Ambar sampai di rumah dalam keadaan yang linglung. Dia masih merasa ketakutan karena mungkin saja karenanya Kenzo akan dimarahi oleh Bos-nya. Mantan Bos lebih tepatnya.
"Kamu baru pulang? Bukannya kamu kuliah?" tanya ayahnya yang melihatnya berdiri di depan rumah.
"Iya, ini mau mandi dulu. Assalamualaikum" jawab Ambar lalu segera masuk ke dalam kamarnya. Ayahnya yang dilalui oleh Ambar mencium sesuatu dari badan anaknya, tapi tidak tahu apa itu. Tanpa duduk terlebih dahulu, Ambar segera mengambil handuk dan pergi mandi. Membersihkan bau menusuk yang dibawanya dari apartemen kandang babi Bos Kenzo.
Seperti angin, Ambar pergi lagi dari rumah. Kali ini ke tempat kursusnya.
"Bu, Pak. Ambar kerja nanti sore sampe malem" katanya lalu berlalu pergi menuju perempatan jalan. Ibu dan ayahnya saling berpandangan, mencoba mencari alasan putrinya datang dengan bau yang aneh. Ibunya juga mulai mencari baju bekas pakai Ambar tadi pagi.
"Ini bukannya tuak, Pak?" Ibunya kembali mencium baju bekas pakai Ambar yang ditinggalkan di dalam kamar mandi.
"Bener berarti" ucap ayahnya lalu mulai emosi.
"Sabar, Pak. Pasti ada penjelasannya"
"Penjelasan apa? Kamu mau sama kayak Ratih?"
"Pak, pasti Ambar bisa jelasin"
"Bapak jemput anak itu"
"Tapi, pak. Ambar mau kerja nanti"
"Gak, Bapak jemput tuh anak"
Sebenarnya ayah Ambar adalah orang yang super sabar, tapi dikala emosi, tidak ada yang bisa menghalanginya. Apalagi kalau masalah putrinya yang cuma satu itu. Ambar dijemput dengan paksa oleh ayahnya dan diseret ke rumah.
"Ayo jelaskan apa ini?!?"
Ambar yang terkejut karena diseret ayahnya pulang dari pusat pendidikan sebelum masuk kelas, diam melihat bajunya dilempar ke depannya.
"Apaan sih Pak. Ini kan baju sweater Ambar tadi pagi"
"Nah, bener kan?!?"
Ambar heran suaram ayahnya semakin meninggi. Dia tidak mengerti masalah apa yang membuat ayahnya marah sampai seperti ini.
"Apa sih Pak?"
"Kamu tahu kalo bajumu itu bau?"
Ambar mencium baju yang dipakainya tadi pagi dan melihat ke ayahnya.
"Iya, bau Pak. Terus kenapa?"
"Itu bau minuman keras!!!!"
Seperti bertemu dengan bos Kenzo, kini Ambar merasa ketakutan. Matanya mulai bergetar karena ayahnya ternyata mengenal bau menusuk hidung ini.
"Bukan, Pak. Itu ... "
"APA???"
Ambar mengerut karena mendengar teriakan ayahnya yang tinggi, dia juga tidak tahu harus menjawab apa.
"Sudah, Pak. Ambar apa kamu minum?" Ibunya bertanya dengan nada yang lebih tenang tapi semakin menakutkan. Tapi Ambar tidak salah, dia hanya harus menjelaskan secara rinci.
"Gak, Bu. Ambar gak minum"
"Terus ... kenapa bajumu bau minuman keras?"
"Ambar bantu Kenzo bersihin rumah Bosnya. Ternyata Bosnya itu habis mecah-mecahin botol alkohol. Jadinya, bau baju Ambar kayak gitu"
"Kenzo ... ayah sudah tahu kalo anak itu gak bener"
"Bukan, Pak. Yang gak bener itu bosnya" bela Ambar tidak ingin temannya yang mungkin kesusahan karena kelakuannya semakin menderita dituduh seperti ini.
"Sama saja. Mau apa Kenzo ngajak kamu bersihin rumah Bosnya?"
"Kenzo itu habis dipecat Pak. Sekarang dia jadi tukang bersih-bersih rumah. Terus ... gara-gara Ambar kayaknya ..." Ambar menutupi mulutnya, takut berbicara terlalu banyak dan menimbulkan masalah.
"Kenzo itu jadi tukang bersih-bersih? Bapak gak percaya"
"Eh beneran Pak"
Setelah penjelasan panjang dan usaha untuk membuat Kenzo terdengar lebih menyedihkan berhasil, akhirnya Ambar dilepaskan kedua orang tuanya. Juga karena ada adzan Ashar dan ayahnya harus pergi ke masjid. Allah adalah penolong yang tidak akan pernah meninggalkan umatnya.
"Kamu ada jadwal kuliah?" tanya ibunya.
"Ada Bu. Jam lima sore ini"
"Ya udah, cepert sholat terus berangkat sana!"
Ambar menuruti perintah ibunya lalu segera pergi ke pusat pendidikan sebelum ayahnya pulang. Dia naik angkot dan mengikuti kuliah dengan perasaan lega.
Besoknya Kenzo datang ke rumah dan berhadapan dengan ayahnya. kalau sbeleumnya ayahnya tidak pernah menemui Kenzo, kali ini berbeda. Ayahnya memasang badan sebelum Kenzo dapat menemui Ambar.
"Kamu jangan pernah ngajak anak saya ke tempat-tempak gak bener ya!"
Tentu saja perkataan ayah Ambar membuat Kenzo bingung. Tapi untungnya anak itu tidak terlalu bodoh dan mengangguk untuk menyelamatkan dirinya.
"Iya, Pak. Saya janji"
Akhirnya Ambar ditinggalkan sendiri dengan Kenzo yang berusaha mencari jawaban atas kelakuan ayahnya.
"Ayah, nemuin bajuku yang bau alkohol"
"Oh, pantes."
Ambar melihat Kenzo yang terkesan tenang dengan pemecatan dan kemarahan ayahnya. Aneh. Bukannya Bos Kenzo marah gara-gara kelakuan Ambar di rumahnya tadi pagi? Tapi, sepertinya tidak terjadi apapun yang mengkhawatirkan.
"Ayah kamu kalo marah nakutin juga ya?" tanya Kenzo membuat AMbar yakin laki-laki di apartemen itu tidak mengatakan apapun pada temannya itu.
"Yah, gitu. Eh, gimana wawancara kamu? Aku lupa tanya tadi"
"Gagal" Ambar tidak dapat bereaksi apapun karena kabar jelek yang didengarnya. padahal Kenzo sudah berusaha keras untuk mengikuti wawancara kerja itu.
"Tapi, aku diterima kerja sama Bos lagi" lanjutnya membuat Ambar terkejut.
"Apa?"
"iya. Bos mau bangun bisnis lagi. kali ini cafe sama restoran. AKu diminta ngawasin disini"
"Jadi?"
"Aku dapet gaji full kayak bulan kemarin"
"Waaah, selamet ya" Akhirnya Ambar bisa tersenyum senang. Temannya yang membuatnya khawatir akhirnya mendapatkan kepastian tentang uang. Ternyata Bos Kenzo lumayan baik juga, pikir Ambar lega.
Pertemuannya dengan Kenzo berlangsung sangat singkat karena malam juga semakin larut. Ambar kembali ke kamar dan menemukan kabar mengejutkan yang dikirimkan oleh Rea. Feli, peri cantik, pintar dan pendiam itu bertunangan. Dengan penerus perusahaan jasa keamanan yang ternama di Inggris. Sebenarnya Ambar gembira dengan kabar ini. Tapi, ada sesuatu yang membuatnya tidak yakin. Apa Feli menerima pinangan ini karena masalah perusahaan ayahnya? Kalau begitu, Feli seperti dijual untuk menyelamatkan perusahaan? Apa Feli bahagia sekarang? Berbagai pertanyaan muncul di kepala Ambar, berusaha menemukan alasan sahabatnya itu untuk bertunangan. Tapi dia tidak bisa bertanya secara langsung pada Feli, karena keadaan yang belum memungkinkan. Rea bilang bulan depan Feli akan pulang kembali ke Indonesia. Mungkin, itu adalah saatnya Ambar menghapuskan rasa penasarannya dengan bertanya secara langsung pada Feli.
"Adhi, kenapa kamu gak ke Inggris?" tanya perempuan yang tiba-tiba saja menghubungi Adhi malam ini. Dia baru saja bisa melupakan tentang perempuan ini tapi ternyata tidak semudah itu.
"Aku sibuk. Ada yang harus kuurus"
"Maafin aku ya Dhi. Aku gak bisa nerima ... "
"Aku ada pertemuan penting" potong Adhi tidak ingin mendengar lebih jauh penyesalan perempuan yang bahkan tidak pernah menoleh padanya itu.
"Iya. Aku balik ke Jepang besok. Kalau ada waktu, kita bisa ketemu ... "
"Fel, selamat"
Itu kata yang berat untuk diucapkan Adhi selama ini. Padahal dia tahu kalau semua ini akan terjadi cepat atau lambat. Dia melihat langit hitam Indonesia dan menghela napas berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments