Hari ini aku bekerja seperti biasanya, walaupun nafsu makan ku semakin memburuk. Indera penciuman ku semakin tajam dengan bau-bauan dan perut ini semakin tidak kompromi denganku. Apapun yang aku masukkan dalam hitungan menit pasti akan keluar lagi.
Aku melangkah gontai menuju ruangan Tuan Aley, setibanya disana ternyata tidak ada siapa-siapa, hanya aku sendiri. Aku lirik jam di ponsel ku ternyata aku tiba terlalu pagi pantas saja tak ada seorangpun diruangan itu.
Aku duduk disebuah kursi yang ada diruangan itu sambil mengusap lembut perutku. Apakah aku sudah gila? Mungkin bagi orang lain hamil tanpa suami akan sangat memalukan begitupula bagiku, namun salahkah aku jika aku merasa bahagia karena kehadiran sosok yang tak terduga ini?
Aku sangat bahagia karena sudah dititipkan sesosok mahkluk mungil yang tidak berdosa ini kedalam rahimku. Sambil tersenyum-senyum, aku mengelus lembut perutku yang masih rata ini.
Tanpa ku duga, Tuan Aley sudah tiba pagi itu. Dia sepertinya terkejut ketika melihat aku sudah berada diruangan itu, begitupula diriku. Seperti biasa, dia kembali menatap ku dengan tatapan dingin.
"Katakanlah, Ge! Sebenarnya apa tujuan mu menjebak ku malam itu?" tiba-tiba ia bertanya kepadaku,
Aku kecewa, ternyata dia masih menganggap aku menjebaknya malam itu. Aku menghela nafas,
"Aku tidak menjebak mu, Tuan! Jika seandainya tujuan ku adalah menjebak mu maka sejak kejadian itu sudah ku umumkan bahwa dirimu telah tidur denganku dan mengambil keperawanan ku. Apalagi sekarang aku sedang mengandung anakmu, akan mudah sekali aku menjatuhkan karier mu, Tuan Alessandro! Tapi aku bukan orang yang seperti itu, aku tidak seperti yang kamu pikirkan. Jadi berhentilah berpikir kalau aku menjebak mu!!!" ucap ku dengan emosi yang berapi-api.
Aku sudah lelah karena terus-terusan disalahkan olehnya. Ku harap setelah aku mengeluarkan semua unek-unek di hatiku ini, akan membuatnya mengerti dan berhenti berpikiran buruk tentang ku.
Ku tatap mata lelaki itu dan iapun membalas tatapan ku. Sekarang aku hebat, aku sudah berani menatap matanya yang sangat indah itu. Aku akui, aku masih terpesona dengan tatapan itu. Tatapan terindah yang pernah aku lihat.
Entah mengapa tiba-tiba saja aku berdoa agar anak ini mirip dengan Ayahnya secara fisik. Bodohnya aku!
Tuan Aley mendengus kesal dan ia memilih duduk di kursi kesayangannya. Sepertinya lelaki itu masih tidak mempercayai kata-kata ku.
Tiba-tiba saja perutku kembali bergejolak. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa itu, aku berlari tergopoh-gopoh meninggalkan Tuan Aley diruangan itu. Bagaimana tidak, kepalaku saja terasa semakin berat dan tubuhku ini sangat lemah karena makan ku sangat sedikit dan itupun harus dikeluarkan lagi.
Sesampainya disana akupun kembali mengeluarkan isi perutku lagi. Bahkan hingga aku benar-benar lemah tidak berdaya. Aku bersandar di dinding kamar mandi sambil meluruskan kaki dan memejamkan mataku.
Penglihatan ku sudah mulai tidak jelas, semua benda yang ada dikamar mandi itu seakan berputar diatas kepalaku. Disaat seperti ini aku benar-benar membutuhkan seseorang. Seseorang yang bisa menemaniku, memberi semangat untukku walau sekedar untuk mengelus punggung ku.
Biasanya Mami Angel yang begitu mendukung ku namun pagi ini entah kenapa sosok Mami Angel bahkan belum terlihat batang hidungnya.
Tiba-tiba aku mencium aroma tubuh lelaki itu karena hidung ku ini sangat peka jika mencium bau-bauan. Aku membuka mataku dengan perlahan.
Ternyata benar, lelaki itu sedang berdiri didepan pintu kamar mandi. Dia menatap tajam kearah ku. Aku kira ia akan iba melihat ku dalam keadaan lemah begini.
