Adhi tidak pernah membayangkan dapat melihat wanita yang membuatnya tertawa beberapa malam lalu. Tapi, kenapa wanita itu tetap memakai hijab di tempat seperti ini? Apa wanita itu mencari Kenzo yang sedang tugas ke luar kota? Adhi meminta pihak keamanan untuk segera mengeluarkan wanita itu dari tempatnya. Banyak tamu yang akan marah kalau melihat wanita yang seperti itu diperbolehkan masuk ke tempat ini. Wanita itu mulai menjelaskan alasannya masuk kembali ke tempat ini, dan Adhi menawarkan untuk menunggu di kantornya.
Hampir saja Adhi tertawa keras saat wanita itu mengira dia mengajaknya ke kantor untuk melakukan sesuatu.
"Kau bukan seleraku" jelas Adhi, sebelum wanita itu semakin salah paham.
"Saya tahu, tapi ... "
Wanita itu terlihat ragu tapi mengambil langkah mengikuti Adhi ke jalan belakang. Sesampainya di kantor, wanita itu tidak segera duduk sampai Adhi mempersilahkannya.
"Apa kau ingin minum sesuatu?" tanya Adhi.
"Tidak, terima kasih Pak"
Pak? Apa benar tadi wanita ini memangginya dengan kata itu? Apa dia terlihat tua sehingga pantas dipanggil seperti itu? Dan wanita ini menunjukkan sikap yang berbeda dengan wanita lain. Wanita ini sama sekali tidak tertarik meskipun melihatnya di bawah lampu yang terang. Beberapa hari lalu, wanita ini juga memanggilnya malaikat maut. Sepertinya ada yang salah dengan mata wanita ini.
"Apa kau teman sekolah Kenzo?"
"Iya, Pak. Saya teman SMA Kenzo"
Lagi-lagi panggilan yang membuatnya terasa lebih tua itu keluar dari mulut wanita ini.
"Siapa namamu?"
Wanita itu tiba-tiba saja melotot dan menunjukkan sikap waspada karena pertanyaan Adhi. Apa wqanita ini mengira Adhi akan berbuat sesuatu yang aneh?
"Maaf, Pak. Saya kesini cuma mau cari temen. Bukan kenalan" jawab wanita itu membuat Adhi merasa sangat terkejut. Memangnya dia bertanya seperti itu karena ingin lebih mengenal wanita ini? Daripada harga dirinya terus terluka, Adhi memilih melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama, ada petugas keamanan masuk ke dalam kantornya.
"Maaf, Tuan. Ada perkelahian di dalah kamar VIP 2"
Adhi berdiri dan berjalan keluar mengikuti petugas keamanan tempatnya, meninggalkan wanita itu sendirian. Dia melihat seorang putra dari pejabat tinggi di negeri ini berubah menjadi seekor singa yang lapar. Menggigit wanita-wanita yang dibawanya sendiri lalu terlibat perkelahian tanpa alasan.
"Kirimkan wanita-wanita itu ke rumah sakit dan bawa tamu pulang. Aku akan mengurus yang lainnya"
"Baik Tuan"
Adhi kesal, harusnya yang mengurus hal-hal seperti ini adalah Kenzo. Dia seharusnya tidak mengirim Kenzo lebih dari tiga hari untuk melihat cabang tempat barunya di luar Jawa. Lagipula, akhir pekan ini dia harus kembali ke Inggris, menyusul kakaknya yang pergi hari ini.
"Tuan, apa kabar?"
"Tuan, kapan datang? kami kangen"
Hal ini juga yang membuatnya tidak suka berada di bawah. Bebebrapa wanita yang melihatnya seperti terkena sihir untuk mendekat dan memegangnya. Adhi benci tangan-tangan kotor itu menyentuhnya.
"Maaf, saya ada tamu. Silahkan bersenang-senang"
Untung saja dia bisa berkelit dan kembali ke ruangannya. Tapi, tamu yang menunggunya ternyata sedang tertidur. Dan posisi tidurnya sungguh aneh. Seperti siput dalam cangkang, bergelung. Apa mungkin di ruangannya terlalu dingin? Adhi melepas jas yang disentuh oleh wanita-wanita di bawah dan memberikannya kepada tamunya yang sedang tertidur. Ternyata, wanita ini kecil sekali, jas Adhi bisa menutupi seluruh tubuhnya.
Adhi kembali ke mejanya dan mulai bekerja lagi. Dia harus selesai memeriksa keadaan keuangan tempat usahanya ini. Meskipun baru berjalan dua tahun, usahanya ini mendatangkan uang yang besar. Cukup untuknya menopang dirinya sendiri tanpa haru mengemis uang dari ayahnya. Ya ... ayah yang selalu memandangnya sebelah mata. hanya karena dia tidak sepintar dan sebaik kakaknya. Setlah hampir tiga jam bekerja, seorang keamanan mengetuk dan meminta ijin untuk bertemu dengannya lagi. Semakin malam, maka pengunjung di tempat ini semakin liar. Adhi bersiap untuk kasus yang terburuk.
"Tuan, wanita yang Anda cari ada di bawah. Setengah sadar"
"Bawa wanita itu keluar dan tahan disana!!" perintah Adhi. Dia lalu berdiri dan akan segera membangunkan siput yang dari tadi tertidur. Dan dalam lima detik berikutnya Adhi tertawa terbahak-bahak. Wanita ini, posisi tidurnya sungguh aneh.
Tadinya wanita ini bergulung seperti siput, sekarang telentang dengan hijab yang bergeser menutupi setengah wajahnya. Aneh, sangat aneh. tapi lucu sekali. Baru kali ini ada wanita yang tidur dengan tampilan seaneh ini. Adhi tidak berhenti tertawa hingga wanita itu terbangun dan menggeser-geser hijabnya. Semakin terlihat aneh dan lucu. Dan lagi, wanita itu melihatnya dengan wajah bangun tidur yang bengkak. Adhi tidak bisa berhenti tertawa.
Antara was-was dan sangat butuh bantuan, Ambar menerima tawaran dari bos Kenzo. Dia masuk ke dlam ruangan yang terpisah dari ruangan penuh orang dan kagum. Ruangan pemilik pabrik tempatnya kerja bahkan tidak semewah ini. Tapi ... yah, dia tidak akan pernah masuk ke tempat seperti ini kalau tidak sedang mencari Ratih. Sebenarnya dimana anak itu? Membuat ibu, adik dan neneknya kebingungan. Ambar duduk di atas sofa dan mulai memperhatikan orang yang katanya bos Kenzo itu. Ternyata, orang itu tidak tampak tua. Malah bisa dibilang muda dan tampan. Lebih tampan dari pemain sinetron kesukaan ibunya.
Ada seseorang berbadan besar meminta ijin masuk dan berbicara tentang masalah perkelahian. Bos Kenzo pergi begitu saja meninggalkan Ambar sendiri di ruangan besar dan dingin itu. Ambar menunggu tapi laki-laki itu tidak kunjung kembali. Karena hari sudah semakin malam dan ruangan ini begitu dingin serta nyaman, perlahan mata Ambar menjadi berat. Dia tertidur tidak mengerti kalau Bos Kenzo kembali. Dia terbangun saat ada suara berisik di dekatnya. Setengah mengantuk, Ambar bangun dan memperbaiki hijabnya yang bergeser kemana-mana. Lalu terdengar suara tertawa yang tidak berhenti.
Ambar menoleh dan didepannya ada bos Kenzo sedang tertawa dengan memegangi perutnya.
"Kenapa, Pak?" tanya Ambar tidak mengerti apa yang terjadi.
"Nggak" jawab Bos Kenzo lalu berusaha menahan tawanya dan berdiri dengan tegak.
Ambar meregangkan tangan dan kakinya lalu tersadar ada kain di bawah pantatnya. Dia terkejut melihat bahwa yang sedang ditindihnya adalah jas Bos Kenzo.
"Maaf, Pak. Aduh, ini pasti mahal ya. Maaf ya Pak. Saya gak sengaja" katanya lalu berusaha membuat jas halus dan hangat itu lurus.
"Taruh saja disitu. Temanmu sudah datang"
Ambar menjadi serius dan mengikuti Bos Kenzo berjalan keluar ke belakang tempat hiburan malam itu. Ratih terlihat seperti orang yang mabuk dan dipegangi oleh dua petugas keamanan.
Bagaimana ini? kalau Ambar membawa Ratih pulang dalam keadaan seperti ini, maka keluarganya pasti terkejut. Tapi, apa ada cara lain untuk menyembunyikan hal ini?
"Terima kasih, Pak. Sudah bantu saya. Ratih ... Ratih ... hei. Ayo pulang!!!" kata Ambar memberi hormat pada Bos Kenzo lalu berusaha menyadarkan temannya.
"Orangku akan mengantar kalian pulang" tambah Bos Kenzo berusaha membantu lagi. Tapi Ambar malu menerima begitu banyak pertolongan dari orang yang bahkan tidak dikenalnya.
"Saya bisa panggil taksi, Pak"
"Bahaya. Lebih baik orangku yang antar kalian pulang"
Akhirnya Ambar memegang Ratih yang masih setengah sadar di mobil pegawai tempat hiburan itu. bagaimana dia bisa berterima kasih pada bos Kenzo untuk semua bantuan ini. Mereka pasti tidak akan bertemu lagi setelah ini. Karena Ambar tidak mungkin masuk ke tempat seperti itu.
Ambar mengantar Ratih ke rumahnya dan menimbulkkan begitu banyak pertanyaan dari keluarga temannya itu.
"Biar Ratih yang ngomong aja Budhe. Ambar cuma cari Ratih aja"
"Iya, Mbar. Makasih ya"
"Iya"
Ambar berjalan kaki pulang dan merasa sangat lega sudah menemukan Ratih dalam keadaan utuh. Sampai di rumah, dia memeriksa ponsel dan mendapat berita kalau dua sahabatnya telah sampai di negara masing-masing. Ambar harus semangat belajar agar tidak menyusahkan orang tuanya. Meskipun tidak bisa setinggi Rea dan Feli, Ambar ingin membuat prestasi yang membanggakan orang tuanya. dan mendapatkan penghasilan yang halal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments