Nicho Pov
Sejujurnya masih ada sedikit rasa iba padanya karna harus mengalami hal buruk itu. Tapi setelah melihatnya bersama laki - laki brengs*k itu, aku jadi merasa muak.!
Untuk apa semalam datang meminta maaf dan sangat yakin kalau dia tidak melakukannya, tapi pagi ini dia datang ke rumah yang sudah pasti rumah orang tua si brengs*k itu.
Kita lihat saja, apa lagi yang akan dia katakan padaku nanti.!
Apa dia masih bisa memintaku untuk mengerti dan memaafkannya setelah apa yang aku lihat saat ini.!
Apa dia masih memiliki muka untuk memintaku memperbaiki hubungan yang sudah dia hancurkan sendiri.!
Kalau dia tidak merasa melakukannya, kenapa harus datang ke rumah itu.!
Aku mencoba untuk bisa melupakan kejadian ini secepat mungkin. Tapi lagi - lagi rasa kecewa membuatku terus mengingatnya.
Untuk apa selama ini aku menjaganya dan tidak menyentuhnya diluar batas.!
Untuk apa selama bertahun - tahun aku terus mengingatkannya agar tidak keluar malam, tapi pada akhirnya dia tidak mau mendengarkan ucapanku.
Dan setelah kejadian buruk ini menimpanya, dengan mudahnya dia meminta maaf dan memintaku untuk menerima semua ini.!
Apa dia pikir aku segila itu.?!!
"Damn.!!!"
Aku memukul stir mobil sebelum beranjak dari sana. Rasanya semakin muak melihat interaksi 2 manusia itu.
Mobil sudah terparkir di depan kafe, tapi aku belum beranjak. Aku baru ingat kalau di dalam ada beberapa lukisan bunga lily dan bunga lily artificial yang diletakkan di beberapa sudut ruangan.
Bunga kesukaan Fely yang seharusnya tidak ada lagi di dalam.
Aku tersenyum kecut. Ternyata aku sebodoh itu menggilai seorang wanita yang tidak mau mendengarkanku. Memujanya bak dewi, menjaganya bak seorang ratu. Mengorbankan segalanya hingga memilih pergi dari rumah dan bertengkar dengan Papa.
Semua aku lakukan hanya demi wanita itu.!!
"Woy...!! Gila emang lu Nich.!" Gedoran dan teriakan Revan membuyarkan lamunan. Aku melirik tajam, membuka pintu dengan mendorongnya. Revan reflek mundur saat hampir tersungkur karna terkena pintu mobil.
"Bangs*t, mau bikin gue tersungkur nih bos arogan.!" Pekiknya kesal.
"Banyak bac*t lu.!"
Aku menutup pintu dengan membantingnya. Lalu berjalan cepat ke dalam kafe. Rasanya masih kesal saja setelah menyadari bahwa aku terlalu bodoh.! Bahkan sangat bodoh.!
"Ini anak kenapa si.? Sensi banget dari kemaren, udah kayak orang putus cinta aja lu." Gumam Revan yang mengikuti dari belakang. Aku menengok ke belakang, memberikan tatapan tajam padanya dan berhasil membuatnya bungkam.
Aku menghampiri 3 pegawai yang sedang membersihkan merapikan meja.
"Buang semua lukisan dan bunga lily yang ada di sini.! Jangan sampai ada yang tersisa sedikitpun.!" Titahku. Mereka terdiam, menatapku heran.
"Wah main buang - buang aja lu Nich.!"
"Dari awal lu yang ngebet banget minta di dekor pake lukisan bungan lily sama sama lily artificial, sekarang seenaknya minta dibuang."
"Lagian udah bagus Nich, ngapain di buang.? Sayang anggarannya,,,"
Revan menyerocos panjang lebar.
Wajar saja kalau dia kesal, karna beberapa bulan yang lalu aku memintanya untuk mencarikan semua hiasan itu. Dia sampai mendatangi satu persatu toko bunga untuk mendapatkan bunga yang sesuai keinginanku.
"Aku tidak menyukai bunga itu lagi.! Bereskan semuanya dan keluarkan dari sini.!"
Ujarku pada 3 pegawai itu. Mereka mengangguk patuh.
"Van,, cari dekorasi lain sesuai keinginanmu.!"
Revan melongo mendengar ucapanku.
"Apa.?! Yang benar saja Nich, besok kafe ini sudah dibuka."
"Mana sempat buat hunting dekorasi lagi buat menyesuaikan tema kafe,,,"
"Jangan banyak protes atau aku akan cari manager baru.!" Ancamku sembari berlalu dari hadapan Revan.
"Ah,,, ngerjain gue doang lu.!" Dengus Revan kesal.
Aku menghiraukannya dan pergi keruangan yang akan menjadi tempat kerja ku bersama Revan.
Aku tidak mau lagi melihat hal yang bisa membuatku selalu teringat padanya. Memang lebih baik semua hiasan bunga lily itu aku singkirkan dari kafe ini.
...****...
Dari jok belakang, Sisil terus memperhatikan Fely yang sama sekali tidak mau bicara sejak keluar dari rumah orang tua Nathan. Sisil terlihat kasihan pada Fely, dia tau jika Fely tidak menginginkan pernikahannya dengan kakak sepupunya itu. Pernikahan yang harus terjadi karna sebuah kecelakaan yang tidak Nathan sengaja.
Rasanya pilu mendengar kejadian itu, Sisil pun pasti akan merasakan hal yang sama jika ada di posisi Fely. Tapi semuanya sudah terjadi, kakak sepupunya itu tanpa sengaja merenggut kesucian wanita itu.
"Aku tau ini berat untuk kak Fely,," Suara lirih Sisil membuat Nathan dan Fely melirik Sisil dari kaca spion.
"Nggak ada pembelaan buat seseorang yang sudah melakukan kejahatan sek**l meski diluar bawah sadar." Tuturnya. Sisil menatap kakak sepupunya dengan sorot mata tajam. Dia sangat syok dan kecewa begitu mendengar apa yang terjadi di antara mereka.
"Aku benar - benar kecewa sama oppa,," Sisil menyeka sudut matanya yang mulai berair.
"Kita besar bersama, dulu oppa yang berdiri paling depan kalau ada laki - laki yang menggangguku."
"Oppa sangat baik, juga menghargai dan memperlakukan wanita dengan baik."
"Sedih saja mendengar kabar ini."
"Dulu oppa selalu bilang, akan menikahi wanita yang oppa cintai. Akan menjaga dan melindunginya seperti oppa menjadi dan melindungiku,," Air mata Sisil semakin tidak bisa di bendung lagi. Dia sangat menyayangkan kejadian buruk itu.
"Sebentar lagi oppa akan menikah, jadi cintailah wanita yang akan oppa nikahi."
"Jangan menikahi kak Fely hanya karna terpaksa untuk mempertanggung jawabkan perbuatan buruk oppa,,"
"Sil,,,," Panggil Nathan dengan menoleh Sisil sekilas.
"Kamu tau betul aku seperti apa, jangan khawatir tentang itu."
Fely langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela saat Nathan menatapnya.
"Aku percaya oppa akan memberikan cinta untuk kak Fely, dan menjaganya dengan baik."
"Aku yakin ini sulit untuk kak Fely."
"Kak, oppa bukan laki - laki yang jahat. Oppa sangat baik dan bertanggung jawab. Aku yang membuat oppa menyesal kalau menyakiti kak Fely lagi,,,"
Fely menoleh dan hanya tersenyum samar.
Suasana di dalam mobil kembali hening saat Sisil tidak lagi bersuara.
Sisil hanya bisa menghela nafas berat melihat sepasang calon pengantin yang tidak mau bertegur sapa. Sisil bisa melihat Nathan yang seakan ragu untuk mengajak Fely bicara, sedangkan Fely yang seakan tidak mau berbicara dengan Nathan dan terkesan menghindarinya.
"Makasih oppa,,," Ujar Sisil begitu Nathan mengentikan mobilnya di depan lobby apartemen. Nathan hanya mengangguk pelan.
"Aku duluan kak Fely,,, sampai ketemu lagi,,,"
Sisil melambaikan tangan pada Fely sembari mengembangkan senyum.
"Hubungi aku kalau oppa berbuat jahat,,," Tambahnya.
"Makasih Sil,," Ucapnya tulus.
"Your wellcome,,," Sahut Sisil sembari membuka pintu mobil.
"Kamu belum makan sejak siang, kita makan dulu,,," Suara Nathan sempat membuat Sisil ragu untuk menutup pintu lagi.
"Aku mau pulang.!" Jawab Fely ketus.
Sisil menutup pintu dan bergegas pergi.
Tidak mudah memang berada di posisi Fely. Wajar Jika dia bersikap dingin pada pada Nathan.
Sisil menggelengkan kepala. Mereka berdua benar - benar aneh, sama - sama tidak yakin kalau melakukannya, dan syok setelah mengeceknya ke dokter.
...****...
Masih pada belum vote juga.? Othor aduin nih sama babang Nicho, 🤣
Dia kalo udah ngambek nggak mau nongol lagi loh, 🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Vera Wilda
sebenarnya agak kecewa sich dg cerita Nicho yg tidak jd dg Felly, d kisah Nicho dan Felly berarti cinta kalah, yg menang papa Alek 🤭😄
2023-10-08
1
kakaika
lah fely ngaku ke nicho kalo mereka ga berbuat apapun. hadeh
2023-05-31
0
Sulaiman Efendy
SI NATHAN YG MNIDURI FELY RUPANYA SEPUPU SISIL..
DN LO KNP DIAM FEL, GK TRIMA LO NIKAH MA NATHAN, KLO GK TRIMA, KNP LO MAU BERCINTA MA NATHAN.... JGN BILANG LO MAU BALIK KE NICHO, HNY PRIA BODOH YG MAU KMBALI BARANG YG TLH RUSAK,,
2022-11-03
1