Adhitama mendengar permasalahan yang sedang dialami keluarga perempuan yang disukainya. Tentu saja dari beberapa orang kepercayaannya. Dia segera berangkat ke Surabaya dan memeriksa hal tersebut. Ternyata benar. Keluarga Gianina sedang mengalami sesuatu yang buruk. Bawahan kepala keluarga itu membawa kabur uang perusahaan dalam jumlah yang sangat besar. kabarnya orang itu kabur ke Amerika Selatan, dan sulit untuk dilacak lagi. Kecuali mereka memiliki pengaruh besar di dunia.
Untuk mengatasi masalah itu, keluarga Gianina diharuskan menyuntik dana ke dalam perusahaan. Sayangnya, mereka juga tidak memiliki uang sebanyak itu. Jadilah Adhi berangkat kembali ke Jakarta untuk menjual aset-asetnya yang berharga. Tapi Adhi juga tidak memiliki uang sebanyak itu. Terpaksa dia menjual tempat hiburan malam yang dimilikinya. Tanpa mempedulikan nasib pekerja yang menggantungkan nasib padanya. Dan seperti sebuah karma, usaha yang dilakukannya ditolak begitu saja oleh keluarga Gianina.
"Maaf, Dhi. Danial kemarin sudah kemari dan menyelesaikan masalah perusahaan" jawab perempuan yang suara dan wajahnya selalu berada di dalam hatinya. Adhi merasa sangat bodoh. Bagaimana bisa dia tidak memperkirakan hal ini. Kakaknya yang menjadi penerus perusahaan keluarga itu memiliki pengaruh besar di dunia sosialisasi dunia. Dengan bantuan para temannya, kakaknya dapat menangkap siapapun yang diinginkannya.
Belum lagi, uang dan kekuasaan yang dimiliki kakaknya. Persoalan keluarga Gianina dapat terselesaikan dengan mudah dalam waktu singkat. Semua ini karena kakaknya juga memiliki perasaan pada perempuan itu. Perempuan yang juga disukai oleh Adhi.
"Felysia. Kenapa?" Dia meracau setelah menenggak beberapa gelas minuman keras yang ada di dalam apartemennya. Tak berapa lama, dia sadar karena bunyi telepon. Adhi mencari ponselnya dan membaca nama kakaknya di layar.
"Ada apa?"
"Kau kemana? Ibu mencarimu"
Benar, dia tidak memberitahu siapapun kemana pergi. Seperti biasanya. Lalu, kenapa ibunya sekarang mencari?
"Ada apa?"
"Akan ada acara makan malam besok. Ibu berharap kau bisa hadir"
"Dimana?"
"Rumah"
"Aku sibuk. Tidak bisa pulang"
"Apa yang kau lakukan. Kau kan tidak punya ... "
Adhi mematikan ponselnya, memotong pembicaraan kakaknya. Dia memiliki firasat buruk saat keluarganya mencari keberadaannya hanya untuk sebuah makan malam. Jangan-jangan ... acara itu tidak hanya dihadiri oleh keluarganya saja.
Dan benar saja, dalam beberapa hari dia mendengar acara pertunangan yang akan dilangsungkan bulan depan. Antara kakaknya dan Felysia, perempuan yang disukainya. Kenapa? Kenapa selalu kakaknya yang mendapatkan segalanya? Kenapa? Dia melemparkan apapun yang ada di hadapannya ke arah dinding dan menmgosongkan semua botol minuman keras. Dia juga melemparkan ponselnya ke sembarang arah dan mengakibatkan teleponnya tersambung dengan seseorang tanpa sngaja. Orang itu memangilnya tapi tidak ada jawaban. Hanya suara barang pecah yang terdengar oleh orang itu.
Tidak tahu apa yang terjadi padanya, Adhi bangun karena sinar matahari menyakiti wajahnya. Sudah pagi rupanya. Dia bangun dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar. Tak pernah dia kira melihat seseorang yang pernah dikenalnya, berdiri seperti patung di antara pecahan gelas dan botol. Dan sedetik kemudian teriakan wanita itu memekakkan telinga Adhi.
Ambar bangun pagi-pagi lalu sholat subuh dan membersihkan rumah. Tak lupa dia membantu ibunya memasak karena kuliahnya dimulai siang nanti. Masih ada waktu lima jam sebelum kuliah, sebaiknya dia belajar.
"Assalamualaikum" Ada telepon masuk ke dalam ponselnya, dari Kenzo.
"Wallaikumsalam. Eh Mbar, kamu punya waktu gak?"
"Waktu luang? Emang kenapa?"
"Aku mau wawancara kerja nih jam sembilan. Tolong aku"
"Tolong apa? Wawancara? Ya gak bisa lah"
"Bukan. Aku ada pekerjaan lain, bebersih rumah. Tapi bentrok waktunya"
"Bersih-bersih rumah?"
"Iya
Ambar tidak pernah membayangkan laki-laki seperti Kenzo bersedia untuk melakukan pekerjaan semacam itu. Ambar hampir saja menangis mengetahui kalau temannya itu sudah dewasa.
"Aku bantuin deh" kata Ambar dengan sedikit terharu.
"Bener nih?"
"Iya, dimana tempatnya?"
"Apartemen The Pileya lantai 29 kamar nomor 42"
"Baik deh. tapi maku cuma bisa bebersih sekenanya ya"
"Iya, Gak apa. Aku mesti mandi dulu nih. O iya, kalo kamu berangkat sekarang lebih baik kayaknya"
Ambar menutup telepon dari Kenzo dan mencatat alamat apartemen yang dimaksud. Dia segera memakai celana dan baju yang nyaman lalu minta ijin pada orang tuanya. Untung saja ayah dan ibunya mengijinkan tanpa bertanya.
Dia naik angkot dan berjalan sedikit untuk sampai ke apartemen yang dimaksud oleh Kenzo. Di depan gedung tinggi itu, Ambar membayangkan kalau dia memiliki salah satu unit apartemen karena usahanya sendiri. Pasti akan sangat membanggakan bagi orang tuanya kalau dia sampai pada tahap seperti itu. Tapi perjalanan baginya masih sangat panjang, pikir Ambar lalu berjalan masuk ke dalam gedung apartemen itu. Sampai di depan pintu kamar nomor 2942, Ambar mulai gugup. Ini pertama kalinya dia datang ke rumah seseorang untuk bekerja sebagai tukang bersih-bersih. Tapi dia harus melakukan ini untuk membantu Kenzo.
Dia mengetuk pintu dan tidak ada jawaban. Meskipun Ambar sudah mengucapkan tiga kali salam, tidak ada orang dari dalam apartemen membukakan pintu. Saat dia ingin pergi, tiba-tiba saja pintunya terbuka seperti tertiup angin. Ambar mengirim pesan kepada Kenzo tapi hanya dijawab
"Masuk saja. Gak perlu salam"
Berbekal itu, Ambar masuk ke dalam apartemen dan terkejut dengan suasana dan bau yang menusuk.
'Apa ini?' pikirnya lalu melangkah semakin ke dalam dan menghindari beberapa pecahan kaca di depan pintu. Di dalam apartemen itu ada banyak sekali pecahan kaca dan botol. Bau menyengat seperti alkohol dan barang-barang di dalamnya berantakan. Sepertinya apartemen ini diangkat oleh raksasa, dikocok-kocok lalu diletakkan kembali pada tempatnya. Bagaimana caranya membersihkan kamar seperti ini?
Beberapa detik kemudian, Ambar mulai mencari kantung sampah dan alat bersih-bersih di dapur, tapi tidak menemukannya. Terpaksa dia harus keluar dari apartemen dan membeli beberapa kantung sampah, sarung tangan, cairan pembersih, alat pel dan sapu di minimarket terdekat. Kembali ke apartemen, Ambar mulai mengambil satu persatu pecahan gelas dan botol yang berukuran besar lalu menyapu yang lebih halus. Ada beberapa pecahan yang masuk ke dalam tangannya saat melakukan hal itu, tapi tidak membuatnya pantang menyerah. Setelah satu jam, semua pecahan gelas akhirnya berada di dalam kantung sampah. Dia mulai membersihkan dinding dan lantai yang ada percikan cairan berbau seperti alkohol. Sungguh pekerjaan yang melelahkan. Bahkan di rumahnya sendiri, Ambar tidak pernah bersih-bersih lebih dari satu jam.
Dia selesai membersihkan semua bercak cairan berbau itu lalu mengambil waktu istirahat dengan duduk di sofa. Sungguh melelahkan. Bagaimana Kenzo bisa melakukan pekerjaan seperti ini? Pasti gajinya besar sehingga Kenzo mau melakukan hal seperti ini. Ambar terdiam lalu tiba-tiba ada suara pintu terbuka. Ambar sangat terkejut saat ada sosok laki-laki keluar dari kamar di dalam apartemen. Dikiranya tidak ada orang di dalam apartemen ini. Dia berdiri lalu berteriak melihat rupa laki-laki yang sangat berantakan seperti orang gila itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
ambar lucu ... jd ingat waktu SMA aku juga punya trmen namanya ambar sama orgnya juga gemoy dan suka melucu 😁😁
2023-12-19
0