"Hai Ge, Aku Sarra!" ucap Kekasih Tuan Aley sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
"Gea." sahut ku singkat. Ku raih tangan mulusnya dan dia memberikan senyuman nya kepadaku.
"Bagaimana, Ge? Sarra cantik, kan?" sambung Tuan Aley,
Aku pun mengangguk sambil tersenyum kepada pasangan itu.
"Oh ya Ge, foto in kami donk!" ucap Sarra kepadaku,
Dengan gemetar, aku meraih ponsel milik Sarra dan mulai membidik kemesraan mereka dengan kamera ponsel itu.
Oh Tuhan, Apalagi ini? Aku harus melihat kemesraan mereka dengan kedua mataku. Bahkan sekarang aku adalah sesosok yang akan menjadi saksi setiap momen indah yang mereka ciptakan.
Tidak, aku rasa aku tidak sanggup. Bisa hancur tiada rupa hatiku ini kalau terus-terusan melihat adegan demi adegan indah mereka.
Tapi ya, mau bagaimana lagi. Semua ini adalah pilihanku, pilihan yang seharusnya tidak pernah aku pilih.
"Ini..." ku serahkan ponsel itu kembali kepada Sarra. Sarra menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya. Wanita itu memperlihatkan foto-foto yang ku ambil kepada Tuan Aley.
Tuan Aley juga tersenyum saat melihat foto-foto itu. Kemudian dia menatap kearah ku, Entah kenapa aku merasa tatapan Tuan Aley terlihat berbeda.
Aku jadi serba salah dibuatnya, apakah saat itu aku terlihat jelek, cantik, atau aneh. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh lelaki itu ketika memandangi ku.
"Ehm... bolehkah aku permisi? Aku ingin ke kamar kecil," ucap ku. Itu hanya alasanku saja, aku ingin menghindar dari mereka.
Sarra dan Tuan Aley mengangguk, aku pun segera menjauhi pasangan itu. Aku berjalan gontai menuju kamar ku dan segera merebahkan tubuhku setibanya aku disana.
Keesokan paginya,
Aku membantu Bi Marni menyiapkan sarapan untuk Tuan Aley.
"Bu, apa Tuan Aley sudah bangun?" tanyaku
"Biasanya sih belum, Nak. Soalnya dia itu susah dibangunin. Walau alarm senyaring Toa pun berbunyi disampingnya, dia tidak akan bangun kecuali tubuhnya digoyang-goyangkan. Coba deh kamu cek..." sahut Bi Marni.
"Kalau dia belum bangun juga, dia bisa terlambat, Bu... hari ini ada jadwal pemotretan yang lebih pagi dari biasanya." ucap ku cemas.
"Bangunkan saja, Nak. Tidak apa-apa kok, Tuan Aley tidak akan marah. Malah dia akan senang kalau dibangunin tepat waktu." sahut Bi Marni lagi.
Aku sempat berpikir, aku takut dia akan marah kepadaku karena sudah mengganggu tidurnya. Tapi mau tidak mau, aku harus segera membangunkannya.
Aku melangkah menuju kamarnya. Sesampainya disana, kubuka pintu kamar itu. Aku mengintip kedalam kamarnya, ternyata benar. Lelaki itu masih tertidur pulas dengan memeluk selimutnya.
Aku berjalan mendekati lelaki itu. Ku tatap wajah tampannya yang asli tanpa polesan. Aku tersenyum bahagia walaupun aku tidak memilikinya. Aku semakin gila, ku dekati wajah itu hingga benar-benar dekat bahkan aku bisa mendengar deru nafasnya yang mengalun begitu indah di telingaku.
Dan tanpa aku sadari, Tuan Aley meraih wajahku, melabuhkan ciuman di bibirku. Bahkan dia semakin menggila, ia terus merajai bibir dan lidah ku.
Oh Tuhan, ini ciuman pertamaku. Bahkan aku merasa beruntung, ciuman pertama ku dengan seorang super model terkenal seperti dirinya.
Ah, biarlah... walaupun dia belum mandi, apalagi sikat gigi tapi aku bahagia. Namun itu hanya sekejap, lelaki itu tersadar dan bangun dari tidurnya.
Aku terperanjat begitupula dirinya. Aku bahkan sampai jatuh dari tempat tidurnya hingga bokong ku terasa sangat sakit. Aku mengelus bokong ku yang sakit itu, sedangkan dia, dia sepertinya masih shok dengan kejadian yang tidak disengaja itu.
Dia terus menatapku bahkan tanpa berkedip sama sekali. Aku pun menjadi serba salah, aku juga takut ia akan marah padaku.
