"Subhahanallah" kata Ambar yang mengagumi ciptaan Allah dalam jarak dekat itu.
"Apa?"
"Ha?" Dia lupa cowok itu bukan objek mati yang tidak bisa terganggu dengan caranya memandang.
"Aku tidak tahu bagaimana caramu meyakinkan Rea, tapi Feli harus percaya kalau kita sudah berhubungan sejak lama" kata cowok itu menyadarkan Ambar dari lamunannya.
"Apa? Ngapain saya?" tanyanya masih tidak mengerti.
"Apa kau bodoh? Tidak mengerti apa yang kukatakan?"
Tiba-tiba saja Ambar menjadi orang bodoh sekarang. Berani sekali cowok bule ini mengatinya seperti itu.
"Saya ini bertanya kenapa saya harus melakukan itu? Kita tidak saling kenal, hanya sekali bertemu lalu tiba-tiba ... menjadi pacar? Lawak sekali"
"Dua kali"
"Ha?"
"Kita bertemu dua kali. Dan apa itu lawak?"
"Bos, saya itu sahabat Feli dan Rea. Mereka sangat mengerti kalau saya tidak akan pernah pacaran dengan siapapun"
"Apa? Apa kau tidak menyukai laki-laki?"
Tadi Ambar menjadi orang bodoh, sekarang dituduh tidak normal. Kenapa cowok bule ini lama-lama menjadi sangat menyebalkan.
"Saya ini memang tidak ingin pacaran dan langsung menikah. Itu prinsip saya dan dua sahabat saya itu sangat mengerti tentang hal itu"
"Apa? kau memintaku menikahimu?"
Duhhhh, rasanya ingin sekali membunuh cowok bule yang ada di depannya ini. Meskipun cakep, rasanya kecelakaan membuat cowok ini menjadi aneh. padahal seingat Ambar, Bos Kenzo memiliki kesan keren dan pendiam.
"Saya tidak bisa berpura-pura menjadi apa yang Bos inginkan. Saya ini sahabat Feli" tegas Ambar mulai membuat cowok di atas ranjang itu mengerti.
"Aku tidak tahu sejauh mana kau bersahabat dengan Rea dan Feli. Tapi, seharusnya kau juga tahu kalau Feli akan menikah dua bulan lagi"
"Iya, saya kan ... "
Belum selesai Ambar menjelaskan kalau dia mengurus souvenir pernikahan itu, omongannya dipotong begitu saja.
"Kalau begitu, kau harus membantuku untuk menjaga pernikahan itu tetap terlaksana seperti rencana"
"Ha? Emangnya ada yang ... "
Ambar perlahan mengingat tentang fakta yang pernah dikatakan Rea tentang Feli, calon suami dan calon adik iparnya. Cinta segitiga. Oh, Ya Tuhan.
":Aku sudah berusaha menjauh tapi ... aku tidak bisa mengendalikan diriku di depan ... Feli"
Itu berarti, cowok ini masih menyukai Feli?
"Maksud Bos"
"Jadilah dinding yang bisa menghalangiku untuk merebut Feli dari tangan kakakku!"
Ohhh, sungguh romantis. Ambar suka sekali dengan kalimat yang dikatakan oleh cowok ini. Dinding yang menahannya. Sungguh puitis dan penuh omong kosong besar. Ambar bukan orang yang akan terjun ke dalam masalah orang begitu saja. Dia lebih baik tidak terlibat dalam drama percintaan ini.
"Gak mau"
Cowok itu terlihat tertohok saat mendengar jawaban Ambar. Mungkin cowok ini jarang menerima penolakan.
"Saya sudah bilang. Saya ini sahabat Feli dan tidak ingin melakukan sesuatu yang akan mencederai hubungan kami berdua"
"Oh begitu"
"Iya. Saya tidak mau. Sebaiknya saya pulang karena ini sudah malam. Untuk apa juga saya kemari"
Ambar sudah berjalan hingga ke pintu dan berhenti karena perkataan cowok yang ada di kamar itu.
"Bagaimana kalau pekerjaan Kenzo yang jadi pertimbangan?"
Ambar segera menoleh dan melihat senyum tipis menghiasi wajah cowok bule itu.
"Apa yang baru saja?"
"Semua ini memang kesalahan Kenzo, jadi ... aku memiliki hak untuk memecatnya"
Sebenarnya Ambar juga setuju kalau semua ini adalah kesalahan temannya yang bodoh itu. Tapi ... ayah Kenzo akan dibebaskan setengah tahun lagi. kalau Kenzo kehilangan pekerjaan, bagaimana dengan biaya pendidikan dua adiknya, ibunya serta biaya pembebasan ayahnya? Apa Ambar bisa membantu Kenzo kalau-kalau temannya itu dipecat gara-gara masalah ini? Pendirian Ambar mulai goyah dan sepertinya hal itu dimanfaatkan oleh cowok bule itu.
"Pulanglah dan kembalilah besok untuk menjawabnya. Kau akan menjadi pacarku hanya untuk dua bulan atau Kenzo dipecat dan aku akan mengambil semua fasilitas yang telah dia gunakan selama ini"
Mendadak syarat yang diajukan oleh cowok bule itu meningkat begitu saja. Ambar tidak bisa menjawabnya sekarang. Dia harus berpikir. Ambar memutuskan untuk keluar dari kamar tempat Bos Kenzo dirawat dan melihat sekeliling lorong. Mencari temannya yang bodoh dan sembrono itu.
"Gimana Kenzo, Mbar?" tanya ibu Ambar saat dia sampai di rumah.
"Gak ada Buk"
"Apa??? Kenzo gak ada???"
Ambar heran kenapa ibunya bereaksi aneh saat mendengar jawabannya tentang Kenzo, lalu dia segera tersadar. kalau ibunya salah paham.
"Maksud Ambar, Kenzo gak apa-apa"
"Ohh, Alhamdulillah. Kok kamu pulang? Apa ibunya yang jaga Kenzo sekarang?"
"Iya" jawab Ambar sembarang lalu pergi ke kamarnya.
"Jangan lupa ganti pakaian Mbar. Kamu dari rumah sakit!" kata ibunya mnecoba memperingatkan.
Tapi Ambar tidak bisa mendengarnya. yang ada di kepalanya sejak dalam perjalan pulang adalah apakah dia akan melakukan permintaan Bos Kenzo? hanya untuk menyelamatkan teman bodohnya? maka dia akan berhadapan dengan sahabat yang selama ini selalu dia sayangi? Lagipula, kenapa harus dia sih? Bukannya wanita lain yang lebih bohay dan cantik asih banyak. Emangnya Bos Kenzo itu gak bisa cari wanita lain daripada dia?
Dengan menahan rasa sakit, Adhi meraih ponselnya yang ada di atas meja dan menghubungi anak buahnya yang melakukan keslahan besar.
"Kau dimana?"
"Oh, Bos. Saya ada di rumah sakit"
"Kenapa kau tidak kemari?"
"Saya pikir, Bos pengen waktu sendiri dengan ... "
"Temanmu?"
"Ambar tadi ... "
"Aku menyuruhmu mencari wanita yang bisa menjadi kekasihku dan kau mengirim temanmu?"
"Saya pikir ... Ambar tidak mungkin ... "
"Dia mengira kau kecelakaan"
"Ambar berpikir seperti itu dan tetap datang kemari?"
Adhi terganggu dengan senyum yang ada di wajah anak buahnya. Senyum yang membuat anak buahnya terlihat semakin bodoh. Apa maksud Kenzo tersenyum seperti itu? Apa anak buahnya itu menyukai ... ohh menjijikkan. Adhi tidak ingin melihat wajah bodoh itu lagi.
Percuma saja bicara dengan Kenzo malam ini. Anak buahnya itu terbuai dengan khayalannya sendiri dan tidak peduli yang lainnya. Adhi kini menghabiskan malam hari di ranjang rumah sakit. Mencoba untuk tidur dengan rasa sakit yang mulai muncul karena pengaruh obat bius menghilang. Jadilah dia tidak tidur semalaman dan memilih untuk bekerja meskipun seluruh badannya sakit. Ini karena kebodohannya sendiri.
Ambar bangun dari tidurnya dan merasa lelah sekali. Semalaman dia mencari solusi untuk situasi yang dihadapinya tapi tetap tidak menemukan caranya. Terbayang kesulitan yang akan dihadapi Kenzo saat dipecat, membuatnya kembali merasa bersalah. Padahal, bukan dia yang membuat masalah. Tapi kenapa dia merasa dihukum? Saat dia meras tidak bisa berpikir lagi, ponselnya berbunyi dengan kencang. Rea? Kenapa Rea menghubunginya pagi-pagi begini? Bukannya di London sekarang tengah malam?
"Halo"
"Ambaaaarr!!!"
Ambar menjauhkan telepon dari telinganya agar tidak menjadi tuli karena suara teriakan Rea.
"Apa sih?"
"Kamu gila!!!!!"
Apa? Kenapa Rea mengumpat padanya pagi-pagi begini? Dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun sejak terakhir mereka saling menghubungi.
"Kamu mabuk ya Re?" balas Ambar kesal.
"Ambar!!! Sejak kapan kamu? Ngapain kamu? Kok bisa kamu ... jadian sama Adhi?"
Ambar mencoba menelaah semua kata-kata yang diucapkan Rea dan mulai mengerti arah pembicaraan yang akan mereka lakukan. Darimana Rea tahu? Feli? Tidak mungkin. Feli tidak mungkin bercerita hal-hal semacam ini pada Rea. lagipula, cowok bule itu kan ... .
"Kamu denger darimana Re?"
"Eh kenapa?"
"Kamu denger dari mana?" tanya Ambar lagi mencoba mencari tahu.
"Aku ditelpon sama Feli tadi sore. Kamu tau gak kalo aku hampir aja ngelempar hp aku ke tanah gara-gara gak percaya?"
Jangakan Rea, Ambar saja gak percaya dengan apa yang dialaminya semalam. Dan Feli, kenapa memberitahu Rea tentang kabar ini? Padahal, kelihatannya Feli sangat khawatir dengan calon adik iparnya.
"Lempar aja Re"
"Eh, jangan ngeles kamu. Sejak kapan kamu jadian sama Adhi? Darimana kamu kenal Adhi?"
"Gak jadian dan gak tau" jawab Ambar jujur.
Rea adalah sahabt yang paling dekat dengannya. Meskipun mereka ada tiga orang, Rea lebih mudah dihubungi daripada Feli. Mungkin karena sejak enam tahun lalu, Feli mengalami perubahan hidup yang sangat drastis.
"Lho, apa maksudnya?" tanya Rea tidak mengerti.
Ambar mulai mengulang kembali kejadian semalam dalam bentuk cerita tanpa mengurangi atau menambahkan apapun. Rea yang mendengarnya terlihat semakin serius. Apalagi saat Ambar mengatakan raut wajah Feli sangat menyedihkan.
"Dasar cowok bodoh!" komentar Rea setelah mendengar cerita lengkap.
"Siapa Re?"
"Siapa lagi? Ya Adhi"
Sepertinya Rea mengenal keluarga calon suami Feli dengan sangat baik sehingga dapat mengatakan hal itu.
"Kamu kenal semuanya Re?"
"Iyalah. Keluarga Syahreza ... keluarga calon suami Feli itu terkenal banget di Inggris. Perusahaan bapaknya gedhe, lebih besar sepuluh kali lipat daripada usaha ayahku. Belum lagi kenalan-kenalan mereka yang super banyak. dari kalangan politis, sampai artis dunia"
"Wah tajir dong"
"Bukan tajir lagi. Keluarga mereka itu super kaya. Makanya Feli beruntung banget dapet penerus perusahaan itu"
"Terus, Adhi itu?"
"Adhitama, putra kedua keluarga Syahreza. yang aku pernah bilang cakep banget lebih dari kakaknya"
"Iya, aku inget"
"Adhi itu rebel. Yang dilakukan sama Adhi kebanyakan kenakalan remaja. makanya diusir dari London dan disuruh hidup sendiri"
"Apa???" Bagaimana bisa sebuah keluarga mengusir keturunan mereka? Kecuali apa yang dilakukan cowok bule itu sangat keterlaluan.
"Ya gitu deh. Pokoknya Adhi itu gak bisa diatur. Tapi ... baik juga sih."
Ambar terkejut dengan tambahan yang sepertinya agak dipaksakan untuk memperbaiki citra cowok bule yang didengarnya. Tapi, Ambar juga pernah dibantu oleh cowok itu. Kelihatannya, cowok bule itu memang baik.
"Terus cowok ini suka sama Feli juga?"
"Itu dia. kabarnya yang pertama ketemu dan jatuh cinta sama Feli duluan itu Adhi. Akhirnya Feli dikenal sama keluarga Syahreza dan ... juederrr ... sekarang mau jadi Nyonya Syahreza. istri dari penerus perusahaan yang kaya dan berkuasa"
Rea bercerita panjang lebar sampai merasa mengantuk dan tertidur saat masih tersambung di telepon. Tidak ingin mengganggu istirahat sahabatnya, Ambar segera mematikan telepon dan mulai bersiap untuk bekerja. Mendadak, ada sesuatu yang mengganggunya.
Kenapa cowok bule itu butuh penghalang? Bukannya cowok itu bisa aja menjauh selama dua bulan, sampai pernikahan kakaknya dan Feli terjadi. Mudah saja kan? Mungkin Ambar harus segera pergi ke rumah sakit dan mengatakan solusi yang baru saja dia dapatkan pada cowok bule itu. dan dia akan terbebas dari rasa bersalah pada Kenzo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments