Hari ini adalah hari pernikahan Tuan Aley dan Nona Sarra Carmelia. Mereka pasti tengah berbahagia disana, sedangkan aku? Aku tengah termenung disini sambil menatap layar ponsel ku.
Aku melihat berita viral hari ini, apalagi kalau bukan tentang pernikahan Aley dan Sarra. Pernikahan seorang Super Model yang fenomenal. Bahkan pernikahan mereka disiarkan langsung disalah satu channel televisi swasta.
Sejak hari itu aku berniat ingin melupakannya dari hidupku. Aku akan jalani hidupku bersama anakku kelak walaupun tanpa sosok dirinya.
Hari berganti hari dan bulan pun berganti bulan. Hari ini aku memeriksakan kandungan ku di tempat praktek seorang Dokter Kandungan yang tidak jauh dari tempat kos-kosan ku.
Aku cukup berjalan kaki menuju tempat praktek Dokter itu. Walaupun tempat praktek Dokter itu letaknya jauh dari perkotaan namun fasilitasnya lumayan lengkap.
Setibanya disana, aku sudah disambut oleh Dokter cantik itu, namanya Dokter Rima. Dokter Rima sudah mengetahui bahwa aku hamil tanpa seorang suami. Namun beliau selalu bersikap baik padaku.
Seperti saat ini, setelah melihat kedatangan ku, Dokter Rima segera menghampiriku dan menuntun ku ketempat tidur pasien untuk diperiksa.
"Wah, Gea. Aku punya kejutan untukmu, mau dengar tidak?" goda Dokter Rima padaku,
"Kejutan apa. Dok?!" tanyaku
"Selamat ya, Ge! Kamu akan punya bayi kembar. Usia kandungan mu sudah 16 minggu. Keadaan mereka bagus dan juga sehat." sahut Dokter Rima sambil tersenyum kepadaku.
Aku terkejut bukan main setelah mendengar penuturan Dokter Rima. Aku akan memiliki bayi kembar. Aku bingung antara sedih dan senang. Dua anak, tanpa ayah! Ya Tuhan, kuatkan lah hatiku...
"Kembar, Dok?!"
"Ya, Ge! Bayimu kembar." sahut Dokter Rima,
Ia tersenyum padaku dan aku hanya bisa membalasnya dengan tersenyum kecut. Setelah selesai ditempat itu, aku melangkah gontai menuju kosan ku.
Pikirkan ku terus melayang-layang. Aku memikirkan bagaimana nasibku dengan dua orang bayi sedangkan aku hanya sendirian tanpa keluarga apalagi suami yang akan menemani ku saat merawat mereka.
Tak terasa airmata ku jatuh, meluncur dikedua pipiku. Dijalan pulang, aku melihat sekumpulan ibu-ibu yang tengah bersantai sambil menjaga anak mereka bermain.
Aku melempar senyum semanis mungkin kepada mereka. Namun mereka menatapku dengan tatapan sinis. Hingga salah seorang dari mereka mulai mencibir ku,
"Gak malu kali, yah! Belum menikah tapi sudah bunting aja!" ucapnya dengan kasar.
Merekapun tertawa bersama, menertawakan diriku yang sedang hamil tanpa suami. Aku mempercepat langkah ku menuju kosan ku, aku sudah tidak mampu membendung airmata ku lagi.
Sesampainya di kosan ku, airmata itupun tumpah. Aku duduk dipojok kamarku dan terisak sambil memeluk lutut ku.
***
Keesokan harinya,
Seperti biasanya, aku sudah tiba ditempat kerjaku. Mataku masih terlihat sembab karena tadi malam, aku menangis hingga tertidur.
Sepertinya, sekarang aku menjadi pusat perhatian semua orang. Bahkan ditempat kerjaku pun aku menjadi pusat perhatian para karyawan disini.
Aku bak model profesional layaknya Tuan Alessandro. Jika mereka menatap Tuan Aley dengan tatapan suka ataupun kagum.
Berbeda denganku, mungkin mereka memperhatikan aku karena merasa jijik. Mereka bisa saja merasa jijik melihat perutku yang sudah membesar ini.
Usia kandungan yang sudah memasuki bulan keempat ditambah si mahluk yang tak berdosa itu ada dua, maka semakin jelas lah perutku ini.
Aku hanya bisa pasrah sekarang, menerima semua perlakuan dan cemoohan mereka. Teman-temanku semuanya sudah menjauhiku. Jadi ditempat kerjaku ini, hanya mami yang benar-benar menerima aku apa adanya.
Aku merasa sangat malu, aku tidak ingin bekerja lagi disini. Aku ingin pergi ke suatu tempat dimana tidak akan ada yang mencemooh ku lagi.
Aku terus melangkahkan kakiku ke ruangan Tuan Aley. Aku ingin segera menumpahkan airmata ini agar rasa sakit dihati ini berkurang.
Setibanya aku diruangan itu, ternyata Mami sudah tiba disana dan sedang mengeluarkan barang bawaannya.
"Ge, kenapa kamu terlambat?" tanya Mami
Bukannya menjawab pertanyaan mami, aku malah menangis tersedu-sedu.
"A-aku... aku sudah tidak sanggup lagi, Mami! Aku akan berhenti bekerja dan pergi sejauh-jaunya dari tempat ini..." kataku sambil terisak-isak,
Mami Angel menghampiriku dan memeluk serta mengelus lembut kepalaku.
"Sudahlah, Ge! Bersabarlah... tidak semua orang kok membenci mu. Contohnya Mami, Mami gak pernah benci sama kamu," ucapnya sambil terus mengelus lembut kepalaku.
Aku menghela nafas dan menyeka airmata ku, kemudian aku tatap wajah Mami yang cantik itu.
"Mi, ternyata aku akan punya Bayi kembar!" ucap ku sambil tersenyum kecut kepada Mami.
"Apa? Kembar? Yeyyy... asik dong langsung dapat dua!" sahut Mami
Wajahnya terlihat sangat senang ketika mendengar aku mendapatkan bayi kembar.
"Ya sudah, Ayo... bantu Mami. Hari ini Tuan Aley dapat giliran pertama!" ucap Mami sambil mendekati Tuan Aley,
APA!!! Astaga! Ternyata lelaki itu sudah berada disana. Kenapa mataku yang tolol ini tidak melihatnya? Memalukan sekali, sangat memalukan.
Aku berharap dia tidak mendengar apa yang aku bicarakan dengan Mami tadi. Tapi rasanya tidak mungkin, dia tidak mendengarnya.
Aku hanya menundukkan kepalaku saat membantu Mami. Aku tidak ingin bertatap mata dengan lelaki itu. Saat aku menunduk, aku melihat jari manisnya. Disana terdapat sebuah cincin pengikat hubungannya dengan Nona Sarra. Manis sekali...
Aku tersenyum sendiri, berharap suatu saat aku juga memilikinya. Semoga saja aku menemukan seseorang yang mau menerima ku apa adanya.
Disaat Break tiba, aku berjalan menuju kamar mandi. Saat di perjalanan menuju tempat itu, aku berpapasan dengan sahabat-sahabat ku dulu. Ya dulu, kini sepertinya mereka begitu membenci ku. Entah apa alasannya.
"Hei! Apa kamu tidak tahu malu, kerja dengan perut bunting seperti itu, mending punya suami, lah ini tidak! Pernah menikah pun tidak!"
Kata salah seorang dari mereka sambil mendorong tubuhku yang sudah kurus tinggal tulang ini. Aku melayang kebelakang dan punggung ku membentur tembok.
"Sebaiknya kamu cepat-cepat keluar dari sini! Memalukan tau!" sahut yang lainnya.
Tak terasa airmata ini jatuh lagi. Hatiku kembali tersayat-sayat.
"Tapi aku butuh banyak uang untuk aku dan anakku. Aku masih butuh pekerjaan ini!"
Aku memelas kepada mereka, berharap mereka pergi meninggalkan aku dan tidak akan mengganggu ku lagi.
Bukannya pergi mereka malah menertawakan aku,
"Bukannya anak itu hasil mela**r? kenapa tidak sekalian saja jadi seorang pel***r!!!"
Astaga, aku benar-benar tidak menyangka seburuk itukah pemikiran mereka terhadap aku dan bayi-bayiku yang tak berdosa ini?
Tubuhku lemas seketika setelah mendengarkan perkataan mereka, tubuhku meluncur ke lantai dan terduduk disana. Mereka pergi meninggalkan aku, tinggal aku meratapi nasib buruk ku ini.
Aku harus benar-benar keluar dari tempat ini dan mencari pekerjaan baru.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
susi 2020
🙄🙄🙄
2023-03-08
0
susi 2020
🤩🤩🤔😍
2023-03-08
0
Endang Kartini
16 minggu kok 4 bln...pakai hitungan kalender apa ya...
2022-12-28
0