Setelah lulus SMU, Ambar segera melamar kerja di pabrik tekstil dekat rumahnya.Dia dibantu oleh teman satu desa yang dikenalnya sejak kecil. Ratih. Tapi tentu saja Ratih tidak bisa membuat Ambar bekerja di tempat nyaman. Dia harus berada bersama buruh gudang yang tidak memiliki pengalaman apapun. Tidak bisa memilih pekerjaan karena pendidikannya, membuatnya bekerja sangat keras. Selain melakukan pemindahan bahan yang baru masuk, dia juga mulai mempelajari bagian lain. Hanya dalam enam bulan, Ambar akhirnya ditarik masuk ke dalam bagian potong pola. Dia belajar dengan cepat lagi tapi mulai merasa bosan.
Bukan karena pekerjaan yang berat, tapi rutinitas melakukan hal yang sama tiap harinya membuat Ambar bosan. Tapi dia tidak bisa berhenti bekerja hanya karena alasan itu. Uang tabungan yang dikumpulkannya selama satu tahun juga belum terlalu banyak. Dia belum bisa berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
"Wah, dek Ambar sekarang kurus ya?" komentar salah satu ibu bagian pola yang mengajari Ambar.
Ambar melihat dirinya sendiri lalu tersenyum.
"Iya Bu" jawabnya singkat.
Dia tidak pernah memperhatikan tubuhnya sendiri selama ini. Ternyata berat badannya turun banyak sekali. Hampir sepuluh kilo. Wajahnya kini terlihat lebih tirus, dan pakaiannya mulai banyak yang kebersaran. Jerawat yang selama ini selalu mengganggu kulit wajahnya juga menghilang entah sejak kapan. Ternyata, bekerja di pabrik bisa membuatnya berubah sebanyak ini.
Besoknya Ambar menerima gaji. Hanya satu juta lima ratus rupiah sudah membuatnya sangat senang. Akhirnya, dia bisa mengumpulkan uang yang cukup untuk membeli sesuatu yang p[aling diinginkannya. Ponsel baru. Ponsel lamanya akhirnya rusak tidak lama setelah bekerja di pabrik. tapi dia menyimpan nomor Feli dan Rea di buku hariannya dulu. Pulang kerja, Ambar dengan semangat pergi ke counter HP dan membeli ponsel yang agak canggih sedikit. Dia melihat-lihat ponsel barunya di rumah dan merasa senang. Sebelum lupa, dia memasukkan nomor ponsel Feli dan Rea lalu berusaha melihat apakah mereka berdua masih bisa dihubungi. Panggilannya tersambung tapi tidak ada diantara keduanya yang mengangkat. Pasti mereka berdua sudah melupakan Ambar. Tentu saja. Hampir satu tahun Ambar sama sekali tidak bisa dihubungi dan menghubungi.
Ambar sedih dan bekerja tanpa semangat. Siang harinya Ratih datang ke bagian pola untuk menemuinya.
"Ambar, aku ada tawaran buat kamu"
Selama satu tahun bekerja di pabrik yang sama, ratih sama sekali tidak pernah menyapanya. Mereka hanya saling menyapa diluar pabrik. lalu, kenapa sekarang Ratih memanggilnya? pikir Ambar curiga.
"Tawaran?"
"Iya, kalo kamu mau. kamu bisa dipindah jadi administrasi disini"
Sebenarnya Ambar tidak ingin menerima tawaran apapun dari ratih. Bukannya menjelekkan teman satu desanya sendiri. Tapi banyak sekali rumor yang beredar tentang Ratih di pabrik ini. Teman satu desa Ambar yang bahkan tidak lulus SMP itu menjabat sebagai pegawai bagian keuangan yang tidak memiliki pekerjaan. Pekerjaannya hanya satu, menemani bos yang datang ke pabrik seminggu sekali. Awalnya Ambar tidak ingin percaya dengan rumor itu, tapi karena melihat Ratih bergelayut manja di lengan pemilik pabrik sebulan yang lalu. Ambar jadi mempercayai semua rumor yang ada di pabrik ini tentang Ratih.
"Apa? Kan ada Lia yang lulusan SMK Administrasi di bagian jahit"
"Kan aku nawarin ke kamu? kamu mau gak?"
Ambar semakin curiga saat ratih mulai mengeluarkan nada kasar.
"Aku harus ngapain?"
Ratih tersenyum karena mengira Ambar menyetujui apa yang diusulkannya. Padahal Ambar hanya ingin tahu apakah Ratih memang melakukan "Hal Itu" untuk bekerja di pabrik ini.
"Nanti malem kita pergi sama-sama. Pake baju yang bagus dan jangan berjilbab"
Dalam hati Ambar membaca istighfar karena apa yang dikatakan teman satu desanya ini. Apa benar kalau Ratih memang memiliki jabatan atas di pabrik ini gara-gara hal itu? Tidak ingin lebih jauh mengetahui hal seperti itu, Ambar segera menolak permintaan Ratih.
"Oh, maaf. Kayaknya aku ada acara malem ini. Ibu ngajak aku ke rumah Budhe"
Saat Ambar ingin pergi segera dari hadapan Ratih, temannya itu segera mengancam.
"Kalo kamu gak mau, siap-siap aja dipecat"
Ratih berlalu mendahului Ambar. Bukannya sedih karena ancaman Ratih untuk menghentikan mata pencahariannya, Ambarkecewa. Ternyata perempuan sepertinya dan Ratih harus mengalami sesuatu seperti ini hanya untuk mencapai pekerjaan yang baik. Ketidakmampuan materi ternyata menjadi pendorong penting pada masa depan yang akan Ambar jalani. Tapi dia tidak ingin melakukan hal-hal diluar norma agama. Dia hanya ingin hidup biasa saja kalau memang itu adalah jalan hidup yang benar.
Semakin merasa sedih, Ambar kembali ke meja kerjanya yang besar. Dia mulai melakukan pekerjaan yang mungkin akan segera berakhir untuknya itu sampai jam menunjukkan waktu pulang. Ambar pikir bisa segera pulang tapi ternyata tidak. karena ratih menghalangi jalan pulangnya.
"Aku udah bantu kamu dapetin kerja. Sekarang kamu bantuin aku" katanya lalu menyeret tangan Ambar ke arah sebuah mobil yang terparkir di halaman pabrik. Meskipun banyak pegawai pabrik yang melihat, mereka tidak melakukan apapun. Ambar menolak untuk tunduk pada keinginan Ratih dan menggunakan kekuatan besarnya.
"Gak mau. Aku gak mau. Udah aku bilang tadi"
"Eh, kamu tuh ya. Udah dibantuin malah gak tau terima kasih"
Ambar masih tidak berkutik meskipun Ratih menggunakan semua kekuatannya.
"Aku gak mau!!"
Dia menghempaskan tangan Ratih dan menatapnya dengan pandangan kejam.
"Mending aku gak kerja daripada kayak Lo" katanya lalu pergi dengan segera meninggalkan ratih yang melongo.
Mungkin Ratih pikir, dia bukanlah orang yang bisa menolak permintaan begitu saja. Salah. Ambar memilih untuk tetap bermimpi tinggi meskipun tidak memiliki sarana untuk menacapainya. Tapi dia tidak akan menyerah pada uang. Tidak disaat dia masih bisa bekerja dengan kekuatannya sendiri.
Ambar sampai di rumah dengan wajah lesu, dan segera masuk ke dalam kamar. Dia melihat ponsel lagi dan tidak menemukan pesan dari siapapun. Apa Feli dan Rea benar-benar melupakannya begitu saja?
"Ambar, kalo udah pulang cepet mandi terus siap sholat di masjid" ucap ibunya dari luar kamar. Ambar segera menyahut karena tidak ingin membuat ibunya khawatir.
"Iya, Bu" sahutnya lalu keluar dari kamar dan tersenyum kepada ibunya.
Selepas dari masjid, Ambar makan dengan kedua orang tuanya. Dia ingin sekali menyimpan masalah yang terjadi antaranya dan ratih hari ini. Namun, mungkin dia akan segera menganggur. Kalau begitu nanti dia wajib menjelaskan semuanya dari awal.
"Pak, Ibu. kayaknya Ambar mau berhenti dari pabrik"
Kedua orang tuanya terlihat tidak terkejut dengan info yang baru saja Ambar katakan. Mereka terlihat senang daripada kecewa.
"Alhamdulillah"
Ha??? Kenapa ayahnya malah bersyukur saat Ambar memutuskan berhenti kerja.
"Apa bapak sama ibu gak kecewa?"
"Kenapa? Bapak sama ibu malah seneng kalo kamu berhenti"
"Iya, Mbar. Kerja di pabrik itu berat. Bapak gak tega liat kamu kerja disana terus"
Ambar merasa tersentuh, ternyata kedua orang tuanya juga tidak suka saat dia bekerja di pabrik. Padahal, dia pikir ayah ibunya tidak peduli asalkan dia mencari uang sendiri.
"Bapak sama ibu juga pengen kamu nerusin sekolah"
"Apa?" tanya Ambar pada perkataan ibunya yang mengejutkan.
"Ibu punya uang buat kamu nerusin kuliah"
"Gak Bu. Ambar tetep mau kerja aja"
"Kalo kamu gak mau kuliah, ambil aja kursus apa gitu buat menambah keahlian" jelas ayahnya menengahi.
Ambar yang awalnya tidak tertarik menjadi membayangkan dirinya keluar masuk dari lembaga kursus.
"Apa bener Pak? Bu?"
"Iya. Uang yang kamu kasih selama setahun ini juga ibu simpen di tabungan. kamu bisa pake buat beli buku, baju, laptop sama apa gitu"
Padahal hari ini Ambar berpikir kalau dia terus menerus mengalami kesialan. ternyata hari ini adalah hari keberuntungannya. Mendengar bahwa dia berkesempatan belajar lagi membuat Ambar sangat senang. Dia memeluk ibu dan ayahnya secara bergantian. Sampai tidak sadar ada sebuah grup chat yang datang ke ponselnya. Grup chat yang terdiri dari tiga orang saja. Felycia, Edrea dan Ambar. Keduanya menunggu dengan sabar balasan sapa mereka setelah satu tahun lamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments