Setelah pernyataan cinta EL waktu itu. Dia berubah padaku. Dia terlihat lebih manis dan sangat memperhatikan keadaanku.
Aku tidak berani menceritakan perihal kedatangan Tuan Aley waktu itu. Aku tidak ingin mereka kembali bertengkar. Sepertinya hubungan mereka semakin panas akhir-akhir ini.
Hari ini aku tidak masuk kerja, aku sudah minta izin sama Anne. Sebenarnya Anne tidak pernah memberi ku izin, dengan berbagai macam alasan ia menolaknya. Namun saat itu EL mendengarnya dan langsung memberi ku izin.
Aku berencana akan pindah kontrakan lagi. Ya, lagi. Aku tidak ingin Tuan Aley kembali menemui ku. Disaat aku sedang berkemas, ternyata EL datang ketempat ku. Ia membawa beberapa buah kantong kresek yang entah apa isinya.
"Sayang, kamu mau kemana?!"
SAYANG, terdengar aneh memang. Tapi sekarang itulah panggilannya untukku. Aku sudah menolaknya karena telinga ini terasa risih dan gatal ketika mendengarnya. Namun karena dia tetap kekeh, ya sudah... Biarkan lah dia mau memanggil ku apa.
"Aku ingin pindah kontrakan, aku ingin cari suasana baru." ucap ku sambil tersenyum padanya.
Dia membalas senyuman ku dan ikut membantu ku berkemas. Dia cekatan sekali, sedangkan aku? Aku dengan perut besar ini tidak bisa bergerak bebas sekarang. Sedikit saja salah gerak, perutku akan terasa kram.
"Sebaiknya kamu duduk saja, biar aku yang mengerjakannya." ucapnya padaku.
Dia mendudukkan aku di tepi tempat tidur kemudian mengeluarkan isi kresek yang tadi ia bawa. Aku tersenyum lebar ketika tahu apa isinya. Dia membawakan aku sop buah kesukaan ku, apalagi sekarang aku memang sangat menginginkan nya.
"Nah!" dia menyerahkannya kepadaku sambil tersenyum kemudian kembali mengemasi barang-barang ku.
"Terimakasih, EL!" ucap ku sambil melemparkan senyuman manis untuknya,
Diapun membalas senyuman ku sambil terus meneruskan pekerjaannya.
Aku rasa, aku mulai menyukai EL. Kebaikan dan ketulusan nya membuat aku luluh. Walaupun menurutku Tuan Aley lebih tampan darinya namun sifatnya jauh lebih baik dari Tuan Aley yang labil itu.
Setelah selesai berkemas, aku dan EL menuju kontrakan baru. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh dari kontrakan ku sebelumnya. Namun ku rasa tempat itu letaknya lebih tersembunyi. Semoga saja Tuan Aley tidak pernah menemui ku lagi.
Saat di perjalanan,
"Sayang, apa benar Al menemui semalam?!"
Aku terkejut bukan main saat EL menanyakan hal itu. Bagaimana dia bisa mengetahui hal ini, padahal aku tidak pernah mengatakannya. Apakah kedua orang itu bertemu dan bertengkar lagi? Segera ku raih wajah EL dan ku periksa seluruh bagian tubuhnya. Siapa tahu ada luka disana,
"Apa yang kamu lakukan, Sayang?!"
EL terkekeh ketika aku memeriksa tubuhnya,
"Aku cuma memeriksa keadaan mu, siapa tahu kamu berkelahi dengan lelaki itu." sahut ku.
"Uhhhh... Manis sekali kamu," ucapnya sambil mencubit hidung ku.
"Apa dia menemui mu, EL?" tanyaku
EL menoleh kearah ku dengan tatapan aneh bagiku. Dia tidak menjawab namun tetap tersenyum kepadaku. Ah, aku yakin sekali kalau dia sudah bertemu dengan Tuan Aley.
Aku menghembuskan nafas panjang, "Huft!" dan melemparkan pandangannya ku kearah samping. EL meraih tanganku kemudian menciumnya. Aku tersenyum ketika melihat ke arahnya.
"Sayang, maukah kamu menikah denganku?"
Aku mengerutkan kening ku ketika mendengarnya, "Menikah?!"
"Ya, menikah. Aku akan menjadi suami mu dan kamu akan menjadi istri ku." sahutnya,
"Tapi sepertinya Ibu mu tidak akan pernah merestui hubungan ini. Sebaiknya lupakan saja hal itu." ucap ku sambil mengelus lengannya.
EL menghentikan mobilnya kemudian menatapku dengan tajam.
"Akan ku ceritakan semuanya tentang keluarga ku. Mami adalah sosok yang paling berkuasa dirumah setelah Daddy meninggal. Dia mendidik anak-anaknya dengan keras agar menjadi anak yang patuh. Dan benar saja, diantara kami bertiga hanya aku yang menjadi pembangkang. Mami tidak pernah menyukai apapun yang aku lakukan. Bahkan pernikahan pertama ku kandas akibat campur tangannya. Mami menganggap mantan istri ku bukan tipe menantu idaman. Mami terus berusaha memisahkan kami. Padahal saat itu mantan istri ku bersedia menerima aku apa adanya namun tidak lama setelah itu tiba-tiba saja dia pergi meninggalkan ku tanpa sebab yang jelas."
Aku tatap matanya, sepertinya tidak ada kebohongan disana. Aku merasa iba dengan sosok EL, ku elus wajahnya dan ku lemparkan senyuman untuknya.
Disaat kami masih saling tatap tiba-tiba pintu mobil EL diketuk dengan keras dari luar.
"Michael, keluar!!!"
Aku gugup, Mami EL entah dari mana tiba-tiba saja sudah berada disamping mobilnya EL yang sedang terparkir dipinggir jalan.
Dia terlihat meradang, apalagi saat melihat aku bersama dengan EL. EL keluar dari mobilnya dan menghampiri sang Mami. Akupun ikut keluar dan berdiri jauh dari mereka.
"Astaga EL, kamu masih saja berhubungan dengan wanita ini! Bukankah sudah ku bilang jauhi, ya jauhi! Apa kamu tidak mengerti, EL?!" hardik Mami EL,
Wanita itu menoleh ke arahku kemudian mendekati ku,
"Aku yakin kamu sengaja mendekati EL untuk memanfaatkan dirinya agar mau menikahi mu dan menjadi Ayah untuk bayi mu itu! Ya kan?!" hardik nya padaku,
"Tidak Nyonya, aku tidak pernah berniat seperti itu terhadap EL." sahut ku
Mami EL mendengus kesal sambil menyilangkan tangannya di dada.
"Sudahlah Mami! Aku lelah kalau Mami terus-terusan ikut campur dalam kehidupan ku. Biarkan aku dengan pilihanku, Mam." ucap EL sambil memelas sama Mami nya.
EL membawaku masuk kedalam mobil dan meninggalkan Mami nya yang masih menghardik kami.
"EL, aku tidak ingin karena kehadiran ku malah membuat hubungan kalian semakin renggang. Apa yang dikatakan oleh Mami mu benar, sebaiknya kita sudahi saja semua ini."
Aku mencoba meyakinkan dirinya agar menuruti semua keinginan Mami nya. Tidak lucu jika dia harus menjadi seorang pembangkang demi seseorang seperti aku.
EL tidak mempedulikan perkataan ku, dia terus fokus pada mobilnya. Bahkan hingga mobil itu terparkir didepan kontrakan baruku yang terletak jauh di penghujung gang, dia masih diam seribu bahasa.
EL keluar dari mobilnya dan segera mengeluarkan barang-barang ku. Akupun ikut membantu mengeluarkan barang-barang rongsok ku itu sambil tersenyum kepadanya.
"Tidak usah, biar aku saja. Kamu duduk manis saja disana."
Ucap EL seraya mengambil barang-barang yang ada di tanganku lalu menunjuk sebuah kursi kayu yang terletak didepan rumah kontrakan itu.
"Jangan EL, biarkan aku mengerjakan nya. Ini adalah barang-barangku, aku tidak ingin menyusahkan mu."
EL tersenyum kemudian menggiring ku untuk duduk di kursi itu. Akupun menuruti kemauannya, aku duduk disana sambil memperhatikan dirinya mengerjakan semua itu sendirian. Setelah semua barang-barang itu tertata rapi, EL pun izin pamit kepadaku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Q.M.19
Hmmmm cwo kayak El keren
2021-11-11
0
Yusitowati
visual thor
2021-09-17
0
Maurel Nurfaizza
lucu Thor banyak aku baca novel cerita ini baru liat perempuan yang tak tau harga dirinya dimana
2021-07-31
0