"Apa maksudmu?" tanyaku
"Aku tidak ingin membahasnya sekarang. Boleh kan?!" sahut EL sambil memelas kepadaku.
Akupun mengangguk, "Baiklah."
Disepanjang perjalanan, aku dan EL hanya terdiam. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri dan mungkin iapun begitu.
Hingga aku teringat sesuatu, "EL, antar aku ketempat Dokter kandungan ku. Aku lupa hari ini adalah jadwalku memeriksakan kehamilan." ucap ku sambil memperhatikan wajahnya.
Dia tersenyum padaku, "Tentu saja, kenapa tidak.
Aku memberitahu EL jalan menuju tempat praktek Dokter Rima, Dokter kandungan langganan ku. Hingga akhirnya mobil itupun berhenti tepat di halaman tempat praktek Dokter Rima.
Sebelum aku keluar dari mobilnya, aku bertanya kepada EL,
"EL, apa kamu mau ikut aku kedalam, atau kamu ingin langsung pulang?"
"Aku ingin ikut denganmu, aku juga ingin tau bagaimana keadaan calon bayiku." ucapnya sambil tersenyum padaku,
Aku tersenyum kecut mendengarnya. Mungkinkah aku dan EL bisa bersatu, sedangkan Mami nya saja tidak menyukai ku.
Aku keluar dari mobilnya EL dan menunggunya menghampiri ku. Kami berjalan bersisian, Perawat yang membantu Dokter Rima nampak menyunggingkan sebuah senyuman ketika melihat kami.
Begitupula Dokter Rima, ia tersenyum lebar ketika melihat aku dan EL masuk keruang prakteknya.
"Wah, siapa ini?!" goda Dokter Rima
Aku dan Dokter Rima sudah sangat dekat, ia bahkan sering mengunjungi kontrakan kecilku untuk melihat keadaan ku. Padahal jarak rumahnya dengan kontrakan ku sangat jauh.
"Aku calon ayah dari bayi itu, Dokter!" ucap EL
Aku memijit kening ku, apa dia tidak punya malu sama sekali ketika mengatakan hal itu? Dokter Rima terkekeh mendengarnya sambil melirik kearah ku.
"Baiklah kita mulai saja!" ucap Dokter Rima,
EL membantu ku menaiki tempat tidur pemeriksaan, sedangkan Dokter Rima duduk disamping ku. Saat Dokter Rima ingin memulai pemeriksaan, ia menarik dinding sekat guna melindungi diriku dari mata nakal EL.
"Aku tutup dulu, ya! Bukan muhrim soalnya." ucap Dokter Rima sambil tersenyum kepada EL, dan EL hanya terkekeh pelan ketika dinding itu melindungi aku dari pandangannya.
Dokter Rima menjelaskan bagaimana keadaan bayi-bayiku saat itu, sedangkan EL hanya bisa memantaunya dari layar monitor yang berada di dinding ruangan itu.
"Sebentar, Dokter?! Jadi... calon bayiku itu kembar?!" ucap EL
"Ya, mereka kembar." sahut Dokter Rima.
Terdengar suara tawa EL dari luar, membuat aku dan Dokter Rima terkekeh mendengarnya.
"Berapa bulan lagi aku harus menunggunya, Dok?!" tanya EL lagi
"Sabar, Tuan! Masih 4 bulan lagi..." sahut Dokter Rima sambil tersenyum menatapku.
Aku bingung mendengar perkataan EL, apakah ia benar-benar menginginkan seorang anak atau hanya ingin mencari perhatianku saja?
Setelah selesai ditempat praktek itu, diapun segera mengantarkan aku kembali ke kontrakan kecilku.
"Aku pamit dulu ya, Ge! Jaga dirimu dan si kembar dengan baik." ucapnya.
Dia menatapku kemudian ia mendekatkan wajahnya dan ingin melabuhkan bibirnya ke bibir ku namun dengan cepat ku palingkan wajahku.
"Maafkan aku, EL. Aku tidak siap untuk itu." sahut ku.
Aku terus menundukkan kepalaku, aku takut lelaki itu marah karena aku menolaknya. Tapi sepertinya aku salah, dia meraih wajahku dan kembali menatap mataku. Dia tersenyum manis dan mengelus pipiku,
"Maafkan aku, Ge. Aku tidak bisa menahan diriku." ucapnya padaku.
Dia terus tersenyum sambil melangkahkan kakinya. Sebelum memasuki mobilnya, ia sempat melambaikan tangannya kepadaku.
Ku balas senyuman nya dan setelah dia pergi, aku pun segera masuk kedalam rumah ku dan menutup pintunya.
Aku ingin beristirahat sekarang, aku sudah sangat lelah. Setelah mengganti pakaian, aku ingin merebahkan tubuhku ini. Namun baru saja aku ingin berbaring, pintu ku kembali diketuk oleh seseorang.
Aku bangkit dan berjalan dengan perlahan menuju pintu. Aku pikir ini pasti EL lagi, lelaki itu memang agak aneh menurutku.
Aku membuka pintu rumahku sambil tersenyum tapi hanya sebentar. Senyuman ku sirna ketika aku mengetahui bahwa orang yang mengetuk pintu rumahku adalah Tuan Aley.
"Mau apa lagi anda kemari?!" bentak ku
Bukannya menjawab pertanyaan ku, dia malah mendorong tubuhku hingga aku kembali masuk kedalam rumah. Dia menutup pintu dan mendekati ku. Aku ketakutan, ingin rasanya aku berteriak namun bibir ini terasa kelu.
Dia kembali mendorong ku hingga tubuhku tersandar di dinding. Dia mencengkeram erat kedua tanganku kemudian menatapku lekat,
"Apa hubungan mu dengan EL?! JAWAB!!!"
Dia kembali berteriak disamping telingaku. Aku rasa gendang telingaku akan rusak jika dia terus-terusan meneriaki ku seperti ini.
"Lepaskan tangan mu, Tuan! Tangan ku sakit!"
Aku pun membalas bentakan nya. Aku harus berani melawan lelaki itu. Kalau aku selalu ketakutan, dia akan semakin menginjak-injak ku.
"Jawab pertanyaanku atau aku akan semakin menyakiti mu!" suaranya pelan namun sangat tegas,
"EL pacarku, PUAS!!!" sahut ku,
Dia melepaskan cengkeraman nya namun tatapan matanya tetap tertuju kearah ku. Tanpa ku duga, dia malah mencoba mencium ku dengan kasar.
Aku menolaknya dan tiba-tiba tanganku ini melayangkan tamparan ke pipinya. "Ouopss!" Bukan hanya dia yang terkejut, aku sendiri tidak menyangka dengan keberanian ku.
Wajahnya memerah, dia sangat marah padaku. Dia kembali mendorong tubuhku dan ingin membalas tamparan dariku. Aku pasrah kala itu, aku memejamkan mataku, bersiap menghadapi tamparan darinya.
Bugh, Bugh, Bugh!!!
Tiga kali tamparan mendarat namun aku tidak merasakan sakit sedikitpun. Aku mencoba membuka mataku perlahan dan ternyata Tuan Aley hanya memukul dinding kontrakan ku hingga tangannya berdarah.
Dia terus menatapku namun tatapan nya berubah. Kini tatapan matanya tidak lagi beringas, ia terlihat sedih saat menatapku.
"Sebenarnya kamu ini kenapa, Tuan?! Kamu sering marah-marah padaku tanpa sebab yang jelas. Bukankah kamu ingin aku menjauhi mu? Dan sekarang kenapa malah kamu yang mencari-cari keberadaan ku?!" ucap ku
Aku sangat kesal, bahkan airmata ku pun ikut mengalir karena saking kesalnya.
"Jauhi EL!" sahutnya,
Ia berbalik dan menjauhi ku,
"Aku tidak mau!" sahut ku,
"Aku bilang, Jauhi EL! Apa kamu tidak dengar!" dia kembali berteriak.
"Apa kamu tau, Tuan Aley... EL jauh lebih baik dari dirimu. Kamu sebagai Ayah dari bayi ini bahkan berniat menyingkirkan nya. Namun EL tidak, dia bukan siapa-siapa bayi ini, tapi dia bersedia menjadi sosok Ayah untuk bayiku."
Dengan mengumpulkan seluruh keberanian di dadaku, aku mengucapkan nya. Aku tidak peduli walaupun ia akan membunuh ku sekalipun.
Setelah mendengar perkataan ku, dia segera keluar dari kontrakan ku sambil membanting pintu dengan sangat keras.
Jangan-jangan apa yang dikatakan oleh EL itu benar. Tuan Aley begitu terobsesi kepadaku. Tetapi terobsesi ingin menghancurkan hidupku hingga sehancur-hancurnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Erina Munir
laahhj..udh bagus gea ga umbar aibnya..
eh bukannya trimakasih malah kaya gitu..
hadeeehhh klakuaan...klakuaann
2023-05-29
0
Enung Samsiah
ada apa dngn mu EL?????? misteri kamuuu
2022-12-31
0
Q.M.19
Hmmmmm terobsesi atau sdh ada benih2 cinta
2021-11-11
0