"Apa yang aku lakukan padamu, Ge?" tanyanya
"Maafkan aku, Tuan Aley. Aku kesini cuma ingin membangunkan mu, kejadian itu sama sekali tidak disengaja. Sungguh, aku tidak bohong." ucap ku terbata-bata
Tuan Aley terus saja menatapku dengan tatapan misteriusnya. Entah apa yang dipikirkannya tentang diriku, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
"Maaf, Tuan Aley... aku permisi dulu!" ucapku
Aku meninggalkan lelaki itu tanpa menoleh sedikitpun. Aku tidak tahu apakah dia terus menatapku atau tidak. Aku terus melangkah hingga menuju dapur. Kulihat Bi Marni masih saja bergelut dengan pekerjaannya.
Aku pun ikut membantunya hingga sajian itu tertata rapi dimeja makan.
"Bagaimana, Nak. Apa Tuan Aley sudah bangun?" tanya Bi Marni tiba-tiba.
"Iya. Sudah, Bu..." sahut ku,
Menyebut nama Tuan Aley, aku jadi teringat ciuman pertama ku tadi. Aku jadi tersenyum-senyum sendiri ketika membayangkan ciuman tak disengaja itu.
"Ge, apa yang kau lamunkan?" tiba-tiba suara berat itu menegur ku dari belakang.
Aku benar-benar terkejut, lamunanku buyar seketika. Apakah sejak tadi Tuan Aley memperhatikan ku, hingga ia tahu aku sedang melamun? Ya Tuhan, aku malu... sangat malu.
Ingin rasanya aku berlari ke kamarku dan menyembunyikan wajahku yang tidak tahu malu ini ke kolong tempat tidur.
Aku menoleh ke arahnya, aku tersenyum tipis dan kulihat iapun menyunggingkan sebuah senyuman kecil untukku.
Tuan Aley menarik kursinya dan duduk dengan santainya sambil menikmati sarapan yang dibuat oleh Bi Marni.
"Apa kau hanya ingin menatapku, Ge?! Duduklah, kita sarapan bersama." ucapnya,
Aku terkejut saat dia mengatakan hal itu. Rasa tidak percaya namun itulah kenyataannya. Dengan malu-malu, aku ikut duduk dan menyantap sarapan bersamanya. Aku terus menundukkan kepalaku, aku tidak peduli walaupun dia melihat kearah ku.
Akhirnya sarapan kami yang hening itupun selesai. Kini aku sudah berada di mobilnya, Tuan Aley sudah bersiap melajukannya ke studio pemotretan.
Di perjalanan, tatapan Tuan Aley tetap fokus kearah jalan. Sedangkan aku tetap fokus pada sosok lelaki yang telah mengambil ciuman pertama ku itu.
"Ge, jujurlah...apakah aku mencium mu tadi pagi?" tanyanya,
Kulihat wajahnya begitu serius, ia menatapku dengan tatapan tajamnya.
Aku yang sudah terlanjur bodoh ini hanya bisa menganggukkan kepalaku.
Dia terlihat kecewa, apakah dia kecewa padaku? Aku terus bertanya-tanya dalam hati.
"Maafkan aku, Ge! Saat itu aku bermimpi sedang mencium Sarra dan aku tidak tahu kalau aku sedang mencium mu. Sekali lagi maafkan aku ya..." ucapnya lirih.
Aku merasa bersalah, seharusnya aku membangunkannya saat itu. Bukan malah membiarkan dia mencium ku dan ikut menikmatinya.
"Tidak apa-apa, Tuan. Sebenarnya kejadian itu terjadi begitu cepat hingga aku tidak bisa menghindarinya."
Astaga... aku telah berbohong kepadanya. Maafkan aku, Tuan Aley.
Akhirnya mobil Tuan Aley sudah terparkir rapi ditempat parkir studio pemotretan terbesar itu. Aku dan Tuan Aley melangkah bersama menuju ruangan pribadinya.
Sesampainya disana, semua orang-orangnya segera membantunya untuk bersiap-siap. Aku pun tidak kalah sibuk, aku ikut membantu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkannya untuk pemotretan kali ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Jgn mengikuti perasaanmu Ge, kamu datang ke kota itu utk bekerja dan kalaupun kamu bekerja di rmh Aley ingat saja bhw Aley itu majikan kamu, wlw kamu menyukainya kamu hrs profesional. Klo kamu kelihatan banget cemburunya krn kamu menyukai Aley ntar malah kamu dimanfaatin sm Aley
2023-06-22
0
susi 2020
😎😎😎
2023-03-07
0
susi 2020
😂😂🤫😔😀
2023-03-07
0