"Kak ,,, kak Ambar? Kok diem aja?"
Layla terbangun dari kenangan masa lalu yang pernah terjadi. Dia menarik napas lega lalu membayar pembelian pernak-pernik tokonya.
"Maaf, aku sedikit inget masa SMU dulu" katanya membuat pegawainya manggut-manggut.
Enam tahun sudah masa yang diingatnya itu berlalu. Hubungannya dengan dua sahabatnya itu masih terjalin dengan baik, sampai sekarang. Hanya saja, Feli agak menarik diri dari pembicaraan masalah calon suaminya. Baru beberapa bulan lalu, akhirnya Feli berbicara dengannya masalah pernikahannya. Padahal Rea mengatakan pernilkahan Feli akan diadakan di dua negara. Indonesia dan Inggris. Tapi ini peluang bisnis besar bagi Ambar, jadi dia tidak terlalu banyak bertanya tentang hal lain. Selain masalah undangan, dan kotak souvenir yang dipesan oleh keluarga Feli.
"Apa lagi yang kita butuhkan?" tanya Ambar sembari memeriksa catatan di notepad-nya.
"Kita harus ambil bahan undangan untuk pernikahan April depan, Kak Ambar"
"O iya, aku lupa"
Ambar segera berjalan, mengajak pegawainya keluar dari pasar dan kembali ke mobil"
"Besok, kita kerjakan undangan itu dan sorenya harus ambil kotak untuk souvenir"
"Yang untuk teman Kak Ambar?"
"iya. Mereka agak eksklusif, jadi kita harus menepati jadual mereka"
"Baru kali ini kita kerja sama dengan mereka"
"Ini untuk pengalaman kita juga"
"Bener kak Ambar"
Untunglah Ambar memiliki pegawai yang mendukung setiap langkahnya. Meskipun butuh perjuangan besar untuk mencapai tujuannya.
Sampai di depan toko, hari sudah beranjak senja. Dan ada mobil yang dikenalnya terparkir di depan toko. Ambar keluar dari mobil lalu membantu pegawainya membawa barang-barang. Tapi tidak untuk waktu yang lama, hanya beberapa detik saja. karena barang yang ada di tangannya telah berpindah tempat ke pelukan orang lain.
"Belanja banya?" tanya laki-laki yang dikala senggang selalu menemuinya.
"Iya, lagi banyak orderan nih" jawab Ambar dengan nada bangga.
"Lembur lagi?"
"Gak kok. Semua udah direncanain dengan baik kali ini. Tenang, aku gak bakal panggil kamu malem-malem buat kerja lagi"
"Siapa yang mau dateng kalo gak dibayar lagi"
Ambar berbalik dan menghadiahkan pukulan ke bahu laki-laki di depannya.
"Ngapain kesini?" tanya kesal.
"Ngajak makan"
Ambar melihat satu-satunya teman laki-laki yang dimilikinya dan merasa heran. Tiap kali Kenzo mengajaknya makan, pasti karena laki-laki itu baru saja putus dari pacarnya.
"Siapa lagi yang kamu putusin?" tanyanya penasaran.
"Kenapa? Cemburu?" Kenzo balik bertanya, membuat Ambar sedikit jijik.
Dia memang sudah mengerti sikap temannya yang sangat pandai merayu perempuan ini. Tapi semakin hari, perkataannya pada Ambar menjadi sedikit menjijikkan. Karena Kenzo mulai menggunakan kata rayuan padanya. Hal itu membuat Ambar tidak nyaman.
"Cih. Gak mau deh aku nemenin makan"
Ambar mengambil kembali barangnya di tangan Kenzo lalu masuk ke dalam toko.
"Sore, pak Kenzo. Tambah ganteng aja nih" puji pegawai Ambar membuat Kenzo memamerkan ketampanannya. Sungguh muak, Ambar melihatnya. Dia tahu kalau temannya itu tampan dan semakin berwibawa karena memiliki pekerjaan tetap yang menghasilkan banyak uang. Tapi Ambar tidak pernah memiliki rasa lain pada Kenzo. Hanya sebagai teman yang pernah mengalami pahitnya hidup.
"Wah, gak sia-sia aku minta setelan jas dan mobil baru" kata Kenzo yang baru saja masuk ke dalam ruangan Ambar di lantai dua tokonya.
"Gila kamu. Kamu minta mobil baru di bawah itu?" Ambar heran bos Kenzo itu bodoh atau terlalu baik. Perlakuannya pada Kenzo sungguh terlalu baik sebagai seorang Bos besar.
"Kenapa memangnya? Usahanya berkembang sampai seperti ini kan karena usahaku juga" jawab Kenzo begitu percaya diri. Ambar sedikit menyesal tadi sempat memujinya dalam hati.
"Aku bener-bener gak bisa pergi sekarang. Besok harus lembur pagi-pagi sekali" kata Ambar membuat raut wajah Kenzo berubah.
"Padahal aku sudah pake baju baru. Apa aku bau?"
"Hah?"
"Aku wangi kan? Gimana kalau aku buka satu kancing kemejaku?"
Ambar merinding mendengar suara sok seksi yang keluar dari mulut Kenzo. Dia sempat berpikir kalau temannya itu mabuk,. tapi tidak ada bau alkohol dari Kenzo.
"Mending kamu pergi"
"Kenapa? Aku cuma membuka satu kancing. Apa aku kelihatan lebih ... tampan?"
Mual. Itulah yang dirasakan oleh Ambar sekarang. Sepertinya tak lama lagi, dia akan mengeluarkan isi perutnya kalau terus mendengar perkataan Kenzo.
"Udah ... kamu pergi sekarang juga. Kalo gak, aku aja yang pulang"
Ambar mengambil semua barang yang diperlukan dan keluar dengan cepat dari ruangannya. Meninggalkan Kenzo di dalam sana entah melakukan apa.
Beberapa menit kemudian Ambar telah dalam perjalanan pulang. Dia memacu mobilnya agak kencang karena ingin cepat sampai rumah. Malam ini ada acara di rumahnya. Tapi keinginannya tidak dapat terwujud karena ada kemacetan menghalangi jalannya. Katanya ada kecelakaan antara dua mobil di depan sana. Sekitar lima ratus meter dari mobil Ambar sekarang. Padahal hari masih sore dan matahari bersinar menerangi jalan. Kenapa juga ada kecelakaan di waktu pulang kerja seperti ini? tanya Ambar dalam hati perlahan merasa kesal.
Kenzo yang masih ada di dalam ruangan Ambar mengancingkan kemejanya dengan perasaan malu. Padahal dia kemari ingin membuat Ambar melihatnya dengan cara yang lain. Dan kemungkinan itu berhasil. Tapi tidak seperti yang diharapkan olehnya. Ponselnya berbunyi saat Kenzo mencoba menyimpan rasa malu dalam-dalam.
"Bos, ada apa?" tanyanya, tapi kemudian raut wajahnya berubah serius. Dan dalam sekejap saja, Kenzo berlari ke mobilnya tanpa menyapa pegawai Ambar lagi lalu melest ke rumah sakit. Bosnya mengalami kecelakaan. Polisi yang menghubunginya dari ponsel Bosnya. Untung saja Bosnya tidak pernah menggunakan kode pada ponselnya.
Sesampainya di rumah sakit, Kenzo berlari ke arah informasi tapi didahului oleh seorang wanita cantik. Wanita berambut panjang, berkulit putih dan memiliki aura seorang peri. Kenzo tercekat saat tahu kalau wanita yang ada di hadapannya adalah peri cantik yang pernah disukainya dulu.
"Feli?" tanyanya berusaha mengkonfirmasi. Ternyata wanita itu menoleh dan melihatnya dengan tatapan bingung.
"Ini aku. Kenzo. Anak kelas dua di SMU ... "
"Oh, ya Tuhan. Benar. Kenzo. Gimana kamu bisa ... . Tunggu ... maaf saya mencari Adhitama Elvan Syahreza yang baru saja dibawa kemari karena kecelakaan"
Suara Feli terdengar bergetar hebat saat menyebutkan nama yang dikenal Kenzo. Apa hubungan Feli dengan bosnya? Dan kenapa Feli terlihat sangat khawatir? Bukannya wanita ini akan menikah dengan penerus perusahaan besar dari Inggris?
Kenzo berdiri diam saat pegawai rumah sakit memberi arahan untuk Feli ke ruang Gawat Darurat. entah kenapa, tapi dia berpikir lebih baik diam di tempat dan memperhatikan semuanya dari jauh. Dengan begini, dia dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi antara Bos dan wanita yang pernah disukainya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments