Sudah seminggu aku diam dikontrakkan baruku ini. Aku benar-benar merasa nyaman dan tentram. Karena kontrakan ini jauh dari keramaian dan terletak di ujung gang.
Walaupun untuk menuju butik EL agak jauh, namun aku masih bisa jalan kaki kesana. Di belakang kontrakan ku hanya ada hamparan sawah warga disana. Dan jarak antara kontrakan itu dengan rumah lainnya agak jauh.
Malam itu aku tengah asik bermain dengan kedua bayiku yang sudah sangat aktif bergerak. Aku bahkan tersenyum dan bergumam sendiri. Tidak berselang lama, keseruan ku terhenti ketika pintu kontrakan ku diketuk oleh seseorang.
Aku jadi ketakutan, aku takut itu Tuan Aley yang ingin kembali menemui ku. Ketukan itu semakin keras terdengar, tidak mungkin itu EL. EL selalu menyebut namaku jika ingin bertamu.
Siapa itu? Batin ku terus bertanya-tanya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk membukanya. Dengan sangat perlahan aku membuka pintu kontrakan ku.
Ternyata yang bertamu kali ini adalah Mami nya EL. Dia langsung menerobos masuk tanpa ku persilakan masuk kedalam rumahku.
Dia memperhatikan kontrakan ku dengan seksama, hingga ke sudut-sudut ruangan.
"Jadi seperti ini tempat tinggal mu?! Sudah kumuh, jelek, sempit lagi!" ucapnya
Aku hanya tersenyum ketika dia mengatakan hal itu. Dia adalah orang kaya, tentu saja kontrakan seperti ini disebutnya kumuh dan sempit. Kamar mandinya saja lebih besar dari kontrakan ku ini.
"Ya, Nyonya. Seperti inilah tempat tinggal saya, jelek, sempit dan kumuh." sahut ku.
Nyonya itu semakin meradang ketika aku berkata seperti itu. Dia mendekati ku dan menatap mataku dengan tajam. Aku memperhatikan mata indah Nyonya itu, ternyata EL mendapatkan mata indah itu dari Mami nya.
"Sebutkan saja, berapa nominal yang harus ku bayar agar kamu menjauhi putraku! Jangan sungkan-sungkan, katakan saja padaku. Lagipula kau hanya inginkan hartanya EL, kan?!" ucapnya padaku,
Ya Tuhan, hatiku sangat sakit ketika mendengarnya. Aku tidak menyangka Nyonya itu menganggap ku mendekati EL hanya karena kekayaannya.
"Aku tidak butuh uang mu, Nyonya." sahut ku lagi.
Walaupun hatiku seperti disayat-sayat, namun tetap ku coba untuk tersenyum kepada Nyonya itu. Amarah Nyonya itu sepertinya sudah diubun-ubun. Dia membuka tas branded miliknya dan mengambil banyak uang dan melemparkan nya kepadaku.
"Jangan berpura-pura tidak butuh! Ambil itu dan segera jauhi EL!!!" teriaknya,
Dua kali sudah aku dilempar uang, seakan diriku ini tidak berharga sama sekali. Pertama Tuan Aley yang melemparkan uang tepat di wajahku, agar aku segera menjauhinya dan mengaborsi bayi-bayiku.
Dan sekarang aku dilempar uang oleh Nyonya itu agar aku menjauhi putranya. Walaupun ia tidak melemparkan ke wajahku namun sakitnya tetap sama.
"Itu cukup untuk beli rumah yang lebih layak dan juga untuk biaya persalinan anakmu nanti!" ucapnya lagi,
Nyonya itu berlalu begitu saja meninggalkan aku yang masih terpaku ditempat ku berdiri. Perlahan aku berjongkok dan mengumpulkan uang-uang itu kemudian menyimpannya.
Sepanjang malam aku gelisah, mataku tidak bisa terpejam walaupun aku sudah mencobanya. Baru saja aku membuka hatiku untuk EL namun aku sudah mendapatkan cobaan seperti ini.
Keesokan harinya,
Aku bangkit dari tempat tidur dan memulai hari seperti biasanya. Namun bedanya, hari ini aku tidak masuk kerja. Aku ingin dirumah saja sambil memikirkan masa depanku.
Setelah ku pikir-pikir, aku akan berhenti bekerja dari butiknya EL. Aku akan menjauhinya sama seperti keinginan Mami nya. Aku mengecek saldo tabungan ku, rasanya cukup untuk bertahan hidup dan biaya persalinan ku nanti.
Aku meraih uang yang tadi malam dilemparkan oleh Mami EL dan ku bungkus seperti sebuah kado. Aku menatap bungkusan uang itu dengan hati yang terasa dicabik-cabik. Penghinaan ini sungguh sangat menyakitkan.
Aku kembali menyimpan uang itu, berharap suatu hari nanti aku bisa bertemu lagi dengan Mami EL dan mengembalikan uang itu kepadanya.
Hari itu aku menghabiskan waktuku dengan membersihkan rumah dan membereskan barang-barang yang belum sempat aku bongkar. Benar-benar hari yang melelahkan, aku bahkan berkali-kali menyeka keringat yang mengalir di kening ku.
Tak terasa hari menjelang sore. Aku berjalan menuju teras dan duduk di kursi kayu yang ada di teras kontrakan itu. Ternyata diluar ramai dengan anak kecil yang sedang bermain.
Entah mengapa tiba-tiba saja aku kepikiran untuk membuka warung kecil-kecilan didepan rumahku ini. Siapa tahu bisa menambah penghasilan ku. Aku tersenyum saat membayangkan nya.
Tanpa aku sadari EL sudah berada disamping ku, aku terkejut ketika dia mengelus lembut kepalaku. "EL?!"
Dia tersenyum padaku, kemudian berjongkok sambil menghadap wajahku. "Kenapa tidak masuk kerja? Aku mengkhawatirkan keadaan mu, Ge!"
"Aku kelelahan, EL!" sahut ku.
Aku menatap mata indahnya dan itu membuat aku melupakan semua masalah yang sedang menimpa diriku. Senyuman indah terus menghiasi wajah tampan nya dan akupun semakin larut dalam perasaan ku sendiri.
Tiba-tiba perintah Mami EL kembali terlintas di pikiranku. "EL, aku ingin berhenti bekerja dan soal hubungan ini, aku ingin menyudahi nya sampai disini saja." ucap ku dengan wajah serius. Aku bangkit dan menjauhinya,
EL mengerutkan keningnya, dia nampak berpikir setelah aku mengatakan hal itu. Kemudian tidak lama setelah itu dia malah tersenyum kepadaku,
"Apa Mami mengancam mu?!" ucapnya sambil mendekat kearah ku.
"Ti-tidak!" sahut ku, aku mencoba menjauhinya karena jika dia melihat melihat ke mataku. Aku yakin sekali, aku pasti ketahuan sedang berbohong.
"Kapan Mami menemui mu? Tadi malam?!" tanyanya lagi sambil terus mendekatiku hingga akhirnya aku terjebak diantara tembok dan dirinya. Dia meraih wajahku dan menatap mataku,
Benarkan, dia tersenyum. Dia sepertinya tahu kalau aku sudah berbohong padanya. EL ini seperti ahli nujum saja. Ia selalu mengetahui apa yang terjadi pada diriku bahkan aku tidak memiliki kesempatan untuk berbohong kepadanya.
"Ya!"
Dia tersenyum lagi kemudian menjauh dariku. "Jangan dengarkan Mami, Ge! Apapun yang akan dia lakukan tidak akan menggoyahkan perasaan ku padamu. Dan aku tetap akan menikahi mu walaupun tanpa restunya." sahutnya,
Deg!
Aku terkejut mendengar penuturannya. Aku bingung, apakah aku harus mempertahankan rasa ini dan berjuang bersamanya atau memilih sendiri dan menjauhinya.
"Bagaimana, Ge? Maukah kamu berjuang bersamaku?!" tanyanya, ketika melihat aku hanya terdiam seperti patung.
"Beri aku waktu untuk memikirkannya, EL!"
EL tersenyum padaku, "Baiklah, tapi jangan lama-lama berpikirnya. Aku takut, aku tidak sanggup menunggunya kalau terlalu lama." sahutnya sambil terkekeh pelan.
Aku tersenyum kecut saat mendengarkan jawaban darinya.
"Sayang, aku membawakan buah kesukaan mu, ayo kita masuk!" EL mengajakku masuk kedalam rumahku yang sempit itu sambil merangkul pundak ku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Ge ulang² katanya mau pergi, tpi tetap berputar d tmpt yg sma..
2025-02-19
0
Nanik Lestari
Bohong lagi
2022-08-14
0
Momy Victory 🏆👑🌹
sayangnya ga punya sahabat sejati kamu Ge baik cewek atau cowok.
2022-03-18
0