Besok paginya, Ambar bertemu dengan dua sahabatnya yang paling dia rindukan. Kedua orang tuanya juga senang karena akhirnya melihat Ambar bahagia. Mereka berdua mengantar Ambar ke pabrik untuk mengundurkan diri lalu pergi makan bersama. Di sebuah cafe dengan konsep alam, mereka beribacara panjang lebar tentang masalah sekolah. Kebanyakan memang tentang sekolah. Tapi ada yang berbeda dengan Feli, menurut Ambar. Saat Feli pergi ke toilet, Ambar bertanya pada Rea.
"Apa Feli pacaran?"
"Wah, kamu ternyata peka juga ya"
"Beneran?"
"Belum. Sampe sekarang sih belum, tapi tuh cowok mepet terus"
"Siapa?"
"Anak Inggris tapi keturunan Indo. Orang kaya" jelas Rea dengan membentuk koin dengan tangannya.
Kalau Rea mengatakan laki-laki itu kaya, berarti memang benar-benar kaya. Karena standar Rea berebeda jauh dengannya. Tapi, entah kenapa Ambar merasa sedih. Feli yang dulunya tidak pernah berpikir tentang laki-laki kini ... berpikir untuk pacaran. Rea yang terlihat sama dengan setahun yang lalu. Mungkin karena Rea memang tidak memiliki kewajiban untuk menikah. Kakak perempuannya yang berumur dua puluh enam tahunlah yang harus menikah untuk meneruskan perusahaan ayahnya.
"Apa laki-laki itu cakep?"
"Wuihhh, kayak pangeran Inggris"
"Standar dong"
Rea tertawa mendengar celetukan Ambar yang polos. Sedangkan Ambar tidak mengerti kenapa sahabatnya ini tertawa dengan menggigit cireng di mulutnya.
"Iya sih. Tapi adiknya sebenarnya yang luar biasa"
"Laki-laki itu punya adek?"
"Jadi ... mereka tuh dua bersaudara. Yang kakak umur dua puluh lima tahun, temen sekolah kakakku. Pinter, cakep, tinggi, baik, layak deh jadi penerus. Adeknya umur dua puluh tiga tahun, agak bandel tapi tampang sama badannya luar biasa. Mirip model di majalah dewasa kakak gue"
Ambar mendengar beberapa informasi yang tidak ingin dia ketahui. Rea ternyata menikmati hal-hal semacam itu.
"Trus kenapa kamu gak sama adeknya?" tanya Ambar mencoba untuk menggoda Rea.
"Bukan selera gue. Tapi, kayaknya adeknya itu juga suka sama Feli"
"Wah, cinta segitiga"
"Iya, terus ... "
Acara 'pergosipan' keduanya berlanjut sampai terpaksa harus berhenti karena Feli telah kembali dari toilet.
Hanya satu tahun, Ambar melihat perubahan besar dari keduanya. Feli menjadi lebih dewasa dan Rea semakin tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Dan mereka berdua tetap menjadi sahabat Ambar yang paling dia sayangi.
"Kalian bakal berangkat kapan?"
"Lusa. Pesawatku pagi. Gak tau Feli"
"Aku juga pagi, tapi kayaknya Rea dulu yang pergi"
Ambar merasa sedih lagi. Kali ini tidak tahu kapan lagi dia bisa melihat kedua sahabatnya. Dan lagi, yang lebih penting adalah hanya masa depannya yang belum bisa dipastikan.
Ambar terpaksa menahan kesedihannya, karena tidak ingin kedua sahabatnya mengerti tentang hal itu. Mereka pergi selalu bertiga kemanapun sampai saat Feli dan Rea harus kembali ke Inggris dan Jepang. Ambar kembali ke rumahnya sendiri dan dalam keadaan hampir menangis. Belum sempat dia masuk ke dalam rumah, seorang anak kecil memanggilnya. ternyata itu adik Ratih yang keempat. Anak itu memintanya untuk pergi ke rumah Ratih. Kuatir terjadi sesuatu, Ambar segera pergi kesana dan menemukan ibu Ratih sedang mencari anaknya yang sudah tiga hari tidak pulang. Dan orang terakhir yang terlihat bersama Ratih adalah Ambar. Tentu saja Ambar bingung ingin menjawab apa. Karena ibu Ratih terlihat tidak tahu apapun yang dilakukan putrinya.
"Saya cari dulu. nanti saya telpon Budhe"
"Iya, Tolong ya Mbar. Budhe gak tau harus cari kemana lagi"
Ambar kembali ke rumahnya terlebih dahulu dan menceritakan tentang Ratih pada ibunya. Tapi tidak bagian tempat hiburan malam dan kelakuan Ratih. Ibunya akhirnya memberi ijin Ambar untuk mencari tetangganya yang merepotkan itu. Sebelum berangkat, Ambar menghubungi Kenzo yang bekerja di tempat hiburan malam tujuannya akan pergi malam ini.
"Wah, aku dikirim bos ke luar Jawa. Selasa aku bantu kamu cari"
"Iya deh"
Meskipun Ambar menyetujui saran Kenzo, tapi Selasa baru akan datang empat hari lagi. Ambar tidak tahu apa yang akan terjadi pada Ratih selama empat hari itu.
Pukul sembilan malam, akhirnya Ambar memberanikan diri untuk pergi ke tempat hiburan malam yang sama. Seorang penjaga sempat melarangnya masuk, tapi setelah Ambar menjelaskan alasannya ingin pergi kesana, mereka memperbolehkannya. Ambar mendengar suara keras yang tidak nyaman di telinganya lagi dan berusaha mencari sosok Ratih disana. Dia berjalan dari satu meja ke meja lainnya, berharap melihat wajah Ratih disana. Dan belum lima menit dia berkeliling, sebuah tangan besar menahan lengannya.
"Kami tidak menerima tamu sepertimu"
Ambar diseret keluar oleh laki-laki berbadan besar itu. Padahal dia sudah menjelaskan alasannya masuk ke dalam tempat seperti ini.
"Aku cuma cari orang. Aku gak ganggu kok" alasannya lalu ingin masuk lagi. laki-laki di depannya tetap memegang lengannya dengan erat.
"Aku tidak suka melihat perempuan yang menutup seluruh tubuhnya masuk ke tempatku dan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi tamu lainnya. Apalagi, kau tidak akan membeli apapun di dalam sana"
Di bawah lampu penerangan jalan akhirnya Ambar melihat laki-laki yang menyeretnya keluar dengan jelas. Wajah yang seperti dipahat dengan baik, dan tampilannya sungguh berkelas. Seperti orang kaya yang sebenarnya. Tapi, dia pernah melihat laki-laki ini. Mirip laki-laki yang muncul tiba-tiba saat dia bicara dengan Kenzo waktu itu. Jadi, laki-laki ini adalah bos Kenzo sekaligus pemilik tempat ini. Butuh beberapa menit untuk Ambar teringat tujuannya kemari lalu menepis tangan yang memegang lengannya.
"Maaf, bukan maksud saya mengganggu bisnis Anda"
kata-katanya menjadi lebih sopan karena Ambar takut membuat masalaha untuk temannya yang sedang merintis karir.
"Tapi apa Anda bisa membantu saya? Saya mencari perempuan yang ada di foto ini. Saya akan menunggu disini kalau Anda mau membantu saya"
Laki-laki itu mengambil ponsel Ambar lalu pergi ke pintu masuk tempat bisnisnya begitu saja. Ambar mencoba bersabar dengan kelakuan seenaknya laki-laki itu.
Tak berapa lama, laki-laki itu kembali ke tempatnya berdiri.
"Kemarin perempuan ini kemari. Tapi malam ini belum. Biasanya perempuan ini akan datang tengah malam"
Laki-laki itu mengembalikan ponsel Ambar, dan dia merasa lega. Ternyata Ratih tidak hilang. Tapi, bagaimana bisa dia menunggu sampai tengah malam di tempat ini. Dia adalah perempuan perawan yang masih berumur dua puluh tahun. kalau terjadi sesuatu, masa depannya akan hancur. Apa dia harus menghubungi ayahnya dan menceritakan segalanya?
Dan disaat dia kebingungan, laki-laki di depannya menawarkan sebuah solusi yang berbahaya.
"Kau bisa menunggu di kantorku, sampai perempuan itu datang"
Meskipun Ambar sadar diri dengan wajahnya yang jelek dan penampilannya yang berhijab, dia tetap perempuan. Dia takut menerima tawaran laki-laki yang tidak dikenalnya.
"Gak perlu. Aku tunggu disini aja"
"Kamu bukan seleraku"
Ambar tertegun dengan kata-kata yang didengarnya. Kenapa dia kini tidak merasa terhina dengan kenyataan itu? Kenyataan bahwa wajah dan penampilannya memang tidak menarik laki-laki manapun. Disaat kedua sahabatnya menjadi semakin cantik dan mulai mengenal cinta, dia ditinggalkan sendiri dengan keterbatasan penampilan. Sungguh nasib yang tragis, untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments