Aku menengadah ke wajahnya, "Ada apa, Tuan?" tanyaku kepada sosok lelaki yang berusia 29 tahun yang sedang berada di depanku. Aku gugup kala itu, jantung ini seakan hampir tak berdetak melihat ia membalas tatapan ku.
"Bagaimana kalau kamu menjadi asisten pribadi ku saja? Aku akan menggaji mu lebih besar daripada Mami Angel menggaji mu." ucapnya padaku.
Aku senang bukan main saat mendengarnya. Bukan hanya karena gaji yang lebih besar, yang ditawarkan olehnya. Namun karena dengan menjadi asisten pribadinya, aku bisa selalu dekat dengannya.
Memang terdengar sangat bodoh, Namun itulah yang ada di pikiranku saat ini. Aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan itu, kesempatan yang tidak mungkin datang dua kali kepadaku. Kepalaku dengan cepat mengangguk,
"Ya. Tuan Aley, aku setuju." sahut ku,
Dia terlihat senang, dia tersenyum padaku. "Ya Tuhan, aku meleleh" begitulah batinku ketika aku mendapatkan sebuah senyuman yang hanya tertuju kepadaku.
Hari ini hari yang paling membahagiakan untukku. Hari ini aku merasa, aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia ini.
Sekarang yang harus aku lakukan adalah meminta izin kepada Mami Angel. Sosok paling baik yang pernah hadir dalam hidupku. Aku berjalan menghampiri Mami, ia terlihat masih sibuk dengan ponselnya.
"Mami..." sapaku, sebenarnya aku ragu untuk mengatakannya. Aku takut Mami kecewa setelah mendengar permintaan ku.
"Ya, Ge. Ada apa?" tanyanya dengan suara khas miliknya. Ia tersenyum manis sambil menatapku. Aku semakin tidak sanggup mengatakan keinginanku kepadanya.
"Bolehkah Ge menjadi asisten pribadi ku, Mami? Aku begitu menyukai pribadinya. Kamu masih bisa mencari orang baru, ya Mi!?"
Seseorang dibelakang ku menyambung pembicaraan ku dengan Mami. Aku berpaling, dia memberikan senyuman lagi untukku. "Ya, ampun Tuan Alessandro, aku meleleh lagi!" batinku
Lelaki itu merengkuh pundakku, rasanya pundak ini takkan aku bersihkan selama hidupku. Begitu tergila-gilanya aku pada sosok lelaki yang tengah berdiri disampingku. Biarlah aku menjadi bodoh, begitu bodohnya karena rasa cintaku kepadanya.
Kulihat wajah Mami Angel, ia sepertinya kecewa. Ia menatapku kemudian tersenyum, "Baiklah kalau ini kemauan kamu, Ge. Namun jika Tuan Aley macam-macam sama kamu, balik lagi aja sama Mami, ya! Mami selalu bersedia menerima kamu balik." sahutnya sambil mencubit pipiku.
"Ye... Memangnya Ge, mau aku apain?!" bantah Tuan Aley
Aku tersenyum puas, aku peluk tubuh Mami yang gemulai itu. Dan diapun membalas pelukan ku. "Terimakasih, Mami." ucapku.
"Nanti sore kamu ikut aku ya, Ge! Mulai sekarang kamu tinggal dirumahku. Tenang saja, disana juga ada Bi Marni yang akan menemani mu." ucap Tuan Aley sambil berlalu keluar dari ruangan itu.
Aku yang sempat berpaling kearah Tuan Aley, sekarang kembali menatap wajah Mami Angel.
"Kamu tenang saja, Tuan Aley itu baik. Dia gak bakalan ngapa-ngapain kamu, percaya deh sama Mami!"
Aku hanya bisa tersenyum sembari mengangguk kan kepalaku.
Sore menjelang,
Aku memasukkan semua barang-barang yang akan kubawa kedalam koper. Kulihat sekeliling ruanganku, takut ada barang yang tertinggal. Setelah memastikan semuanya sudah beres, akupun melangkahkan kakiku menuju halaman depan.
Kulihat Tuan Aley sudah menunggu ku didalam mobilnya. Dan disampingku sekarang ada Bu Linda, pemilik kos-kosan ini. Ku serahkan kunci kamarku, kemudian aku peluk Bu Lina yang selama ini begitu baik kepadaku.
"Terimakasih banyak, Bu Lina. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas semua kebaikan mu..." ucapku,
Aku merasa sedih saat itu, aku harus meninggalkan kos-kosan yang selama ini menjadi tempat tinggal ku. Tak terasa, airmata ku pun jatuh. Bu Lina menyeka airmata ku sambil tersenyum, "Jangan lupakan Ibu ya, Gea!" ucap Bu Lina kepadaku.
Ku akhiri pertemuan kami sore itu dengan sebuah lambaian tangan untuk Bu Lina. Kini aku melangkah menuju mobil Tuan Aley. Lelaki itu keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untukku.
Kakiku kembali kumat, aku seakan tak menginjakkan kaki dibumi lagi. Aku gemetar, apalagi dia tersenyum seperti itu kepadaku.
"Masuklah," ucapnya kepadaku
Aku tidak sanggup berkata-kata, hanya senyuman yang mampu aku sunggingkan di bibir ini. Setelah lelaki itu masuk kedalam mobilnya, iapun melaju membawaku kerumahnya.
Kurang lebih 45 menit perjalanan, akhirnya mobil yang membawaku terparkir rapi di halaman rumahnya. Aku keluar dari mobil itu, kulihat Tuan Aley menghampiriku dan merengkuh pundak ku.
Walaupun aku gugup setengah mati, namun aku masih bisa menutupinya. Aku terus menyunggingkan senyuman, tidak peduli orang-orang melihatku seperti orang bodoh. Aku memang menjadi sangat bodoh setelah bertemu dengan Tuan Aley. Bahkan aku sendiri sadar dengan kebodohan ku itu.
Akhirnya kami tiba didalam rumahnya. Aku takjub dengan ruangan itu, terlihat sangat bersih dan rapi.
"Mari sini!" ajak Tuan Aley,
Akupun mengikuti langkah kakinya hingga menuju kamar baruku.
"Semoga kamu senang tinggal bersamaku, ya."
Tuan Aley mencubit dagu ku sambil tersenyum kemudian meninggalkan ku.
"Ya Tuhan, jangan kau biarkan rasa ini semakin tumbuh. Aku tidak ingin kecewa, aku tidak ingin sakit setelahnya." itulah doa ku.
Aku mulai merapikan semua barang bawaan ku. Setelah selesai, aku pun berjalan menuju dapur dengan membawa handuk di tanganku. Kulihat seorang wanita paruh baya sedang berkutat dengan pekerjaannya.
"Bi Marni?" sapaku,
Wanita paruh baya itu menoleh kemudian ia tersenyum kepadaku. "Nona Gea, ya?" tanyanya
"Gea saja, Bu. Jangan pake Nona." sahut ku sambil terkekeh pelan.
"Kamu mau mandi ya, Nak? Kalau ya, kamar mandinya ada disana." ucap Bi Marni sambil menunjukan sebuah kamar mandi. Mungkin dia melihat handuk yang sedang kupegang.
"Oh ya. Terimakasih, Bu Minah." Aku memanggilnya dengan sebutan Ibu, entah kenapa dengan sebutan seperti itu terasa lebih nyaman daripada aku harus menyebutnya dengan sebutan Bibi.
Akupun melangkah menuju kamar mandi dan segera melakukan ritual mandi ku. Selesai mandi, aku kembali ke kamarku dan berpakaian.
Setelah berpakaian, aku merias wajahku senatural mungkin namun lip tint yang ku pakai sekarang terlihat lebih mencolok daripada warna bibir ku yang sebenarnya. Tapi ya sudahlah...
Aku melangkahkan kakiku, menjelajahi semua sudut ruangan rumah Tuan Aley. Hingga akhirnya kakiku terhenti karena melihat sesuatu yang seharusnya tidak ku lihat.
"Oh Tuhan, inilah yang aku takutkan. Alasanku selalu berdoa agar rasa ini tidak tertancap terlalu dalam dihatiku." batinku
Hatiku sakit, sakit sekali. Ingin rasanya aku menangis lirih. Namun aku malu, benar-benar memalukan. Aku melihat Tuan Aley dan seorang wanita cantik tengah berciuman dengan liarnya diruangan itu.
"Ge!" seru Tuan Aley setelah sadar aku berdiri tepat dibelakang mereka.
Ya, Tuan Aley dan kekasihnya. Seorang wanita cantik, berkulit eksotis, rambut pirang dan tubuh yang aduhai. Akupun menyukai bentuk tubuhnya yang sempurna itu.
"Ge, kemarilah..." titahnya kepadaku
Aku yang bodoh ini maunya saja menurut semua keinginannya. Aku mendekat kearah pasangan itu dan berdiri tepat didepan mereka.
"Ge, kenalkan ini Sarra Carmelia. Kekasihku." ucapnya,
"Sayang, ini Ge. Gadis yang aku ceritakan itu. Sekarang ia menjadi asisten pribadiku." ucapnya kepada kekasihnya,
Aku hanya bisa nyengir menahan rasa sakit di hatiku. "Ya Tuhan, segera hapus rasa ini, sebelum aku benar-benar jatuh cinta kepada Tuan Aley." doaku lagi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰😘
2023-03-07
0
susi 2020
🤫🤫😔😔
2023-03-07
0
susi 2020
😔😔😔😔
2023-03-07
0