Ambar yang sedang bahagia memeluk gulingnya dengan erat. Baru kali ini, sepertinya jalan emas terbentang di depan matanya untuk meraih cita-cita yang selalu diimpikannya. Bukan menjadi seorang konglomerat, tapi hanya pegawai dengan gaji tetap setiap bulannya. Dia mulai menghitung semua pengeluaran kuliah administrasi bisnis di kepalanya lalu mulai membayangkan apa yang terjadi nantinya. Dia merasa sangat senang dan tersenyum-senyum sendiri di dalam kamar.
"Mbar, ada Ratih cari kamu"
Khayalannya terganggu oleh pemberitahuan ibunya yang terdengar menyebalkan. Untuk apa Ratih mencarinya lagi? Dia akan menyerahkan surat pengunduran diri besok dan tidak ingin lagi bertemu dengan Ratih. Lalu, apa sekarang?
Tanpa memiliki firasat buruk, Ambar menemui Ratih yang terlihat bingung.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Ambar sebal.
"Mbar, kamu bantuin aku" jawab Ratih lalu memegang tangan Ambar dengan erat.
"Maaf, aku gak bisa bantu kamu. Kamu tau sendiri kalo aku gak punya uang"
Ambar tidak ingin berlama-lama lagi menemui teman yang ingin menjerumuskannya itu. Tapi Ratih tidak ingin melepaskan tangannya.
"Bukan uang. Aku cuma butuh kamu ambil barang di mobil"
"Apa?" tanya Ambar curiga. Untuk apa dia mengambil barang di mobil Ratih?
"Iya, barangnya berat dan aku pengen nitip ke kamu dulu. Kalo gak nanti ibu tahu aku ... "
Sebenarnya Ambar malas mencampuri urusan tetangganya ini. Tapi ... melihat wajah takut Ratih, dia merasa tidak tega. Paling tidak Ambar bisa membantunya sebatas ini karena Ratih adalah orang yang membantunya mencari kerja.
Ambar memakai sandalnya lalu pergi ke mobil Ratih. Dia masuk ke dalam berusaha mengambil kotak besar yang ada di kursi penumpang mobil tapi sesuatu yang tidak disangkanya terjadi. Ratih masuk ke dalam, mengunci semua pintu lalu menyalakan mobil.
"Eh, ngapain kamu?"
"Mbar, bantu aku kali ini aja. Kalo gak nanti aku bisa mati"
"Apaan sih kamu? Kamu mau bawa aku kemana?"
"udah Mbar, kamu ikut aja. Aku janji kamu gak bakal diapa-apain"
"Apa??? Eh kalo ngomong yang bener kamu"
"Daripada aku tabrakin mobil ini mending kamu diam deh Mbar"
Mendengar ancaman Ratih, Ambar menjadi sedikit takut. Saat ini Ratih kemungkinan bisa melakukan yang diucapkannya. Ambar memilih diam dan mencoba untuk membaca situasi. Dia tidak membawa ponsel dan senjata apapun. Yang bisa digunakan olehnya hanya tubuh terlatih ini. kalau ada sesuatu yang berbahaya bagi kehormatannya, Ambar siap membela dirinya sendiri. Dengan pertolongan Allah, maka tidak ada yang tidak mungkin, pikir Ambar lalu mulai mengucapkan doa dengan suara berbisik.
Ketakutan Ambar terjadi, ratih membawanya ke sebuah tempat hiburan malam yang terlihat mewah. Apa yang mau Ratih lakukan disini? tanya Ambar dalam hati.
"Mbar, kamu harus ikut aku masuk sekarang" kata Ratih dengan wajah yang semakin pucat.
"Eh, kamu gila ya? Aku berhijab dan gak mungkin mau masuk ke tempat kayak gini"
"Udahlah Mbar. Masuk aja. Kalo gak aku nanti hancur"
"Kan itu salahmu sendiri, ngapain ngajak-ngajak aku"
Ambar terus saja membalas setiap perkataan Ratih, berusaha untuk tidak keluar dari mobil. Tapi Ratih menyadarinya dan memukul mobilnya dengan keras.
"Cepet keluar!!!"
Ambar terpaksa keluar dari mobil dan ditarik oleh ratih untuk masuk ke dalam tempat yang penuh dengan gemerlap lampu serta musik itu.
"Eh, kamu gila ya? AKu pake hijab tau"
"Udah ikut aku"
Ambar tidak bisa melawan kekuatan Ratih yang sekarang. Sepertinya Ratih dirasuki salah satu pengawal tinggi besar yang ada di depan tempat ini. Dan yang membuat Ambar merasa aneh, kedua pengawal disansa tidak berusaha memberhentikan Ratih. Padahal Ambar memakai kaus, celana dan hijab lusuh serta sandal rumah karet dengan bunga-bunga di atasnya.
"Pak, ini saya bawa Ambar" kata Ratih lalu Ambar mulai melihat pria tua yang pernah ditemuinya di pabrik. Pria ini kalau tidak salah penghitung pajak pabrik. Ratih dan pria itu berbicara sesuatu yang tidak bisa Ambar dengar karena suara musik. Ambar juga mulai merasa diperhatikan oleh pengunjung yang lain karena penampilannya. Wah, Ratih emang udah gila, pikirnya dalam hati.
"Mbar, sini!" Ratih kembali menarik tangan Ambar dan meletakkannya di atas paha pria tua itu. tentu saja Ambar kaget, dia seperti diumpankan pada pria ini oleh Ratih. Jadi, benar pikiran Ambar di mobil. Ratih memaksanya kesini untuk tujuan yang tidak baik. Saat pria tua itu tiba-tiba saja menyentuh tangan Ambar, dia mengambil langkah reflek.
Ambar berputar dan menaikkan kakinya ke atas. Untungnya, kaki itu tepat mengenai kepala pria tua itu. Pria tua itu terjatuh ke arah kiri dengan keras dan Ratih menunjuukan wajah kagetnya. Ambar sendiri juga terkejut, keahliannya ternyata sebagus ini. tanpa latihan bela diri apapun, Ambar ternyata bisa mengalahkan seorang pria dengan sekali tendang. Mirip seperti ahli taekwondo yang mengalahkan lawannya. Kejadian itu rupanya menarik perhatian pengunjung lain. dan Ambar merasa malu sekali.
"Ambar??" sapa seseorang dengan suara yang dikenalnya.
"Kenzo?" Ambar terkejut melihat Kenzo, anak laki-laki cengeng yang datang ke rumahnya setengah tahun lalu ada di tempat ini.
"Ngapain kamu disini?" tanya Kenzo lalu menyadari tatapan banyak orang. Dia menyeret Ambar keluar dari tempat hiburan ini dan membawanya ke tempat parkir.
"Kamu kerja disini?" tanya Ambar curiga.
Kenzo adalah anak orang kaya yang tiba-tiba saja miskin. Setengah tahun lalu, ayahnya terkena kasus korupsi lalu ditahan sampai lima tahun kedepan. Untuk mempelajari bagaimana cara menjadi orang miskin, Kenzo datang ke rumah dan mulai berguru pada Ambar. Tentu saja awalnya Ambar tersinggung dengan yang diucapkan Kenzo. Tapi Ambar tidak bisa tidak membantu laki-laki menyedihkan itu. Apalagi Ambar tahu cinta Kenzo pada Feli tidak pernah bisa terbalas. Mereka sering bertemu setidaknya seminggu sekali sampai tidak ada kabar dari Kenzo dua bulan lalu.
"Iya"
"Wah, kamu gila ya"
"Gimana lagi, aku kan gak lulus SMA"
Ambar ingin sekali marah tapi juga bisa mengerti kebutuhan hidup yang harus ditanggung Kenzo.
"Eh, kamu ngapain disini? Pake hijab lagi" tanya Kenzo mengalihkan pembicaraan.
"Tetanggaku tuh, Ratih. Dia paksa aku masuk ke dalam. Padahal aku pake baju mulung kayak gini"
"Wah, tetanggamu itu ternyata buta juga ya"
"Apa maksudnya?"
"Yang masuk kesini itu cuma wanita cantik. Bukan perempuan lusuk kayak kamu"
Ambar merasa terhina dengan apa yang diucapkan Kenzo. Dia memukul perut Kenzo yang mulai terbatuk-batuk itu. Senyum puas merekah di wajahnya. Tapi senyum itu tidak bertahan lama di wajahnya. karena di belakang Kenzo muncul sosok tinggi, berambut dan berpakaian hitam. Tatapan mata sosok itu tajam sekali seperti menusuk ke jantung Ambar.
"Belakangmu" Ambar berusaha memberi kode pada Kenzo tapi terlambat. Kenzo melihat ke arah belakangnya dan berteriak karena terkejut. Tentu saja Ambar juga ikut berteriak karena mengira sosok itu adalah malaikan pencabut nyawa. Padahal sosok tinggi itu adalah pemilik tempat hiburan malam yang hanya ingin mendapatkan penjelasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments