Puluh Empat
95
Sembilan Puluh Lima
96
Sembilan Puluh Enam
97
Sembilan Puluh Tujuh
98
Sembilan Puluh Delapan
99
Sembilan Puluh Sembilan
100
Seratus
101
Seratus Satu
102
Seratus Dua
103
Seratus Tiga
104
Seratus Empat
105
Seratus Lima
106
Seratus Enam
107
Seratus Tujuh
108
Seratus Delapan
109
Seratus Sembilan
110
Seratus Sepuluh
111
Seratus Sebelas
112
Seratus Dua Belas
113
Seratus Tiga Belas
114
Seratus Empat Belas
115
Seratus Lima Belas
116
Seratus Enam Belas
117
Seratus Tujuh Belas
118
Seratus Delapan Belas
119
Seratus Sembilan Belas
120
Seratus Dua Puluh
121
Seratus Dua Puluh Satu
122
Seratus Dua Puluh Dua
123
Seratus Dua Puluh Tiga
124
Seratus Dua Puluh Empat
125
Seratus Dua Puluh Lima
126
Seratus Dua Puluh Enam
127
Seratus Dua Puluh Tujuh
128
Seratus Dua Puluh Delapan
129
Seratus Dua Puluh Sembilan
130
Seratus Tiga Puluh
131
Seratus Tiga Puluh Satu
132
Seratus Tiga Puluh Dua
133
Seratus Tiga Puluh Tiga
134
Seratus Tiga Puluh Empat
135
Seratus Tiga Puluh Lima
136
Seratus Tiga Puluh Enam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!