Akhirnya aku ceritakan semua yang terjadi antara aku dan Tuan Aley malam itu kepada Mami Angel. Aku terisak ketika menceritakannya, aku menyesali semua perbuatanku, aku telah melakukan dosa besar.
Walaupun begitu, aku berjanji tak akan menyia-nyiakan mahluk yang sedang tumbuh di rahimku. Aku sudah berbuat dosa besar dan aku tidak ingin menambah dosa ku karena menyia-nyiakan anugerah yang diberikan oleh-Nya kepadaku saat ini.
"Lalu apa rencana mu sekarang, Ge?" tanya Mami Angel.
"Aku akan jalani semuanya, karena ini adalah kesalahan ku, maka akan ku terima semuanya. Walaupun aku harus mendapatkan cibiran dari semua orang." sahut ku.
Mami Angel menatap ku dengan mata yang berkaca-kaca. Entah apa yang dipikirkannya, namun senyum yang terpancar di wajahnya membuat aku yakin kalau dia tidak sedang berpikiran jelek tentang ku.
"Mami bangga padamu, Ge! Rawat anak itu, Mami berjanji akan membantu mu semampu Mami..." ucapnya padaku, benar-benar membuatku terharu dan menitikkan airmata.
"Terimakasih, Mami Angel. Aku sayang kamu." ucap ku,
"Mami juga sayang kamu." sahutnya sambil menyeka air mataku.
Siapa sangka, Mahluk gemulai itu mempunyai hati yang begitu tulus. Dia bahkan lebih dari sekedar Boss untukku, dia sudah seperti Kakak yang benar-benar peduli padaku.
Hari ini aku diijinkan pulang oleh Mami karena kondisi ku yang masih belum membaik. Aku berjalan menuju halaman depan untuk menunggu taksi online yang sudah aku pesan.
Disaat itu Mami Angel menuntun ku berjalan. Tepat disaat itu, aku kembali berpapasan dengan Tuan Aley. Ia menatapku dengan tatapan dingin sedangkan Mami, kulihat wajah Mami nampak jengah ketika bersitatap dengan Tuan Aley.
"Mami... jangan bicara apapun tentang aku kepada Tuan Aley, ya! Aku tidak ingin dia semakin membenci ku." ucap ku kepada Mami yang tengah menahan tubuhku agar aku tetap tegak berdiri.
"Kamu tenang saja, Sayang. Mami tidak akan bicara apa-apa. Janji!" sahutnya.
Entah itu benar atau dia hanya membohongi ku, aku tidak tahu. Yang pasti saat itu Mami Angel enggan menatap mataku ketika mengatakannya.
Taksi yang aku tunggu-tunggu itupun tiba, dengan segera aku memasukinya.
"Beneran nih, gak mau Mami antar?" tanya Mami kepadaku.
Akupun mengangguk sambil tersenyum hangat kepada Mami.
"Ya, sudah! hati-hati dijalan ya..." ucap Mami
Akhirnya, aku tiba di halaman kos-kosan Bu Lina. Aku segera masuk kedalam kamar sempitku dan berbaring dikasur lusuh itu.
Menjelang malam, aku terbangun dari tidurku ketika mendengar suara ketukan. Aku segera bangkit, aku pikir mungkin Bu Lina yang menjenguk ku. Karena tadi sore beliau menyapa dan berucap ingin menjenguk ku.
Aku berjalan tertatih-tatih. Kepala ini masih enggan diajak kompromi, begitupula perut ini. Disaat aku bangkit maka perutku pun ikut meronta, meminta isinya agar segera dikeluarkan.
Aku tahan semua rasa itu sambil melangkah menuju pintu. Setelah pintu terbuka, badan kembali bergetar hebat. Kaki ku seakan mati rasa. Aku berdiri namun seakan melayang. Nafasku tersengal seperti habis berlari dan detak jantung ku tak lagi berirama teratur.
Ternyata tamu ku di malam ini adalah Tuan Aley. Aku melangkah mundur sambil terus menatap matanya yang tajam menusuk tepat dimataku.
Ku lihat dia membawa sebuah tas, namun ia letakkan disamping pintu kamarku. Dia terus melangkah masuk sambil menutup pintu kamarku kemudian mendekat kearah ku.
"Singkirkan kan bayi itu segera!!!"
Ia berkata pelan namun sangat tegas di telingaku. Iapun mencengkeram wajahku dengan sangat erat. Aku pegang tangannya yang sedang mencengkeram wajahku itu.
Aku menangis lirih sambil menahan sakit di wajahku. "Lepaskan tangan mu, Tuan. Sakit!!!" ucap ku.
Diapun melepaskan wajahku dengan sangat kasar. ia menjauhi ku dan meraih tas yang ia bawa tadi. Ia membuka tas itu dan mengambil sesuatu yang ada didalamnya.
Aku benar-benar tidak menyangka sosok yang kukenal ramah dan perhatian itu ternyata begitu kejam. Ia melemparkan isi dari tas itu tepat ke wajahku. Setelah itu tas itupun ia lempar ke lantai depan kakiku.
"Ambil ini!!! Dan menjauhlah dari kehidupan ku, sejauh-jauhnya." ucapnya kasar,
Ia melemparkan sejumlah uang ke wajahku sambil menatap ku dengan tatapan sinis. Setelah mengenai wajahku, uang itupun jatuh dan berserakan di lantai.
Aku semakin terisak, hatiku sangat sakit. Aku berjongkok, dan dengan tangan gemetar, ku kumpulkan semua uang yang berserakan itu. Kuraih tas yang ia lempar dan ku masukan semua uang yang sudah ku kumpulkan kedalam tas itu.
"Aku tidak butuh uang mu, Tuan. Aku juga tidak menginginkan pertanggung jawaban dari mu. Berhentilah menganggap aku seburuk itu, kejadian malam itu tidak disengaja, Tuan! Kamu mabuk saat itu, kamu yang menggagahi ku dan mengambil kesucian ku. Kenapa sekarang hanya aku yang disalahkan?" ucap ku sambil terisak.
"Jika memang ini adalah semata karena kesalahan ku, aku akan mendapatkan hukuman ku, Tuan. Ya, sebentar lagi... tepat dimana semua orang tahu kalau aku tengah mengandung seorang anak tanpa Ayah! Aku sudah mempersiapkan mental ku untuk itu. Dan soal identitas mu, kau tenang saja, aku berjanji! Aku tidak akan memberitahu siapapun tentang dirimu hingga akhir hayat ku!" sambung ku lagi,
Dia terdiam seribu bahasa ketika aku bicara panjang lebar. Namun tatapan itu, tatapan itu masih sinis. Masih sama seperti tadi, ketika dia pertama kali memasuki kosan ku ini.
Aku meraih tas berisikan uang itu dan menyerahkannya kembali.
"Bawalah kembali uang mu, Tuan. Aku tidak membutuhkannya. Aku masih bisa memenuhi kebutuhan ku dan bayi ini walaupun tanpa bantuan dari mu." ucap ku
Dia menyambut tas itu dan segera keluar dari kamar ku. Dia membanting pintu mobilnya dengan sangat keras dan melajukan mobilnya dengan cepat.
Kini aku sendiri, menahan sakit ditubuh dan hatiku. Belum lagi sembuh sakit ditubuh ini, sekarang aku harus menahan sakit di hatiku.
"Ingatlah Tuan Aley, sejak hari ini anakmu sudah mati! karena kamu tidak menginginkan anak ini, jadi anak ini adalah milikku, hanya milikku!"
Itulah sumpah ku,
Aku menutup pintu kamarku dan kembali berbaring si kasur lusuh itu. Aku teringat lagi akan perlakuan kejam Tuan Aley barusan.
Aku tidak pernah menyangka kalau Tuan Aley yang begitu ramah ternyata bisa berbuat sekejam itu. Apakah perlakuan baiknya itu hanya sebuah pencitraan, agar karier nya selalu baik dimata publik?
Semoga saja perilaku buruk Tuan Aley tidak akan menurun kepada anakku kelak. Aku tidak ingin anakku bersikap seperti Ayahnya yang tidak memiliki hati nurani sama sekali. Ia bahkan tega ingin menyingkirkan bayi yang jelas-jelas adalah miliknya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Nanti akhirnya ky novel² yg lain dimana tokoh wanitanya balik lg sama tokoh pria wlw sdh di sakiti juga..
2023-06-22
0
susi 2020
😎😎😎😔😔😔
2023-03-08
0
susi 2020
🥰🥰😘
2023-03-08
0