Ternyata tidak. Mungkin aku saja yang terlalu berharap pada dirinya. Padahal dia sama sekali tidak pernah memperdulikan bagaimana nasib ku.
Dia masih saja berdiri mematung tanpa berkedip melihat kearah ku. Sudahlah, jangan dipedulikan lelaki itu. Aku tutup kembali mataku dan memilih merasakan sensasi morning sickness ini.
Entah kenapa bau tubuhnya semakin dekat di indera penciuman ku. Oh Tuhan aku terkejut, Tuan Aley mengangkat tubuhku. Aku berteriak histeris.
"Lepaskan aku! Kemana kau akan membawaku, Tuan!" ucap ku sambil berontak.
"Sudah diam lah! Aku cuma ingin mengantar mu pulang!" sahutnya tanpa melirik sedikitpun kearah ku.
Aku terdiam, aku tidak mengerti dengan jalan pemikiran Tuan Aley. Kadang dia baik dan manis, namun tidak jarang juga dia berubah menjadi jahat.
Ingin sekali aku memeluknya, sekedar untuk melepaskan kerinduan ku. Bahkan mahluk tak berdosa inipun seolah menginginkan kehadirannya. Rasa mual dan gejolak itu seketika sirna ketika dia berada disamping ku. Aroma tubuhnya bahkan seperti candu untukku.
Sebenarnya aku sangat bahagia karena mendapatkan sebuah perhatian kecil dari pemilik janin ini. Walaupun dia bukan siapa-siapa ku namun janin ini memiliki hubungan yang erat dengannya.
Dia terus membawa tubuhku hingga memasuki mobilnya. Aku duduk disampingnya yang sedang mengemudikan mobilnya kearah kosan Bu Lina. Di perjalanan, aku hanya terdiam begitupula dirinya.
Sebenarnya aku masih kesal dengan perbuatannya malam itu, yang sudah melemparkan uang di wajahku. Ia juga menginginkannya bayi ini untuk segera di aborsi.
"Minggu depan hari pernikahan ku dengan Sarra! Jika kau ingin hadir, hadiri lah. Asal kau jangan berbuat macam-macam disana!" ucapnya, sambil terus fokus melajukan mobilnya.
Ucapan kasarnya seolah menusuk di telingaku. Bahkan sakitnya hingga masuk sampai ke hati.
Sebenarnya aku sudah mendengar isu tentang pernikahan mereka. Namun entah kenapa hatiku terasa sangat sakit ketika ia mengatakannya langsung kepadaku. Aku menghela nafas, mencoba mengontrol emosi ku. Akupun menahan airmata ini agar tidak tumpah.
"Terimakasih, tapi aku sama sekali tidak berkeinginan untuk hadir ke pesta itu!" sahut ku ketus.
"Baguslah, jadi aku tidak perlu merasa khawatir!"
Dasar laki-laki tidak berperasaan, dengan mudahnya ia ucapkan itu kepadaku. Seolah aku ini ada seorang pengacau yang akan mengacaukan hari spesialnya.
Aku tidak sejahat itu, Tuan Aley. Bagaimana caranya aku menjelaskannya kepada lelaki ini? Sudah berbagai macam kata aku lemparkan kepadanya, berharap dia mengerti. Namun semuanya sama saja.
Akhirnya mobil itupun tiba di halaman kos-kosan Bu Lina. Aku segera membuka pintu mobil lelaki itu dan meninggalkannya. Aku terus melangkah menuju kamarku dengan tergopoh-gopoh.
Aku masuk ke kamarku dan menutup pintunya. Untuk beberapa saat mobilnya tidak juga hidup. Entah apa yang dilakukannya. Aku penasaran, aku intip dari lubang kunci kamarku.
Ternyata lelaki itu termenung sambil bersandar di mobilnya. Ia seperti memikirkan sesuatu. Wajahnya terlihat kusut. Apakah dia sedang memikirkan aku? Heh! Rasanya tidak mungkin. Paling-paling dia hanya memikirkan bagaimana caranya menyingkirkan diriku dari kehidupannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Semoga selama pernikahannya dgn Serra junior Aley hibernasi alias g bergairah sama Serra..🤭🤭
2023-06-22
1
susi 2020
🤫🤫🤫😎
2023-03-08
0
susi 2020
🥰🥰😘
2023-03-08
0