Begitu keluar dari ruang kerjanya, Nicho langsung pergi ke toilet. Dia berdiri di depan cermin, menatap dirinya dengan sorot mata penuh sesal. Entah apa yang mendorongnya hingga membuatnya sampai mendaratkan ciuman di bibir Sisil. Nicho mengusap kasar wajahnya, kemudian mencengkram rambut dengan kedua tangan. Tentu saja Nicho menyesal. Dia takut nantinya akan membuat Sisil berfikir macam - macam tentangnya. Takut wanita itu akan berfikir kalau dia memiliki perasaan padanya.
Nicho menyalakan keran dan membasuhkan air ke wajahnya. Entah kenapa saat tadi menatap wajah Sisil, dia seperti sedang menatap Fely. Wajah wanita itu tak pernah pergi dari ingatannya, bahkan sekarang dia melihat wajah Fely dalam diri Sisil.
"Damn.!!!" Nicho meninju dinding di sampingnya.
Dia sudah muak dengan keadaan ini. Sakit dan kecewa tak lantas membuatnya bisa lepas dari bayang - bayang Fely. Muak sudah pasti, tapi hal itu tidak bisa dia hindari. Entah sampai kapan perasaan ini akan terus menyiksa batinnya.
4 tahun, perjuangan yang sia-sia. Banyak yang sudah dia korbankan tapi berakhir menyakitkan.
Memilih melepaskan kemewahan yang dia miliki, pergi dari rumah hingga hubungan dia dan papanya rusak. Semua itu dia lakukan hanya demi wanita itu. Tapi wanita itu justru membuatnya kecewa karna tidak mendengarkan apa yang selama ini dia larang.
...***...
Sisil masih mematung di tempat. Dia merasa berada di tempat berbeda setelah di cium oleh Nicho. Pandangan matanya menerawang jauh, dia seperti berada di tengah tangah lahan yang luas dengan hamparan bungan yang indah.
Apa dia menjadi gila karna baru saja di cium oleh Nicho.? Dia masih belum bisa berfikir jernih dan merasa melayang.
Ini pertama kali seseorang mencium bibirnya. Dulu dia memberontak saat Dave berusaha keras untuk mencuri ciuman pertamannya. Tapi kenapa saat Nicho mendekat dan tau bahwa Nicho akan mencium ciumnya, tangan dan seluruh badannya terasa kaku. Bahkan yang lebih parah, Sisil justru berharap Nicho akan segera menciumnya.
Saat ini detak jantungnya bahkan masih berdegub kencang. Kehangatan dan kelembutan bibir Nicho seakan - akan masih menempel di sana.
Sisil tidak pernah menyangka akan memberikan ciuman pertamanya pada laki - laki yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Bahkan laki - laki baru beberapa minggu yang lalu dia temui.
"Apa yang aku lakukan,,!" Pekik Sisil. Kini wajahnya merona karna malu. Dia baru saja tersadar dari khayalan indahnya karna di cium oleh Nicho.
"Astaga Sisil.!!" Dia menepuk - nepuk wajahnya sendiri. Merasa sangat malu karna membiarkan itu terjadi begitu saja.
"Bodoh banget kamu,,,!" Ujarnya lagi. Dia terus mencibir dirinya sendiri.
"Kamu sendirian.?" Sisil langsung menatap ke arah sumber suara. Revan baru saja membuka pintu.
"Nicho kemana.?" Tanyanya kemudian menghampiri Sisil dan duduk di depannya.
"E,,,, ka,, kak Nicho keluar,," Sisil terlihat gugup. Entah kenapa dia merasa takut kalau Revan mengetahui dia dan Nicho baru saja berciuman. Padahal saat itu tidak ada Revan di sana.
"Kamu kenapa.? Gerah.? Wajah kamu merah,,," Revan memperhatikan wajah Sisil dengan seksama, hal itu membuat Sisil semakin malu dan takut. Dia bahkan sampai harus menundukan kepalanya.
"Aku baik - baik aja." Sisil mencoba mengulas senyum tipis, kemudian pura - pura fokus pada laptop di depannya. Meski sejujurnya saat ini dia tidak bisa konsentrasi untuk menyalin resep ke laptop milik Revan.
"Kamu sama Nicho satu kampus.?" Revan kembali membuka pembicaraan setelah tadi sempat hening.
Sisil mengangguk.
"Satu kampus dan tetangga apartemen,,," Jawabnya memperjelas.
"Wah,,, beruntung banget si arogan itu.!" Seru Revan.
Sisil hanya diam saja dan tidak lagi merespon ucapan Revan. Dia masih belum bisa mengendalikan dirinya yang sempat syok karna ciuman mendadak dari Nicho.
Begitu Nicho masuk, suasana semakin terasa canggung. Nicho yang enggan menatap ke arah Sisil, begitu juga dengan Sisil yang pura - pura tidak tau kehadiran Nicho.
"Ini kenapa jadi pada diem semua.?" Revan menatap heran ke arah Nicho dan Sisil secara bergantian. Kedua manusia itu sama - sama kompak tidak mau bicara. Padahal sejak tadi Revan terus berbicara, menyerocos seperti radio tanpa ada yang mendengarkannya.
"Gue jadi curiga,,, jangan - jangan,,,," Revan langsung diam begitu mendapatkan tajam dari Nicho.
"Sekali lagi lu berisik, gue potong gaji lu.!!" Ancam Nicho tegas.
"Buset,,, baru mulai kerja udah mau potong gaji aja." Pekik Revan. Nicho mengarahkan tinjuan ke arah Revan, dia meminta Revan untuk diam.
"Ok ok.!" Revan lebih memilih memainkan ponselnya.
Sementara itu, Nicho terlihat panik. Dia tau saat ini Revan sedang mencurigai dia dan Sisil. Revan pasti akan mengecek rekaman cctv yang ada di ruangan itu. Dan sebelum Revan memergoki perbuatan bodohnya, Nicho lebih dulu menghapus sebagian rekaman cctv yang memperlihatkan interaksi dia dan Sisil sebelum dan sesudah ciuman singkat itu terjadi.
"Ah nggak seru.!! Udah di delete,,," Gumam Revan dengan suara lantang. Dia juga melirik ke arah Nicho yang terlihat santai menatap layar laptop di depannya.
"Habis ngapain sih kalian berdua.? Jangan sampe nge** disini ya.! Bakal apes nih kafe." Ujar Revan lagi. Dia seakan belum puas mengorek apa yang baru saja terjadi di antara Nicho dan Sisil. Rasa penasarannya semakin tinggi setelah tau bahwa Nicho menghapus sebagian rekaman cctv itu.
Nicho hanya melirik tajam, sementara itu Sisil masih konsisten dengan berpura - pura tidak tau dan fokus pada laptop. Dia akan semakin malu jika menanggapi ucapan Revan.
Suasana canggung itu terus terjadi sampai jam makan siang. Sampai saat ini Nicho dan Sisil bahkan belum saling bicara.
Nicho langsung mengajak Sisil pulang begitu selesai makan siang. Keduanya meninggalkan kafe dengan perasaan penuh kecanggungan.
"Maaf,,, aku tidak sengaja,,," Nicho mulai membuka obrolan dengan kembali meminta maaf atas apa yang sudah dia perbuat pada Sisil.
"Lupakan saja dan anggap tidak pernah terjadi,," Ujar Nicho tegas. Dia hanya melirik Sisil sekilas, kemudian melakukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sisil melirik jengah. Bagaimana bisa Nicho menyuruhnya untuk melupakan kejadian yang baru seumur hidup dia alami. Meski Sisil juga menyesal karna tidak bisa menghindar, tapi dia tidak akan bisa melupakannya begitu saja. Nicho sudah mengambil first kiss nya, dan itu akan selalu melekat di ingatannya sampai kapanpun.
"Kakak saja yang lupain kejadian itu. Aku mana bisa.!" Ujar Sisil dengan wajah cemberut.
"Kalau orang sudah biasa berciuman, mungkin gampang melupakan itu."
"Aku belum pernah melakukan itu sebelumnya, jadi mana bisa lupa begitu saja,,," Sisil membuang pandangan ke arah jendela. Malu, hanya itu yang dia rasakan saat ini.
Nicho menatap Sisil dari kaca spion dengan senyum sinis.
"Jangan pura - pura belum pernah berciuman.! Kamu bahkan mengencani bajing*n, mana mungkin dia tidak menciummu,,," Cibir Nicho.
"Tapi bajing*n itu belum pernah mencium ku.! Jadi siapa yang bajing*n disini.?!" Sahut Sisil menantang. Dia mencebikkan bibirnya.
"Aku tidak memaksa, kamu saja yang pasrah,,," Sahut Nicho acuh.
"Apa.?!!" Pekik Sisil dengan mata yang melotot.
"Dasar menyebabkan,,,!" Sisil melayangkan tinjuan di lengan Nicho sambil terus menyerocos.
"Kakak yang mencium, mencuri kesempatan, kenapa jadi melimpahkan kesalahan padaku. Kak Nicho benar - benar menyebalkan. Harusnya aku tadi memukul kepala kakak,, atau meninj,,,
"Berisik, mulut bebek.!" Ketus Nicho. Dia mengunci bibir Sisil dengan menjepitnya menggunakan tangan, hal itu benar - benar membuat bibir Sisil seperti bebek, apa lagi dengan mata Sisil yang membulat sempurna.
"Hahaha,,,," Nicho tidak bisa menahan tawa hingga akhirnya tawanya lepas begitu saja. Dan Sisil yang di tertawakan justru semakin cemberut.
...*****...
Votenya udah belum ibu ibu, kakak kakak, adek adek.? 😁
udah crazy up malah menurun rangkingnya. Gimana nih yang belum vote😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Ananda
hhhh.... telat loe...
2022-10-31
1
RiJu
cowok dingin2 gimanaaa gitu
2022-08-28
0
RiJu
i m back . . .
moga gak mager lanjutin baca 😁
kangen si (chanyeol) nicho 🤗
2022-08-28
0